Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image annisa andini

Tantangan dan Peluang Generasi Sandwich pada Era Generasi Z

Edukasi | 2024-05-31 12:39:08

Generasi sandwich merupakan istilah yang dipopulerkan oleh seorang profesor pekerja sosial di Amerika Serikat, yakni Dorothy A. Miller (1981). Generasi sandwich menunjuk pada sebuah generasi yang berada pada posisi “terhimpit” di antara dua generasi yang berbeda, yaitu berada di antara orang tua mereka yang mulai menua dan di sisi lain keberadaan anak-anak mereka, ataupun saudara mereka yang masih membutuhkan bantuan dengan umur berkisar antara delapan belas tahun atau lebih.

Mayoritas fenomena generasi sandwich terjadi pada keluarga yang memiliki pendapatan rendah, di mana generasi sandwich sendiri membutuhkan sumber penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga mereka. Keberadaan generasi sandwich terus meningkat setiap tahunnya. Pada era generasi Z ini yang rentang tahun kelahiran berawal dari tahun 1997 hingga 2012, Menurut Velrahga (2021), data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik dalam Statistik Penduduk Lanjut Usia pada tahun 2017, beberapa sumber pembiayaan rumah tangga untuk lanjut usia berasal dari anggota rumah tangga (ART) yang bekerja sebesar 77,82%, kiriman uang atau barang sebesar 14,97%, 6,46% berasal dari dana pensiun, dan 0,76% berasal dari investasi. Lalu, jika dilihat dari tempat tinggal penduduk lanjut usia, didominasi oleh penduduk lanjut usia yang tinggal bersama tiga generasi sebesar 36,37%, tinggal bersama anak atau bersama mertua sebesar 26,91%, tinggal bersama pasangan sebesar 18,89%, dan 9,80% lanjut usia tinggal sendirian. Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk lanjut usia masih tinggal bersama dengan anggota keluarga seperti anak mereka, dan bergantung pada pengiriman uang atau barang untuk melanjutkan kehidupan mereka.

Pada generasi Z sekarang ini yang berkisar antara umur 27 hingga 19 tahun yang sudah bekerja atau mempunyai pendapatan sendiri banyak orang tua yang meminta pendapatan atau separuh gaji mereka untuk membiayai kehidupan mereka dan akibatnya memiliki ketergantungan pada pengiriman uang atau barang untuk melanjutkan kehidupan mereka. Selain itu, terdapat fenomena dimana para orang tua turut meminta kepada anak sulungnya yang sudah bekerja untuk juga ikut membiayai saudara-saudara atau adek kandung mereka dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kami sebagai generasi Z yang sudah bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri dan hidup merantau di kota besar yang mempunyai biaya hidup lebih tinggi harus bisa membagi penghasilan dengan pengeluaran supaya bisa mencapai keadaan balance. Banyak generasi Z saat ini yang menjadi tulang punggung untuk menghidupi keluarga mereka yang mengakibatkan dilematika peran, hingga tekanan pada aspek fisik dan psikologis.

Berbagai tanggung jawab yang dibebankan kepada generasi sandwich dapat berimplikasi pada berbagai hal seperti tekanan peran, kerugian aspek fisik dan psikologis, hingga penurunan hubungan keluarga (Khalil & Santoso, 2022), sehingga dapat berpengaruh pada keberfungsian sosial mereka sebagai akibat dari dampak negatif yang dialami oleh generasi sandwich. Tidak menutup kemungkinan bahwa generasi sandwich mengalami perubahan pada keberfungsian sosial individu akibat berbagai kewajiban yang harus dijalankan secara bersamaan dengan tuntutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan secara fisik, emosional, dan finansial dari orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Pada era digitalisasi teknologi saat ini yang sebagian besar dihadapi oleh generasi Z, banyak pekerjaan yang mudah di controll dari jauh sehingga memudahkan para generasi sandwich terlebih di era generasi Z saat ini untuk dapat membagi waktu mereka untuk bekerja sekaligus upgrade skill mereka untuk dapat menghadapi era digitalisasi teknologi yang terus berkembang secara pesat. Selain itu generasi Z ini bisa menjadi penghubung antara tradisi dan inovasi, dengan memberikan pengalaman antara berbagai kelompok umur.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image