Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. H. Dana, M.E.

Semua Manusia adalah Pengusaha

Agama | Saturday, 01 Jun 2024, 05:07 WIB

Oleh: Dr. Dana, M.E

“Semua manusia adalah pengusaha. Ketika manusia masih berada di gua-gua, kita semua bekerja sendiri, menemukan makanan, memberi makan diri kita sendiri. Dan di situlah sejarah manusia dimulai. Saat peradaban datang kita ditekan. Kami menjadi buruh karena mereka mencap kami, Kamu adalah buruh. Kami lupa “bahwa kami adalah pengusaha”.

Tulisan di atas merupakan kutipan dari tulisan seorang pebisnis asal Bangladesh Muhammad Yunus, yang juga penerima hadiah Nobel perdamaian, sekaligus pendiri Grameen Bank di Bangladesh yang melayani masyarakat dengan menawarkan pinjaman kepada keluarga kurang mampu tanpa memerlukan agunan. Dimana pemikirannya menggugah kita untuk meninjau kembali sejarah manusia dan memahami bahwa entrepreneurship bukanlah konsep baru, melainkan bagian dari hakikat kita sebagai manusia.

Namun, seiring dengan perkembangan peradaban, struktur sosial dan ekonomi mulai berubah. Saat masyarakat semakin berkembang dan kompleksitas hidup meningkat, banyak dari kita mulai meninggalkan peran sebagai pebisnis dan beralih menjadi buruh. Sistem ekonomi dan sosial yang ada menekan potensi kewirausahaan kita dan menciptakan kelas pekerja yang harus bergantung kepada majikan. Label "buruh" yang diberikan kepada kita membuat kita lupa akan kemampuan dan potensi besar yang kita miliki sebagai pengusaha.

Inti dari pemikiran Muhammad Yunus adalah, bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi pengusaha. Tidak peduli latar belakang ekonomi atau pendidikan, jiwa kewirausahaan ada dalam diri setiap individu. Kita hanya perlu mengingat dan mengasah kembali kemampuan tersebut.

Dalam Islam, menjadi pebisnis tidak berarti harus selalu menjadi pengusaha besar dengan keuntungan melimpah dan aset yang tak terhitung. Esensi bisnis dalam ajaran Islam lebih menekankan agar umat Islam menjadi umat yang mandiri dan berdiri tegak di atas kaki sendiri. Seorang pemulung yang mandiri dan jujur bisa saja di mata Allah lebih mulia daripada seorang eksekutif yang memperoleh pekerjaan dan pendapatannya dengan cara tidak bermoral. Selain itu, bisnis dalam Islam tidak hanya soal mencari materi. Namun memiliki dimensi yang lebih luas, yang melampaui sekedar urusan dunia. Bisnis adalah salah satu cara untuk menunaikan amanah sebagai khalifah di bumi. Dengan berbisnis, seorang Muslim dapat menjalankan fungsi sosial yang berguna bagi masyarakat, seperti menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi pada kesejahteraan umat manusia.

Terdapat beberapa alasan yang bisa dijadikan motivasi, mengapa seorang Muslim harus menjadi pebisnis, di antaranya:

1. Melaksanakan Perintah Allah.

Allah SWT berfirman yang artinya, Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Q.S. Al-Jumuah: 10). Ayat ini menegaskan pentingnya usaha dan kerja keras setelah menunaikan kewajiban shalat. Perintah untuk "bertebaranlah kamu di muka bumi" menunjukkan bahwa kita diharapkan untuk aktif mencari rezeki dan memanfaatkan karunia Allah yang tersebar di pelosok bumi. Ini mencakup segala bentuk usaha, termasuk berbisnis, sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendapatkan karunia Allah.

2. Sebagai Sarana Beribadah Kepada Allah.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Q.S. Adh-Dhariyat: 56). Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah tidak hanya terbatas pada ritual seperti shalat dan puasa, tetapi mencakup semua aspek kehidupan yang dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai dengan syariat. Berbisnis, jika dilakukan dengan niat mencari ridha Allah dan mengikuti ketentuan syariat Islam, merupakan salah satu bentuk ibadah.

3. Sebagai Bentuk Syukur Kepada Allah.

Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih” (Q.S. Saba: 13). Ayat ini mengajarkan bahwa bekerja dan berusaha adalah salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur manusia kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Ketika seorang Muslim berbisnis, ia tidak hanya mencari nafkah, tetapi juga merupakan bentuk syukur atas karunia Allah dengan memanfaatkan potensi, waktu, dan sumber daya yang telah Allah berikan.

4. Menjaga Harkat Martabat Diri dan Keluarga.

Berbisnis juga merupakan salah satu cara untuk menjaga harkat dan martabat diri dan keluarga. Dalam Islam, bekerja keras dan berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat dianjurkan, dan meminta-minta atau bergantung kepada orang lain tanpa alasan yang dibenarkan, dianggap kurang bermartabat. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi ataupun tidak” (HR. Bukhari).

5. Agar Bisa Bermanfaat untuk Orang Lain.

Islam sangat menekankan pentingnya memberikan manfaat kepada sesama. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya” (HR. Bukhari: 6437). Selain itu terdapat riwayat yang menjelaskan bahwa, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (Hadits Riwayat ath-Thabrani).

Hadis-hadis di atas menunjukkan betapa besar penghargaan Islam terhadap tindakan yang memberikan manfaat kepada orang lain. Dengan berbisnis, seorang Muslim dapat menyediakan lapangan kerja, menyediakan produk dan layanan guna memberikan manfaat kepada orang lain.

6. Agar Lebih Dicintai Allah SWT.

Bisnis bagi seorang Mukmin hendaklah tujuan utamanya adalah untuk mencari kecintaan Allah. Seorang mukmin harus malu jika dirinya menjadi beban bagi orang lain. Justeru sebaliknya seorang mukmin harus kuat secara ekonomi, karena dengan kekuatan ekonomi yang dimiliknya akan mampu berbuat lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Karena itulah Allah SWT mencintai mukmin yang kuat dari pada mukmin yang lemah, meskipun pada keduanya ada kebaikan. Seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan” (HR. Muslim).

Pada akhirnya, pengakuan bahwa "semua manusia adalah pengusaha" mengajak kita untuk melihat diri kita dengan perspektif baru. Ini adalah panggilan untuk menghidupkan kembali semangat hidup mandiri yang mungkin sudah lama terlupakan. Saat kita memahami bahwa Allah SWT telah memberikan kepada manusia kemampuan untuk berwirausaha, kita mendapatkan kesadaran yang menginspirasi, “Inilah saatnya bangkit dan bertindak”. Tidak ada alasan untuk menganggur dengan alasan tidak mendapatkan pekerjaan. Inilah saatnya menggali dan mengembangkan bakat, menginspirasi orang lain, dan menjadikan dunia ini tempat yang baik untuk ditinggali dan sebagai ladang untuk beramal.

Wallahu a’lam bish-shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image