Keefektifan Nyamuk Wolbachia dalam Mengendalikan Penularan Penyakit DBD
Edukasi | 2024-05-15 17:23:26Sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, wajib tentunya untuk mengamati berita maupun artikel kesehatan yang sedang trending akhir-akhir ini. Kasus penyakit yang sedang marak akhir-akhir ini adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, pada Bulan Maret tahun 2024 tercatat hampir 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tersebar di 213 Kabupaten/Kota di Indonesia yang mengakibatkan kematian sejumlah 124 kematian.
Kota yang mencatat kasus DBD terbanyak diantaranya yaitu Tangerang, Kendari, Bandung bagian barat, Lebang, dan Subak. Keadaan ini diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan musim hujan setelah El Nino hingga bulan April.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama virus Dengue. Virus Dengue disebarkan kepada manusia melalui perantara vektor yaitu nyamuk Aedes albopictus (Aedes sp.) dan nyamuk Aedes egypti. Penyakit DBD dapat meningkat seiring datangnya musim penghujan dan dapat terjadi sepanjang tahun. Penyakit DBD memiliki mortalitas yang cukup tinggi apabila terdapat banyak faktor yang mendukung perkembangbiakan nyamuk tersebut. Biasanya penyakit DBD ini sering terjadi pada negara-negara yang memiliki iklim tropis.
Hingga saat ini, penyakit DBD masih menjadi permasalahan penyakit menular yang diakibatkan oleh vektor nyamuk baik di Indonesia maupun di dunia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan metode pengendalian yang tepat. Menurut dewan penasihat kontrol vektor WHO, secara spesifik memberikan rekomendasi Wolbachia sebagai kontrol biologi terhadap penyakit manusia yang disebabkan oleh nyamuk dewasa. Simbiosis Wolbachia pada populasi nyamuk Aedes aegypti dapat memberikan bukti-bukti bahwa Wolbchia mampu untuk mengurangi kemampuan nyamuk dalam menyebarkan virus ke manusia. Berdasarkan hasil laboratorium, infeksi Wolbachia juga dapat mengurangi replikasi virus Dengue.
Nyamuk Wolbachia ini sempat menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, yakni Prof. Dr. Ariyati, dr., M.Kes., SpPK (K) memberikan tanggapan bahwa penelitian mengenai nyamuk Wolbachia ini telah melalui perjalanan panjang, yakni sejak tahun 2011. Prof. Ariyati telah tergabung dalam Tim Ahli Kajian Risiko Wolbachia Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 2016. Lalu, pada tahun 2017, pemerintah mulai melancarkan aksinya yang berjudul Applying Wolbachia to Eliminate Dengue (AWED). Analisis soal kemungkinan terjadinya perdebatan oleh masyarakat juga sudah dipikirkan sejak dulu. Meskipun begitu, proses pemantauan terkait hal tersebut masih tetap berlangsung hingga saat ini,
Wolbachia adalah bakteri alami. Bakteri Wolbachia merupakan bakteri gram negatif yang secara alamiah terdapat pada serangga seperti lebah, lalat, dan kupu-kupu. Wolbachia juga digunakan sebagai salah satu teknologi biologis untuk pengendalian nyamuk demam berdarah. Menurut Prof. Aryati, kandungan Wolbachia yang paling terkenal terdapat pada lalat buah yakni Drosophila melanogaster. Nyamuk Wolbachia secara unik menghasilkan siklus yang berbeda ketika dalam proses perkawinan. Nyamuk Wolbachia yang berjenis kelamin jantan dan kawin dengan nyamuk yang berjenis kelamin betina tidak akan menghasilkan telur yang menetas. Jadi, bisa dikatakan nyamuk tersebut mandul dan tidak dapat menghasilkan keturunan. Akan tetapi, apabila nyamuk Wolbachia betina yang kawin dengan nyamuk yang berjenis kelamin jantan, maka hasil dari perkawinan tersebut akan menghasilkan telur dengan gen Wolbachia.
Keberadaan nyamuk Wolbachia terbukti mampu menurunkan kasus demam berdarah sebesar 77,1 persen setelah melalui penelitian yang panjang. Selain itu, perawatan di rumah sakit yang disebabkan oleh demam berdarah juga mengalami penurunan sebanyak 86 persen. Keberadaan nyamuk Wolbachia yang tengah menjadi perdebatan memiliki beragam manfaat. Meskipun nyamuk tersebut mengandung bakteri, namun bakterinya tidak bisa menginfeksi manusia. Perlu ditekankan bahwa nyamuk Wolbachia tidak dapat mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti. Akan tetapi, dengan adanya nyamuk ini, akan dapat mengurangi penyebaran virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.
Prof. Aryati menegaskan bahwa keberadaan nyamuk Wolbachia dapat menjadi pelengkap dari program 3M Plus yang dimiliki oleh pemerintah. Prof. Aryati juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak perlu takut dan was-was terhadap keberadaan nyamuk Wolbachia. Apabila masyarakat terlanjur digigit oleh nyamuk Wolbachia, maka tidak perlu khawatir karena bakteri nyamuk tidak akan berpindah ke manusia.
Referensi :
Firdausi, R. I., Bestari, R. S., Dewi, L. M. & N., 2021. Peran Bakteri Wolbachia Terhadap Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) Aedes aegypti. University Reseacrh Colloqium.
Irfandi, A., 2018. Kajian Pemanfaatan Wolbachia terhadap Pengendalian DBD (Studi Literatur dan Studi Kasus Pemanfaatan Wolbachia di Yogyakarta). Forum Ilmiah, 15(2).
K. D. P., 2024. Kasus DBD sedang tinggi, Waspada Komplikasi nya. [Online] Available at: https://p2p.kemkes.go.id/kasus-dbd-sedang-tinggi-waspada-komplikasi-nya/ [Accessed 1 Mei 2024].
L. N., 2014. Wolbachia sebagai Alternatif Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes sp.. JKKI, 6(3).
Puspita, I. N. I., 2023. Nyamuk Wolbachia Jadi Perdebatan, Guru Besar UNAIR Beri Tanggapan. [Online] Available at: https://unair.ac.id/nyamuk-wolbachia-jadi-perdebatan-guru-besar-beri-tanggapan/ [Accessed 1 Mei 2024].
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.