Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Bagaimana Gajah Melakukan Salam-salaman di antara Mereka?

Pets and Garden | 2024-05-17 17:49:59
Gajah punya cara tersendiri untuk saling sapa. Foto: AP via skynews.com

ORANG-orang menyapa satu sama lain dengan berbagai cara. Mereka mungkin mengucapkan "Halo" dalam bahasa yang berbeda. Mereka mungkin juga melakukan sesuatu secara fisik seperti berjabat tangan, memberikan pelukan, atau melakukan "cipika-cikiki".

Bagaimana dengan gajah? Rupanya gajah-gajah juga memiliki banyak cara untuk saling menyapa.

Sebuah studi terbaru memberikan informasi baru tentang "salam-salaman" di antara hewan berbelalai ini, termasuk bagaimana "salam-salaman" tersebut berbeda tergantung pada jenis kelamin gajah dan apakah mereka saling melihat.

Studi tersebut didasarkan pada pengamatan gajah savana Afrika di Cagar Alam Jafuta di Zimbabwe.

Vesta Eleuteri dari Universitas Wina di Austria,penulis utama dari studi yang baru-baru ini dipublikasikan di jurnal Communications Biology, mengatakan bahwa gajah hidup dalam masyarakat yang diistilahkan 'fission-fusion', di mana mereka sering berpisah dan berkumpul kembali, bertemu setelah berjam-jam, hari, atau bulan terpisah.

Gajah adalah hewan darat terbesar di Bumi. Mereka sangat cerdas, dengan ingatan yang kuat dan kemampuan pemecahan masalah, serta komunikasi yang kompleks.

Gajah betina dari kelompok keluarga yang berbeda mungkin memiliki ikatan sosial yang kuat satu sama lain, membentuk "kelompok ikatan."

Studi sebelumnya di alam liar telah melaporkan bahwa ketika kelompok-kelompok ini bertemu, gajah-gajah melakukan upacara salam khusus untuk mengumumkan dan memperkuat ikatan sosial mereka. Demikian dijelaskan Eleuteri.

Gajah jantan memiliki ikatan sosial yang berbeda dari betina. Momen "salam-salaman" jantan mungkin bertujuan untuk meredakan kemungkinan permusuhan. Gajah jantan menyapa terutama dengan mencium satu sama lain, meraih dengan belalai mereka, tambah Eleuteri.

Studi terbaru memberikan detail tentang sekitar 20 gerakan yang terkait dengan "salam-salaman" gajah. Studi tersebut menunjukkan bahwa gajah menggabungkan gerakan-gerakan ini dengan cara yang tepat dengan suara. Suara yang berbeda digambarkan sebagai gemuruh, raungan, dan terompet.

Studi tersebut juga menunjukkan bagaimana penciuman memainkan peran penting dalam acara "salam-salaman".

"Salam-salaman" gajah termasuk perilaku yang tidak biasa bagi manusia, termasuk melepaskan limbah tubuh. Gajah juga dapat melepaskan sekresi dari kelenjar khusus.

Gajah dapat menyapa satu sama lain dengan membuat gerakan yang dimaksudkan untuk dilihat, seperti membuka telinga mereka atau menunjukkan bagian belakang mereka.

Hewan-hewan tersebut juga menggunakan gerakan yang menghasilkan suara khusus, atau mereka dapat menggunakan gerakan untuk menyentuh gajah lainnya. Gerakan yang melibatkan menyentuh dikenal sebagai gestur taktil.

Eleuteri berpendapat bahwa gajah tampaknya tahu apa yang bisa dilihat oleh gajah lainnya.

"Mereka lebih suka menggunakan gestur visual ketika pasangannya sedang melihat mereka, sementara gestur taktil ketika mereka tidak," jelas Eleuteri.

"Banyak spesies lain menyapa, termasuk primata yang berbeda, hyena, dan anjing," terang Eleuteri.

Menurut Eleuteri, "salam-salaman" hewan ini membantu memandu situasi sosial dengan mengurangi ketegangan atau mengkonfirmasi ikatan sosial.

Penelitian baru ini melengkapi studi sebelumnya tentang perilaku "salam-salaman" gajah. Sembilan gajah diamati -- empat betina dan lima jantan.

"Salam" yang digunakan oleh gajah betina tampak sesuai dengan perilaku gajah liar. Adapun perilaku "salam" gajah jantan tampaknya berbeda dari gajah jantan liar.

Kelenjar temporal gajah, yang terletak di tengah-tengah antara mata dan telinga, berperan dalam "salam-salaman" gajah dengan melepaskan zat yang disebut temporin. Temporin ini mengandung informasi kimia tentang kondisi gajah. Gajah sering menggunakan belalai mereka untuk menyentuh kelenjar temporal gajah lain.

Eleuteri mengatakan limbah tubuh gajah "mengandung informasi kimia yang penting bagi gajah, seperti identitas individu, keadaan reproduksi mereka, atau bahkan keadaan emosional mereka."

"Mungkin mereka tidak perlu memberi tahu satu sama lain bagaimana keadaan mereka, karena mereka bisa menciumnya," tambah Eleuteri.***

Sumber: Reuters, Voice of America

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image