Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Candra Oftriyana

Kurangnya Aspirasi Masyarakat menjadi Faktor Masalah Pendidikan

Pendidikan dan Literasi | Sunday, 19 May 2024, 05:44 WIB

Aspirasi masyarakat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masalah pendidikan di Indonesia. Padahal masyarakat menjadi sasaran utama untuk menjalankan dunia pendidikan. Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan, ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Ditinjau dari tingginya angka putus sekolah, disebabkan oleh keterbatasan perekonomian masyarakat.

Banyaknya anak-anak yang harus kerja berat dengan paksa dan meninggalkan pendidikan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar orang tua terkendala dengan biaya sekolah yang tinggi, meskipun sudah ada program bantuan dari pemerintah, akan tetapi masih saja menjadi beban bagi banyak keluarga. Masalah selanjutnya yaitu, keterbatasan akses dan infrastruktur terutama di daerah terpencil seperti, kualitas pengajaran dan fasilitas sekolah masih jauh dari standar yang memadai. Kondisi ini menurunkan motivasi orang tua untuk menyekolahkan anak mereka. Sebagian besar orang juga sengaja menjauhkan diri dan tidak memperhatikan manfaat jangka panjang dari pendidikan, mereka beranggapan bahwa tujuan pendidikan hanya mencari sebuah gelar atau status semata. Hal ini juga disebabkan karena pola pikir masyarakat yang masih klasik sehingga rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Pada dasarnya, inti dari pendidikan itu sendiri berada pada masyarakat mulai dari sebagai objek yang menjalankan, kelangsungan, hingga kemajuan pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan. Beberapa masalah diatas tentunya akan berdampak langsung pada kemajuan negara, produktivitas, dan daya saing. Pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional dengan tingginya angka kemiskinan yang berkelanjutan.

Tentunya masalah-masalah tersebut bukanlah masalah yang kecil, pemerintah harus menjadi kunci utama untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya sebuah pendidikan. Berikut ini beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam merangkul masyarakat.

1. Peningkatan Kesadaran melalui Kampanye Pendidikan Pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan melalui kampanye yang menargetkan orang tua dan komunitas. Penyuluhan yang menekankan manfaat jangka panjang dari pendidikan dapat mengubah persepsi masyarakat. Penyelesaian masalah pendidikan membutuhkan kerja sama antara berbagai pihak. Peran swasta dan masyarakat dalam mendukung pendidikan, baik melalui dana maupun program kemitraan, dapat mempercepat peningkatan kualitas pendidikan.

2. Peningkatan Akses dan Infrastruktur Pendidikan Membangun dan memperbaiki infrastruktur pendidikan, khususnya di daerah pedesaan dan terpencil, sangat penting. Transportasi yang memadai dan fasilitas sekolah yang baik dapat meningkatkan partisipasi siswa.

3. Program Bantuan dan Beasiswa Pemerintah perlu memperluas program bantuan dan beasiswa untuk siswa dari keluarga kurang mampu. Dengan demikian, beban biaya pendidikan dapat berkurang dan akses terhadap pendidikan yang lebih tinggi dapat terbuka lebih luas.

4. Peningkatan Kualitas Pengajaran Melatih guru dan menyediakan sumber daya pendidikan yang memadai adalah kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pemerintah harus memastikan bahwa semua sekolah, terutama di daerah terpencil, memiliki guru yang berkualitas dan fasilitas yang memadai.

Kurangnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan adalah masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multi-dimensi untuk mengatasinya. Melalui upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, aspirasi terhadap pendidikan dapat ditingkatkan. Dengan demikian, partisipasi dan kualitas pendidikan akan mengalami peningkatan, yang pada akhirnya berkontribusi pada pembangunan sumber daya manusia dan kemajuan bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image