Pandangan Psikologi Faal terhadap Kebiasaan Begadang Mahasiswa
Edukasi | 2024-05-10 22:27:08
Masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa-masa yang bahagia, romansa, bahkan juga ada yang tidak mengenakkan. Disamping itu, masa mahasiswa adalah masa seseorang mulai mengeksplorasi siapa dirinya sebenarnya, mulai membentuk komitmen, dan juga mulai mencari dimana perasaan mereka dapat diterima. Jadi tidak bisa dipungkiri, banyak mahasiswa yang mulai mencoba hal-hal baru atau mungkin terbawa pergaulan oleh lingkungan di sekitarnya. Hal ini terkadang menjadikan sebagian besar mahasiswa sering mempunyai kebiasaan tidur malam, terlebih lagi saat malam minggu, entah mereka bermain bersama teman-teman, atau hanya sekedar nongkrong di cafe, ataupun berkencan bersama pasangan. Selain itu, mahasiswa juga tak terlepas dari tugas-tugas kuliah yang membuat mahasiswa sering tidur larut malam, yang secara tidak sadar menjadikan sebuah kebiasaan. Padahal kebiasaan tidur larut malam atau begadang ini dapat berdampak buruk terhadap mereka, seperti ketiduran di waktu perkuliahan, kurangnya konsentrasi, muka tampak lesu, depresi, bahkan sampai ada yang bunuh diri.
Terkait kebiasaan begadang mahasiswa, penulis mencoba membahasnya dalam pandangan psikologi faal. Menurut psikologi faal, seseorang yang mempunyai kebiasaan begadang akan mengganggu ritme sirkadian yang dimilikinya. Ritme sirkadian adalah siklus fisiologis dan perilaku yang terjadi secara terus menerus selama 24 jam, yang dihasilkan oleh suprachiasmatic nucleus atau SCN yang berlokasi di hipotalamus (terletak di bagian tengah otak) bagian anterior. Ritme ini selalu dipengaruhi tanda perubahan waktu di luar tubuh manusia. Ritme ini akan mengikuti stimulasi sinyal waktu dalam sehari yang mengikuti rotasi bumi atau disebut dengan zeitgeber, serta cahaya adalah stimulasi yang paling kuat dan penting dalam perubahan tersebut. Ritme sirkadian mengontrol beragam proses biologi, seperti siklus tidur-bangun, suhu tubuh, makan, sekresi hormon, homeostasis glukosa dan regulasi cell cycle. Pembagian waktu pada ritme fisiologis ini dapat berubah, sehingga menyebabkan perubahan fase ritme antara satu dengan yang lainnya, dan berpotensi menyebabkan irama sirkadian tidak benar-benar teratur karena harus menyesuaikan diri. Apabila koordinasi ritme ini hilang, akan berpotensi memberikan dampak negatif pada siklus aktivitas istirahat dan fungsi fisiologis lainnya.
Selain itu, jika berbicara masalah begadang juga ada kaitannya dengan melatonin. Melatonin merupakan hormon yang berfungsi menyebabkan rasa kantuk dan menurunkan suhu juga kontrol yang membentuk glukosa dan mengaktifkan anti-stress dan anti-inflamasi dalam tubuh. Melatonin juga berfungsi sebagai isyarat waktu (sinyal kegelapan) ke berbagai organ termasuk SCN itu sendiri, dan jika tidak ada cahaya dapat memicu ritme tidur-bangun dan neuroendokrin ke siklus 24 jam. Produksi melatonin terjadi pada malam hari oleh pineal, langsung dibawah kontrol SCN. Ritme melatonin endogen menunjukkan hubungan erat dengan komponen sirkadian endogen dari ritme kecenderungan tidur. Hal ini mengindikasikan melatonin sebagai fasilitator tidur internal pada manusia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa melatonin berperan dalam menimbulkan proses tidur ketika dorongan homeostasis untuk tidur tidak mencukupi, mampu menghambat dorongan untuk terjaga yang berasal dari pacemaker sirkadian, dan merangsang pergeseran fase dalam jam sirkadian sehingga terdapat perubahan fase sirkadian sesuai perubahan waktu tidur. Di samping itu, melatonin juga memiliki beberapa tindakan biologis yang relevan dengan penyakit kardiometabolik, termasuk pengaturan atau pengendalian tingkat stres oksidatif, peradangan, dan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah). Kesehatan kardiometabolik juga terbukti berinteraksi dengan sifat-sifat perilaku, seperti kronotipe dan waktu makan. Selain itu, tidur juga memegang peranan penting dalam memfasilitasi klirens produk metabolik dari metabolisme neuronal, termasuk zat yang paling erat kaitannya dengan terjadinya penyakit Alzheimer dan β-amyloid.
