Akuntan Metaverse: Menghadapi Tantangan Etika dan Peluang Baru di Dunia Virtual
Bisnis | 2024-05-30 22:16:45Menurut Lee Jee Young menyebutkan bahwa konsep Metaverse pertama kali muncul dalam novel "Snow Crash" karya Neal Stephenson pada tahun 1992. Metaverse, yang menggabungkan "Meta" dan "Verse," adalah representasi dunia virtual 3D di mana pengguna berinteraksi sosial dan ekonomi melalui avatar digital. NFT, singkatan dari Non-Fungible Token, adalah aset digital unik yang disimpan di blockchain, seperti seni digital atau item game. Penjualan NFT meledak dalam beberapa tahun terakhir, memunculkan tantangan baru dalam audit keuangan. Perusahaan terkenal mulai menciptakan dan menjual NFT di platform pasar terpusat, bahkan menciptakan "Hybrid NFT" yang dapat dikoleksi di dunia nyata. Industri fashion, makanan, dan minuman juga mulai merambah tren NFT. Perusahaan besar seperti Gucci, Jimmy Choo, dan Visa telah terlibat dalam tren NFT. Adaptasi profesi akuntansi terhadap perubahan ini menjadi penting, terutama mengingat pertumbuhan jumlah tenaga kerja Generasi Z dan integrasi teknologi keuangan baru seperti NFT dan Metaverse. Integrasi blockchain dan kecerdasan buatan dalam Metaverse juga diharapkan akan menjadi penting untuk pertumbuhan masa depan.
Konsep Metaverse, yang diperkenalkan oleh Neal Stephenson dalam novel "Snow Crash" pada tahun 1992, telah menjadi subjek perhatian besar dalam beberapa tahun terakhir. Metaverse mewakili dunia virtual 3D di mana pengguna dapat berinteraksi dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan hiburan melalui avatar digital. Istilah "Metaverse" sendiri menggabungkan "Meta," yang mengacu pada sesuatu yang virtual dan abstrak, dengan "Verse," yang menunjukkan alam semesta atau dunia yang luas. Dalam Metaverse, pengguna memiliki kesempatan untuk memperluas pengalaman mereka di luar dunia nyata, menciptakan komunitas virtual yang aktif dan beragam.
Salah satu elemen kunci dari Metaverse adalah konsep Non-Fungible Tokens (NFTs). NFTs adalah aset digital unik yang disimpan di blockchain, yang membedakannya dari cryptocurrency tradisional seperti Bitcoin atau Ethereum. Mereka dapat mencakup berbagai jenis aset, mulai dari seni digital hingga item dalam permainan video. Keunikan utama dari NFTs adalah ketidakmampuannya untuk dipertukarkan satu sama lain secara langsung karena setiap NFT memiliki identitas digital yang unik. Ini berarti bahwa setiap NFT memiliki nilai dan karakteristik yang unik, memungkinkan pemiliknya untuk memiliki aset digital yang benar-benar eksklusif.
Penjualan NFT telah mengalami lonjakan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada bulan Desember 2020, penjualan NFT diperkirakan mencapai $12 juta, dan hanya dua bulan kemudian, pada bulan Februari 2021, angka tersebut melonjak menjadi $340 juta. Fenomena ini mencerminkan minat yang meningkat dalam aset digital unik dan potensi ekonomi yang terkait dengannya. Dengan munculnya platform pasar NFT terpusat, seperti OpenSea dan Rarible, serta perusahaan-perusahaan besar yang mulai menciptakan dan menjual NFT, aksesibilitas terhadap NFT telah meningkat secara signifikan.
Selain peningkatan popularitas NFT dalam dunia virtual, konsep "Hybrid NFT" juga telah muncul. Hybrid NFT adalah aset digital yang tidak hanya ada dalam bentuk digital di blockchain, tetapi juga memiliki representasi fisik di dunia nyata. Contohnya adalah NFT yang juga berfungsi sebagai kartu perdagangan yang dapat dikoleksi secara tradisional. Ini membuka pintu untuk integrasi yang lebih dalam antara dunia virtual dan dunia fisik, memperluas kemungkinan penggunaan dan nilai NFT di masyarakat.
