Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adistya-Mahasiswi Universitas Airlangga

Kebaya Korean Style: Tren atau Hilangnya Keaslian?

Trend | 2024-06-02 13:21:10
https://pin.it/4UHZRf0YC

Kebaya adalah pakaian tradisional yang dikenakan oleh perempuan di Indonesia. Biasanya terdiri dari blus panjang yang dipadukan dengan kain atau sarung batik, songket, atau kain tradisional lainnya yang dililitkan di pinggang. Kebaya sering dikenakan pada acara-acara formal seperti pernikahan, upacara adat, dan perayaan penting lainnya. Kebaya juga memiliki berbagai variasi di berbagai daerah di Indonesia, seperti kebaya Jawa, kebaya Bali, dan kebaya Sunda, masing-masing dengan ciri khasnya sendiri.


Dalam beberapa bulan terakhir, dunia mode Indonesia diramaikan dengan berita tentang munculnya model kebaya baru dalam media sosial TikTok. Model kebaya ini menimbulkan kontroversi di masyarakat karena tampilannya sangat berbeda dari kebaya tradisional Indonesia. Kebaya yang dikenal dengan sebutan “kebaya korean style” ini memiliki model crop top. Kebaya "Korean style" yang model crop top adalah varian kebaya yang menampilkan potongan atasan lebih pendek, biasanya sejajar dengan pinggang atau sedikit di atasnya.

Berbeda dengan kebaya tradisional yang umumnya panjang hingga menutupi pinggul, kebaya model ini menonjolkan bagian perut. Desainnya sering kali menggabungkan elemen-elemen modern dengan kain tradisional, namun tetap mempertahankan beberapa ciri khas kebaya seperti penggunaan brokat atau renda. Model crop top ini menciptakan tampilan yang lebih trendy dan fashionable, tetapi juga memicu kontroversi karena dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai dan estetika kebaya tradisional Indonesia. Lalu, faktor apa yang mendukung popularitas Kebaya "Korean Style" ini?


Kebaya "Korean Style" dianggal cenderung lebih simpel dan praktis dibandingkan kebaya tradisional, sehingga cocok untuk berbagai acara, baik formal maupun semi-formal. Desain yang modern dan minimalis menarik bagi generasi muda yang menginginkan tampilan modis tanpa mengorbankan kenyamanan. Selain itu, pengaruh budaya pop Korea (K-pop dan K-drama) sangat kuat di Indonesia. Banyak penggemar K-pop yang terinspirasi oleh gaya berbusana artis Korea dan mencoba mengadopsi elemen tersebut ke dalam pakaian tradisional mereka, termasuk kebaya.

Para desainer fashion pun melihat ini sebagai kesempatan untuk berinovasi dan menciptakan sesuatu yang baru dengan menggabungkan dua budaya. Hal ini juga mendorong lahirnya berbagai variasi kebaya yang lebih dinamis dan menarik. Desainer kebaya Korean style memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan karya mereka dengan cara yang sangat efektif. Dalam hal ini, media sosial memainkan peran besar dalam penyebaran tren mode. Influencer dan selebriti yang memamerkan kebaya Korea di akun mereka membantu meningkatkan popularitasnya.

Sehingga dengan dipromosikannya melalui media sosial cakupan konsumennya menjadi lebih luas lagi dan banyak konsumen yang memberikan respon positif terhadap kebaya Korea karena merasa desainnya lebih relevan dan sesuai dengan gaya hidup modern. Namun, apakah ini sebuah tren baru yang patut disambut dengan antusiasme, atau justru sebuah tanda mengkhawatirkan dari hilangnya keaslian budaya kita?


Tidak bisa dipungkiri bahwa mode adalah dunia yang selalu berkembang dan berevolusi. Setiap era membawa inovasi yang memadukan gaya klasik dengan tren terkini. Kebaya "Korean style" bisa dilihat sebagai bentuk inovasi dalam busana tradisional. Desainnya yang modern dan segar mungkin dapat menarik minat generasi muda yang lebih memilih gaya yang praktis dan trendy, daripada model kebaya tradisional yang dianggap kuno dan kurang fleksibel untuk dipakai sehari-hari.

Selain itu, tren ini bisa dilihat sebagai bentuk apresiasi dan pengenalan budaya yang lebih luas. Menggabungkan elemen-elemen budaya Korea yang sedang digandrungi melalui musik K-Pop dan drama Korea dengan kebaya, bisa menjadi cara untuk menarik perhatian dunia internasional terhadap warisan budaya Indonesia. Dalam era globalisasi ini, kolaborasi budaya bukanlah hal yang asing dan sering kali menghasilkan karya-karya yang unik dan menarik.

Di sisi lain, kebaya "Korean style" memicu kekhawatiran tentang hilangnya keaslian dan nilai-nilai budaya asli Indonesia. Kebaya tradisional tidak hanya sekadar pakaian, tetapi juga simbol identitas, sejarah, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Perubahan drastis pada model kebaya dapat dilihat sebagai upaya komersialisasi yang mengabaikan makna dan filosofi mendalam yang terkandung dalam setiap jahitan dan detailnya.

Banyak yang berpendapat bahwa modifikasi berlebihan pada kebaya dapat merusak citra dan esensi dari kebaya itu sendiri. Kebaya yang seharusnya dipakai dengan penuh hormat dan kebanggaan sebagai bagian dari warisan budaya, kini dipermainkan menjadi sekadar fashion item tanpa makna. Kebaya "Korean style" dengan model crop top dianggap tidak sesuai dengan nilai kesopanan dan keanggunan yang biasanya dipresentasikan oleh kebaya tradisional.

Kebaya "Korean style" memunculkan dua pandangan yang berbeda yaitu sebagai inovasi mode atau sebagai ancaman terhadap keaslian budaya. Penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan antara mengapresiasi tren baru dan tetap menjaga nilai-nilai budaya asli. Modifikasi kebaya tidak harus sepenuhnya ditolak, tetapi harus dilakukan dengan tetap menghormati dan mempertahankan esensi dari kebaya itu sendiri.

Kebaya "Korean style" bisa menjadi titik awal diskusi tentang bagaimana kita bisa terus memperkenalkan kebaya kepada generasi muda tanpa kehilangan identitas budaya kita. Mari kita jadikan inovasi sebagai sarana untuk memperkaya budaya, bukan merusaknya. Dengan begitu, kebaya akan tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman, sekaligus menjaga keaslian dan kebanggaan sebagai warisan budaya Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image