Mahasiswa yang mempunyai kebiasaan begadang, ia akan mengalami irama tidur yang berantakan, bahkan mempunyai kualitas tidur yang buruk. Padahal mendapatkan tidur yang berkualitas baik, mempertahankan irama tidur, dan bangun harian yang normal penting untuk mempertahankan kesehatan fisik dan mental yang baik dan akan menurunkan risiko berbagai penyakit. Selain itu, tidur juga memegang peranan penting dalam memfasilitasi klirens produk metabolik dari metabolisme neuronal, termasuk zat yang paling erat kaitannya dengan terjadinya penyakit Alzheimer dan β-amyloid.
Di sisi lain, mahasiswa yang mempunyai kebiasaan begadang akan mengalami gangguan tidur yang menyebabkan gangguan pada fungsi endokrin dan metabolisme glukosa. Bahkan gangguan tidur yang kronik dan gangguan irama harian memberikan beberapa efek negatif jangka panjang pada kesehatan, termasuk peningkatan risiko terjadinya kanker dan resisten terhadap pengobatan dari kanker, serta berpengaruh terhadap fungsi sistem imun yang menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit. Gangguan tidur juga dapat mengganggu proses belajar dan daya ingat, hal ini dikarenakan tidur terbukti terlibat dalam plastisitas otak dan konsolidasi terhadap informasi yang baru didapat, dimana ketika seseorang tidur jaringan dan sel-sel saraf di otak akan mengalami proses perbaikan atau regenerasi, dengan terbentuknya jaringan otak yang sehat maka fungsi otak akan senantiasa terjaga. Oleh karena itu, kebiasaan begadang dapat membuat prestasi akademik mahasiswa menurun dikarenakan turunnya daya ingat, daya nalar, konsentrasi, dan kemampuan berpikir.
Berkaitan dengan perubahan ritme sirkadian pada mahasiswa yang mempunyai kebiasaan begadang, mahasiswa tersebut akan cenderung lebih rentan mengalami gangguan tidur berupa insomnia. Insomnia adalah kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu, dan gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun dan beraktivitas pada siang hari. Untuk mengetahui seseorang mengalami insomnia, dapat dilihat dari adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu, seperti ketika bangun tidur tapi masih terus-menerus merasa lelah, emosional, konsentrasi menurun, sulit untuk merasakan ngantuk dan tidak bisa tertidur, terbangun pada malam hari dan sulit untuk bisa tidur kembali, serta sulit untuk tidur siang meskipun tubuh terasa lelah. Adapun dampak yang sering dialami seseorang yang mengalami insomnia adalah sering merasakan kecemasan dan mengalami depresi, di mana jika hal ini terus berkelanjutan akan menyerang mental seseorang dan dapat berakibat munculnya rasa ingin mengakhiri hidupnya atau bunuh diri. Selain itu, meningkatnya risiko obesitas juga dapat dialami oleh seseorang yang mengalami insomnia, ini terjadi karena kekurangan tidur bisa membuat tubuh menjadi lebih cepat lapar, sehingga pola makan pun sulit dijaga.
Dengan demikian, sudah sepatutnya setiap mahasiswa untuk lebih bisa memilah mana kebiasaan yang baik dan mana kebiasaan yang buruk, termasuk hal-hal yang dapat mengganggu pola tidurnya. Karena seperti yang kita ketahui dari pemaparan di atas, bahwa kebiasaan begadang berdampak sangat buruk pada kehidupan mahasiswa kedepannya. Mari kita bersama-sama berusaha menjadi mahasiswa yang berprestasi dengan menjaga pola tidur yang baik dan meninggalkan kebiasaan begadang. Dengan mempunyai tidur yang berkualitas dan cukup, maka secara tidak langsung kita juga mencintai diri kita sendiri dan memberikan self-reward pada diri kita. Karena dengan tidur kita bisa memelihara fungsi jantung, memberikan waktu pada tubuh untuk melakukan pembaruan sel, menyimpan energi, dan memproduksi growth hormone (hormon pertumbuhan), serta meningkatkan konsentrasi dan produktivitas. Selain itu, dengan tidur kita juga bisa mencegah gangguan-gangguan yang menyerang bagian otak, seperti dimensia.
REFERENSI
Nurdin, Muhammad Akbar. Arsin, Andi Arsunan. Thaha, R. M. (2018). Kualitas Hidup Penderita Insomnia pada Mahasiswa. JURNAL MKMI, 14(2), 128–138.
Sunarti, S. H. (2018). Gangguan Tidur pada Lanjut Usia. Journal of Islamic Medicine, 2(1), 1–15.
Sefrina, L. R. (2021). Jurnal Gizi Kerja dan Produktivitas. Jurnal Gizi Kerja Dan Produktivitas, 2(2), 86–92.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.