Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khaira Eka Sativa

Dibalik Menggemaskannya Ikan Buntal

Edukasi | 2024-05-18 10:40:45

Ikan buntal adalah salah satu spesies yang termasuk dalam keluarga Tetraodontidae yang dapat dijumpai pada perairan air tawar maupun air asin. Ciri-ciri yang paling khas yaitu pada permukaan kulitnya dilapisi oleh duri yang menonjol, tubuh runcing dan panjang, bibirnya yang menonjol, perut dan kepalanya yang bulat besar. Terdapat kurang lebih 100 jenis ikan buntal dengan ukuran tubuh yang berkisar antara 10 cm hingga 80 cm.

Walaupun pada habitatnya ikan buntal termasuk bergerak dengan kecepatan lambat, namun ia tidak mudah menjadi mangsa predator. Ini terjadi karena bentuk pertahanan dirinya yang mampu menggembungkan diri mengisi perutnya dengan udara, sehingga tubuhnya dapat membesar tiga kali dari ukuran normal. Inilah juga jawaban mengapa dinamakan ikan buntal, karena kemampuan menggelembungnya berubah seperti buntalan.

Negara Jepang mampu menyulap ikan buntal dari penampilan fisiknya yang menakutkan menjadi suatu hidangan lezat. Fugu adalah sebutan ikan buntal di Jepang, di negara ini ikan buntal diolah mulai dari sashimi yang dimakan mentah hingga dipanggang di atas arang panas. Namun, makanan ini disajikan khusus oleh koki yang memiliki izin memasak ikan buntal dan telah berpengalaman. Karena banyak bagian ikan buntal yang beracun sehingga, apabila salah dalam pengolahannya akan berakibat fatal.

Pada film “John Wick: Chapter 3 Parabellum” terdapat potongan film dimana seorang juri berjalan mendatangi sebuah kedai sushi lalu memberikan suatu perintah, selanjutnya pemilik kedai menyajikan potongan daging ikan buntal segar. Tanpa pikir panjang, juri tersebut memakan daging ikan itu mentah-mentah yang membuat pemilik kedai menerima perintahnya. Adegan ini secara tidak langsung mengisyaratkan jika Fugu digunakan sebagai salah satu alat pengambil keputusan, karena banyak dari bagian tubuhnya yang beracun sehingga siapapun yang berani memakannya maka akan dihormati dan dilaksanakan seluruh perintahnya.

Karena dari tadi ngomongin racun mulu, sini biar aku jelasin kenapa ikan buntal bisa dianggap sebagai hewan laut paling mematikan. Pada tubuh ikan buntal terdapat metabolit sekunder yang berupa racun bernama Tetrodotoxin (TTX) yang biasanya dalam dosis kecil digunakan untuk anestesi serta pengurang rasa sakit kronis pada pasien kanker. Disebutkan bahwa Tetrodotoxin ini termasuk suatu bahan kimia yang 100 kali lebih mematikan dari sianida. Racun ini dapat ditemukan di hati, organ pencernaan, ginjal, kulit, serta daging ikan buntal. Uniknya, pada ikan buntal betina, racun TTX lebih tinggi daripada jantan, hal ini karena ovarium ikan buntal daripada testis mengandung lebih banyak kandungan TTX.

Bila racun tak sengaja terkonsumsi sedikit lebih banyak, akan berakibat fatal hingga kematian. Gejala ditandai dengan mual, lemas, sakit perut, dan diare hingga gagal nafas parah dan tak sadarkan diri. Sampai saat ini tidak ada obat penawarnya, maka identifikasi gejala sedini mungkin dan segera membawa ke unit pelayanan kesehatan sangatlah penting agar mendapat penanganan yang tepat untuk menghindari komplikasi.

Baru-baru ini di Desa Haria, Kecamatan Saparua, Maluku Tengah, terjadi sebuah peristiwa naas yang menerpa ibu dan kedua anaknya sehabis mengonsumsi bagian ikan Fugu ini. Setelah di investigasi lebih lanjut, didapat pernyataan bahwa ketiga korban memakan bagian telur ikan buntal yang sudah dimasak sejak semalam sebelum pergi ke sungai. Kurang lebih satu jam ketiga korban ditemukan dalam kondisi lemas dan kerongkongannya sakit dan segera dilarikan ke RSUD Saparua sehingga sempat mendapat penanganan, namun nyawa mereka tak dapat diselamatkan.

Maka dari itu, ikan buntal tidak direkomendasikan untuk menjadi menu makanan di rumah, karena suhu panas tinggi sekalipun tidak akan menghancurkan struktur kimia Tetrodotoxin. Teknik pengolahan yang tidak benar dari awal, mengakibatkan racun mampu menyebar ke seluruh organ dan dagingnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image