Mengapa Al-Quran dan Sunnah Menjadi Pedoman Utama Bagi Umat Muslim
Agama | 2024-06-04 18:30:35Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang sarat dengan tawaran ideologi dan pandangan hidup, umat Muslim memiliki pedoman abadi yang menjadi pelita kehidupan, yaitu Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Keduanya merupakan wahyu dari Allah yang absolut kebenarannya dan tidak menyisakan secuilpun keraguan bagi mereka yang beriman. Berikut argumentasi yang memperkuat pentingnya mengikuti dua sumber utama ini secara utuh dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim yang sejati.
Pertama, kedudukan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman utama tidak tergantikan oleh apapun, baik akal maupun logika manusia. Al-Quran sebagai kalam Allah yang qadim dan sempurna, menghimpun seluruh kebenaran dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Sementara Sunnah Rasulullah SAW merupakan penjelas sekaligus teladan hidup dalam mengaplikasikan ajaran Al-Quran secara nyata. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl: 64, "Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Quran ini, melainkan agar engkau menerangkan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan." Dengan demikian, Al-Quran dan Sunnah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam menjadi pedoman hidup bagi umat Muslim.
Kedua, mengikuti Al-Quran dan Sunnah secara konsisten akan membawa manusia pada kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun akhirat. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 71, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..." Dengan mencontoh akhlak dan kehidupan Rasulullah yang sepenuhnya berpedoman pada wahyu, manusia akan meraih ridha Allah, tujuan mulia setiap makhluk-Nya. Inilah bahagia sejati dan abadi yang manusia dambakan.
Ketiga, kebenaran Al-Quran dan Sunnah tidak terbantahkan karena ditopang oleh ijma' (konsensus) ulama dari berbagai generasi. Dengan bersandar pada kedua sumber tersebut, ulama sepanjang zaman menafsirkan dan memahami ajaran Islam secara benar. Ijma' inilah yang kemudian memperkokoh kedudukannya sebagai pedoman utama umat Muslim. Ini berbeda dengan paham kaum mubtadi'ah yang mengunggulkan akal semata, hingga cenderung memutarbalikkan ajaran agama sesuai nafsu mereka.
Keempat, akal dan logika manusia tetap dibutuhkan namun dalam porsi yang proporsional, yaitu sebagai alat untuk memahami kandungan Al-Quran dan Sunnah, bukan untuk mendiktenya. Betapapun hebatnya akal, ia tetap terbatas dan tidak akan mampu menangkap kebenaran secara absolut tanpa bimbingan wahyu. Bahkan, akal sehat yang sejalan dengan fitrah manusia akan mengantarkannya pada kebenaran wahyu itu sendiri.
Kelima, sudah menjadi kewajiban setiap Muslim untuk senantiasa mencintai, membaca, merenungkan, mengamalkan, serta mendakwahkan Al-Quran dan Sunnah di setiap aktivitas kehidupannya. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 31, "Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.'" Inilah bukti kecintaan seorang hamba kepada Rabb-nya, dengan sepenuhnya mengikuti jejak Rasul-Nya yang mulia.
Sebagai penutup, umat Muslim sudah semestinya bangga dengan petunjuk agung yang Allah anugerahkan berupa Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Keduanya saling melengkapi dalam memberikan bimbingan lengkap menuju jalan kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Dengan berpegang teguh kepada wahyu inilah, cahaya Islam akan terus bersinar dan membawa rahmat bagi seluruh alam semesta.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.