Industri fashion, makanan, dan minuman juga telah mulai mengeksplorasi potensi NFT. Perusahaan-perusahaan seperti Gucci, Jimmy Choo, dan Visa telah terlibat dalam tren NFT dengan menciptakan dan menjual koleksi digital mereka sendiri. Gucci, misalnya, menjual NFT mereka melalui rumah lelang terkenal seperti Christie's, sementara Jimmy Choo menjual NFT mereka melalui platform perdagangan kripto terpusat seperti Binance NFT. Ini menunjukkan bahwa tren NFT tidak hanya terbatas pada industri hiburan, tetapi juga telah merambah ke industri lain dengan potensi besar.
Namun, dengan pertumbuhan yang pesat dalam pasar NFT, muncul tantangan baru bagi profesi akuntansi dan audit. Audit penjualan NFT menjadi semakin kompleks karena volume transaksi yang meningkat dan perubahan dalam cara aset digital diakses dan diperdagangkan. Akuntan dan auditor perlu memahami secara mendalam bagaimana NFT beroperasi dan bagaimana mereka dapat diintegrasikan ke dalam proses audit yang efektif dan akurat. Peningkatan popularitas NFT dan perkembangan Metaverse menimbulkan sejumlah tantangan etika bagi profesi akuntansi. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana mengaudit transaksi yang melibatkan NFT dengan integritas dan keakuratan yang memadai. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang bagaimana NFT beroperasi, termasuk mekanisme pembuatan, penghapusan, dan transfer kepemilikan. Akuntan harus memastikan bahwa transaksi yang terkait dengan NFT diproses dengan benar dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Selain itu, keberadaan "Hybrid NFT" menciptakan kompleksitas tambahan. Dalam audit, penting untuk memverifikasi tidak hanya aspek digital dari NFT tetapi juga representasinya dalam bentuk fisik. Ini memerlukan pendekatan audit yang holistik dan kemungkinan kerja sama dengan pihak lain, seperti ahli seni atau evaluasi fisik. Tantangan etika lainnya muncul dari integrasi teknologi baru, seperti blockchain dan kecerdasan buatan, dalam Metaverse. Meskipun teknologi ini menawarkan peluang untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan, mereka juga membawa risiko baru, seperti privasi dan keamanan data. Akuntan harus mempertimbangkan implikasi etis dari penggunaan teknologi ini dalam konteks audit dan memberikan perlindungan yang memadai terhadap potensi risiko. Selain menjaga integritas dan keakuratan audit, profesi akuntansi juga harus memastikan bahwa mereka beroperasi dengan keadilan dan tanggung jawab sosial. Dalam konteks NFT dan Metaverse, ini bisa mencakup pertimbangan tentang bagaimana aset digital dikuratori dan didistribusikan, serta bagaimana mereka memengaruhi keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Adaptasi terhadap perubahan ini menjadi semakin penting dengan pertumbuhan generasi muda yang terampil dalam teknologi finansial baru. Generasi Z, yang semakin banyak masuk ke dalam pasar kerja, membawa pemahaman yang mendalam tentang teknologi dan inovasi baru. Akuntan dan auditor harus dapat beradaptasi dengan kebutuhan dan harapan generasi ini, serta memanfaatkan keahlian dan pengetahuan teknis yang berlandaskan dengan konsep etika professional mereka dalam bidang ini. Hal ini pula selaras dengan konsep tujuan Pembangunan yang berkelanjuta SDG’s poin 8, 16, dan 17.
Penting juga untuk memantau kemajuan yang terus berlangsung dalam teknologi blockchain dan kecerdasan buatan, yang diharapkan akan menjadi bagian integral dari Metaverse di masa depan. Integrasi blockchain dan kecerdasan buatan dapat memperluas kemungkinan Metaverse, menciptakan lingkungan virtual yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan. Penelitian dan pengembangan dalam bidang ini akan memainkan peran penting dalam membentuk masa depan Metaverse dan membantu profesi akuntansi dan audit untuk tetap relevan dan efektif di era yang terus berubah ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.