Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bima Nayaka Wicaksana

Energi Nuklir Ancaman atau Harapan Keberlanjutan Listrik NKRI

Teknologi | 2024-05-17 17:29:41

Energi nuklir bagaikan pedang bermata dua bagi Indonesia. Di satu sisi, ia menjanjikan solusi atas krisis energi dan masa depan listrik NKRI yang lebih cerah. Bayangkan, energi berlimpah, stabil, dan rendah emisi karbon, mampu mengantarkan Indonesia menuju kemandirian energi dan pembangunan berkelanjutan. Di sisi lain, bayang-bayang kecelakaan nuklir dan limbah radioaktif menghantui. Tragedi Chernobyl dan Fukushima masih membekas di benak, memicu kekhawatiran akan keselamatan dan keamanan. Pertanyaan pun berkumandang: Mungkinkah nuklir bisa dijinakkan tanpa membahayakan rakyat dan alam?

Kembali ke sejarah tragedi Chernobyl. Pada dini hari tanggal 26 April 1986 terjadi ledakan hebat pada reaktor nuklir 4 Chernobyl di Ukraina yang kemudian disebut sebagai bencana nuklir terbesar dalam sejarah, ledakan ini menyebarkan debu radioaktif ke seluruh Benua Eropa. Lalu mengapa tragedi Chernobyl tidak pernah terjadi pada PLTN era sekarang?, pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl terdiri dari 4 unit reaktor berjenis RBMK yang merupakan singkatan dari Reaktor Bolshoy Moshchnosti Kanalny (High Power Channel-type Reactor). Berbeda dengan desain reaktor pada umumnya seperti Boiling Water Reactor maupun Pressurized Water Reactor.

Sebelum mengetahui perbedaan dua jenis reaktor tersebut, kita perlu mengetahui apa saja yang ada di dalam reaktor nuklir, gambaran kasar yang ada di dalam reaktor nuklir yakni ada Tangkai Bahan bakar, Tangkai Kontrol, Moderator dan Pendingin. Tangkai bahan bakar sendiri yaitu Uranium atau Plutonium yang sudah diolah dan dibentuk batang logam yang mengandung bahan radioaktif, lalu Tangkai Kontrol adalah tangkai yang berfungsi untuk mengurangi reaksi fisi berantai pada tangkai bahan bakar jika reaktor sedang tidak bekerja, tangkai kontrol reaktor nuklir dibuat dari material khusus yaitu Boron, Indium, Catnium yang memiliki sifat mudah menyerap neutron.

Moderator berfungsi memperbesar daya reaktor dengan memperlambat neutron cepat menjadi kecepatan termal yang dihasilkan dari reaksi fisi, pada umumnya moderator yang ada di dalam reaktor nuklir adalah air biasa atau air berat. Yang terakhir ada pendingin, fungsi pendingin yaitu mengambil panas yang dihasilkan oleh reaksi fisi lalu ditransfer ke sistem sekunder (generator uap), di sistem sekunder, panas digunakan untuk menghasilkan uap yang akan memutar turbin dan menghasilkan listrik.

Setelah mengetahui komponen yang ada di dalam reaktor nuklir, kita membahas apa perbedaan konsep dari RBMK dengan BWR & PWR, jika BWR dan PWR menggunakan air sebagai Moderator dan Pendinginnya, RBMK menggunakan Tangkai Grafit sebagai Moderator dan air sebagai pendingin, tangkai kontrol pada RBMK tidak sepenuhnya bisa menyerap neutron namun ujung tangkainya juga terbuat dari grafit. RBMK dipenuhi oleh grafit yang merupakan moderator neutron yang mana sangat efektif dalam memperlambat neutron neutron cepat sehingga jumlah neutron yang bisa memicu reaksi berantai di dalam inti reaktor RBMK jauh lebih banyak dibandingkan pada desain reaktor lainnya. Faktor ini membuat RBMK bisa menghasilkan energi yang jauh lebih besar. Ironisnya, menurut laporan Generic Safety Issue Of RBMK Nuclear Power Plants yang disusun oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyatakan bahwa desain unik pada reaktor RBMK ini justru bisa menimbulkan ketidakstabilan ketika reaktornya berada pada level energi yang rendah.

Pada saat itu, petugas reaktor 4 Chernobyl sedang melakukan pengujian keamanan. Masalahnya, menurut fakta yang dihimpun oleh IAEA dan World Nuclear Association, pengujian keamanan ini tidak dikoordinasikan dengan baik antara petugas penanggung jawab operasional reaktor 4 dengan otoritas penanggung jawab keamanan pembangkit listrik Chernobyl sesaat ketika pengujian keamanannya dimulai, daya reaktor 4 anjlok dengan sangat cepat yang membuat reaktornya beresiko mati total dan butuh waktu berhari-hari sebelum reaktornya bisa dinyalakan kembali.

