Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jusri Nur Fitriani Asri

Penggunaan Teknologi PCR dalam Mendeteksi Penyakit Menular

Teknologi | Wednesday, 22 May 2024, 07:22 WIB

Teknologi Polymerase Chain Reaction (PCR) telah menjadi salah satu alat yang paling penting dalam deteksi penyakit menular. Dengan memungkinkan amplifikasi cepat dan sensitif dari fragmen DNA, PCR memberikan kemampuan untuk mendeteksi virus dan bakteri. Pada artikel kali ini akan membahas prinsip dasar PCR dan real-time PCR, aplikasinya dalam deteksi penyakit menular, serta pengimplementasian PCR di laboratorium.

Gambar 1. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Prinsip PCR dan Real-time PCR

PCR adalah teknik molekuler yang digunakan untuk mengamplifikasi sekuens DNA tertentu menjadi jumlah yang cukup untuk analisis lebih lanjut. Proses PCR melibatkan siklus pemanasan dan pendinginan yang berulang, di mana DNA target direplikasi secara eksponensial oleh enzim DNA polimerase. Real-time PCR adalah variasi dari PCR konvensional di mana amplifikasi DNA terjadi secara real-time selama siklus reaksi, yang memungkinkan deteksi dan kuantifikasi DNA target secara langsung.

Aplikasi dalam Mendeteksi Virus dan Bakteri

PCR telah digunakan secara luas dalam deteksi berbagai penyakit menular, termasuk infeksi virus seperti HIV, hepatitis, dan influenza, serta infeksi bakteri seperti tuberculosis dan meningitis. Metode PCR yang berbeda, termasuk PCR konvensional dan real-time PCR, telah dikembangkan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi DNA atau RNA patogen dalam sampel klinis seperti darah, air liur, atau cairan serebrospinal. Selain itu, PCR juga memiliki aplikasi yang penting dalam deteksi infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit menular seperti tuberculosis (TB) dan meningitis. Dalam kasus TB, PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis dalam sputum atau cairan tubuh lainnya, memberikan diagnosis yang lebih cepat dibandingkan dengan metode konvensional seperti kultur bakteri. Hal ini memungkinkan penanganan dini dan pengendalian penyebaran penyakit yang lebih efektif. Demikian pula, dalam kasus meningitis, PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA bakteri seperti Neisseria meningitidis atau Streptococcus pneumoniae dalam cairan serebrospinal, membantu diagnosis dan pengobatan yang cepat untuk pasien. Metode PCR yang berbeda, seperti PCR konvensional dan real-time PCR, telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan diagnosis yang berbeda. PCR konvensional biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan DNA target dalam sampel, sedangkan real-time PCR memungkinkan pengukuran amplifikasi DNA secara real-time selama reaksi PCR berlangsung. Ini memberikan keuntungan tambahan dalam mendapatkan hasil yang cepat dan akurat.

Implementasi PCR di Laboratorium

Salah satu contoh pengimplementasian dengan menggunakan real-time PCR yaitu untuk mendeteksi virus dengue pada sampel darah pasien yang dicurigai terinfeksi. Dengan menggunakan primer dan probe yang spesifik untuk gen virus dengue, dapat berhasil mengidentifikasi keberadaan virus dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hal ini memungkinkan diagnosis yang cepat dan akurat, yang sangat penting dalam pengelolaan pasien dengan gejala demam yang tidak jelas. Implementasi PCR di laboratorium membutuhkan peralatan dan fasilitas yang memadai, serta keahlian teknis dalam melakukan prosedur PCR dan menganalisis data hasil. Program studi Teknologi Laboratorium Medik berperan penting dalam persiapan para tenaga ahli laboratorium untuk menguasai teknik-teknik PCR dan menerapkannya dalam praktek klinis sehari-hari. Dengan demikian, implementasi PCR di laboratorium tidak hanya meningkatkan kemampuan diagnosis penyakit menular, tetapi juga memperkuat peran teknologi laboratorium medik dalam menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dan efektif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image