Tekanan Akademik: Penyebab Depresi Mahasiswa
Info Sehat | 2024-06-05 20:14:44Depresi dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, tidak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa yang mengalami depresi dapat bersumber dari tekanan akademik yang dihadapi. Tekanan akademik merupakan bagian kehidupan perkuliahan yang sangat umum terjadi. Tekanan akademik ini disebabkan oleh jadwal kuliah padat, ujian, kegiatan praktikum hingga kegiatan organisasi serta kepanitiaan yang diikuti. Adanya ekspektasi tinggi dari dalam diri mahasiswa dan keluarga dapat memperburuk situasi yang dihadapi. Tekanan akademik yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya depresi pada mahasiswa.
Berdasarkan penelitian Yongli Liu, dkk tahun 2023 menemukan fakta bahwa tekanan akademik memiliki korelasi signifikan dengan depresi yang dihadapi mahasiswa. Dalam penelitian tersebut sebanyak 221 laki-laki dan 479 perempuan yang merupakan mahasiswa berusia antara 17-25 tahun di Datong, China menunjukkan hasil bahwa tekanan akademik memiliki efek langsung pada depresi serta melalui peran mediasi pengaruh negatif dan kualitas tidur. Dukungan sosial ditemukan berperan moderat dalam mengurangi pengaruh negatif terhadap kualitas tidur, peneitian ini memberikan manfaat agar mahasiswa memiliki strategi mengatasi stress, keterampilan regulasi emosi, peningkatan kualitas tidur dan peningkatan dukungan sosial sebagai upaya mencegah dan mengintervensi depresi yang akan terjadi di masa depan.
Penelitian yang dilakukan Rivaldo Ely Ngutra, dkk tahun 2024 bertujuan mengetahui hubungan antara stress akademik dan psychological well-being. Teknik sampel pada penelitian adalah purposive sampling dengan sampel 167 mahasiswa menunjukkan bahwa stres akademik seseorang berhubungan dengan tingkat kesehatan mental. Stres akademik dapat menurunkan psychological well-being dan dukungan sosial yang baik akan meningkatkan psychological well-being mahasiswa sehingga tidak mengalami stres akademik. Hipotesis yang diberikan menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara stres akademik dengan psychological well-being tidak sesuai. Penelitian mengungkapkan bahwa 167 responden diketahui menunjukan tingkat psychological well-being berkategori rendah sebesar 12% dengan jumlah 20 responden, berkategori sedang sebesar 73% dengan jumlah 122 responden, sedangkan tingkat stres akademik dengan kategori tinggi sebesar 15% dengan jumlah 25 responden. Penelitian juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres akademik belum tentu mengalami psychological well-being yang buruk. Dengan demikian terdapat hubungan antara stres akademik dengan psychological well-being namun tidak begitu berpengaruh antara stres akademik seorang mahasiswa dengan psychological well-being, walaupun ditemukan dengan jumlah yang sangat sedikit.
Tekanan akademik dapat berpengaruh pada kesehatan mental mahasiswa. Adanya peningkatan stres, rasa cemas berlebih hingga perasaan tidak mampu berkuliah merupakan tanda terganggunya kesehatan mental mahasiswa. Stres yang berkepanjangan dan tidak diobati dengan baik dapat memicu terjadi depresi. Depresi yang sering terjadi pada mahasiswa diantaranya rasa sedih, kehilangan minat belajar, hilangnya percaya diri, ketidakmampuan mengendalikan emosi hingga perasaan tidak mampu mengerjakan dan memenuhi tuntutan akademik. Depresi yang dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas perkuliahan hingga keseharian mahasiswa
Selain itu, lingkungan sosial yang tidak mendukung kinerja mahasiswa dapat mempengaruhi kesehatan mental dari mahasiswa. Tanpa dukungan sosial yang memadai akan menyebabkan mahasiswa berada pada posisi yang sulit dalam menyelesaikan tuntutan akademik. Tuntutan akademik berupa prestasi akademik yang tinggi akan memberikan beban cukup besar bagi mahasiswa. Tuntutan akademik ini akan semakin bertambah seiring dengan semester perkuliahan yang dihadapi, yang semula belajar teori di kelas akan menuju pada tahap pengamatan hingga eksperimen sebagai bentuk upaya menemukan jawaban dari studi yang diberikan.
Depresi yang dialami oleh mahasiswa penting untuk diatasi dengan mengenali tanda-tanda dari depresi, dukungan sosial yang diberikan dan bantuan dari pihak professional sebagai tahap penyelesaian akhir. Adanya terapi kognitif-perilaku dan pemberian obat anti depresan dapat membantu proses pemulihan depresi yang dihadapi mahasiswa akibat tekanan akademik. Selain itu, mahasiswa yang mengalami depresi akibat tekanan akademik dapat melakukan kegiatan positif seperti meditasi, olahraga, makan makanan bergizi, melakukan perubahan pola hidup, tidur cukup dan melakukan hobi yang disenangi dapat membantu meningkatakan kesehatan mental serta mengurangi tingkat stress yang terjadi pada mahasiswa.
Masa perkuliahan adalah masa yang penuh dengan tantangan dan perubahan, dengan tekanan akademik tinggi dialami oleh mahasiswa. Mahasiswa yang berhasil menempuh pendidikan tinggi adalah kesempatan luar biasa yang harus digunakan dan dimanfaatkan dengan baik. Pada kondisi ini mahasiswa rentan untuk mengalami depresi yang merupakan masalah serius dan kompleks. Kesehatan mental yang dimiliki mahasiswa sangat berperan penting dalam mendukung kesuksesan akademik. Dengan kemampuan untuk mengerjakan setiap tekanan akademik dan mengelola stres dengan baik akan membantu mahasiswa mencapai kesuksesan akademik.
Perguruan tinggi sebagai tempat mahasiswa menuntut ilmu memiliki peran cukup besar dalam membantu mahasiswa menghadapi tantangan dari tuntutan akademik yang ada. Pihak perguruan tinggi dapat memberikan dukungan berupa penanganan atas kasus ini, dan mengurangi stigma yang berhubungan dengan tuntutan akademik. Dengan pendekatan holistic yang mencakup pencegahan, intervensi hingga perawatan dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan mendukung mahasiswa untuk belajar dengan baik, tanpa mengalami depresi akibat tuntutan akademik yang ada.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.