Tidak mau menanggung kegagalan, penanggung jawab operasional reaktor 4 akhirnya nekat melanggar prosedur keamanan dan memerintahkan sebagian besar tangkai kontrol ditarik keluar dan hanya menyisakan 8 tangkai kontrol di dalam inti reaktornya, padahal dalam kondisi normal minimal ada 15 tangkai kontrol yang harus berada di dalam inti reaktor. Simulasi kerusakan generator listrik pun dimulai yang mengakibatkan pompa air pendingin reaktornya lambat dan suplai air pendingin ke inti reaktornya berkurang, sekalipun inti reaktornya kekurangan air, ada ribuan ton grafit di dalam reaktor RBMK yang bisa memperlambat neutron sehingga reaksi fisi tetap berjalan dan membuat temperatur reaktornya terus meningkat.

Karena matinya sirkulasi air pendingin, tanpa disadari kondisi ini memicu sebuah reaksi nuklir berantai yang tidak terkendali, temperatur inti reaktor yang terlalu tinggi membuat seluruh inti reaktor yang meleleh, memicu sebuah ledakan hebat yang menghancurkan struktur bangunan reaktornya dan melepaskan ribuan ton debu radioaktif ke seluruh penjuru Eropa.

Dengan melihat cerita tragedi Chernobyl, bukan berarti Indonesia tidak bisa membangun PLTN karena takut akan terjadi nasib yang sama seperti PLTN Chernobyl, IAEA sudah melakukan evaluasi dan dunia tidak menggunakan model reaktor RBMK dan lebih memilih model reaktor BWR & PWR yang kestabilan energinya lebih baik daripada RBMK. sebelum Indonesia membangun sebuah PLTN, Indonesia juga harus memiliki SDM maupun SDA yang memenuhi kebutuhan PLTN, Indonesia memiliki cadangan uranium sekitar 70.000 ton dalam bentuk yellow cake (U3O8) yang kebanyakan berada di Kalimantan Barat, Papua, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat. PLTN dengan kapasitas 1.000 MWe akan menghasilkan energi listrik sebesar 7.884 GWh dalam setahun, itu bisa menghidupkan sebanyak 657.000 rumah dalam jangka waktu 1 tahun.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir menawarkan berbagai manfaat bagi Indonesia, seperti energi yang bersih, berkelanjutan, dan bebas emisi. tidak lupa dengan Kemajuan Teknologi, pengembangan PLTN akan memacu transfer teknologi dan meningkatkan keahlian sumber daya manusia di bidang teknologi nuklir. Hal ini dapat mendukung kemajuan teknologi di berbagai sektor lain, seperti industri dan kesehatan. Pembangunan dan pengoperasian PLTN akan menciptakan lapangan kerja di berbagai bidang, seperti konstruksi, operasi, dan pemeliharaan. Selain itu, PLTN juga dapat mendorong pengembangan industri, seperti manufaktur komponen dan jasa nuklir.

Meskipun menawarkan energi bersih dan berkelanjutan, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan. Risiko kecelakaan nuklir seperti Chernobyl, pengelolaan limbah radioaktif yang rumit dan harus membangun tempat pembuangan akhir limbah secara khusus, dan biaya yang tinggi.

Lalu pertanyaannya sekarang adalah, apakah indonesia siap membangun PLTN? Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan Indonesia akan membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan pemerintah telah mengolah data serta telah membuat rencana bahwa akan membangun PLTN di tahun 2030. Tetapi menurut Rohadi selaku kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN itu masih dalam tahap pembicaraan awal. Rohadi menjelaskan Indonesia dapat menggunakan 2 tipe kapasitas, kapasitas kecil (100-200 MW) untuk daerah dengan kepadatan penduduk rendah. dan kapasitas besar (1000 MW) untuk wilayah perkotaan. PLTN pertama Indonesia akan dibangun di provinsi Kepulauan Bangka Belitung , tepatnya di Pulau Gelasa, Kabupaten Bangka Tengah.

Pulau Gelasa dipilih sebagai lokasi pembangunan PLTN karena memiliki beberapa keunggulan seperti jauh dari pemukiman penduduk, memiliki sumber air yang cukup dan memiliki topografi yang datar dan stabil. Pemerintah yakin dengan persiapan yang matang dan sumber daya manusia yang berkualitas, pembangunan PLTN di Indonesia akan berjalan aman dan lancar serta membawa manfaat sebesar-besarnya bagi negara dan bangsa. Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi terkini mengenai pembangunan PLTN dan tidak mudah tertipu dengan rumor negatif yang beredar. Kita tidak boleh lupa bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan teknologi maju dan berpotensi menghasilkan energi bersih dan berkelanjutan. Jika dikelola dengan baik, pembangkit listrik tenaga nuklir bisa menjadi solusi mengatasi krisis energi di Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image