Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suharmanto

Pesan Moral puisi “Terlanjur Jadi Guru” Dukung MTsN 3 Bantul Wujudkan Sekolah Ramah Anak

Guru Menulis | 2022-01-17 08:54:41

Pertama kali masuk sekolah tentu merupakan hal yang sangat menggembirakan bagi anak. Hal-hal baru akan dijumpai, di samping dari rumah sudah berbekal baju baru, sepatu baru dan yang lainnya. Jika anak tidak dapat merasakan kegembiraan tentu perlu dipertanyakan faktor penyebabnya. Apakah orang tua di rumah gagal dalam memberikan bekal pemahaman ataukah sekolah gagal dalam mewujudkan kondisi belajar yang menyenangkan.

Oleh karena itu hal penting dan mendasar yang harus diingat bagi sekolah sebagai penyelenggara pendidikan adalah menciptakan suasana yang menggembirakan bagi peserta didik. Karena hal itu akan menjadi faktor utama bagi tumbuh kembangnya minat belajar peserta didik.

Kegembiraan anak saat di hari-hari awal masuk sekolah tergambar dalam bait ke-1 Puisi “Terlanjur Jadi Guru” berikut ini.

Kaki lemah tegap melangkah

Bergetar berayun menuju madrasah

Hingga suatu masa

Cita-cita kutanam di dada

Kemudian bait ke-2 menggambarkan bahwa anak berada dalam kondisi yang masih polos seperti layaknya lembar kertas yang masih bersih.

Aku belum tahu tanda jasa

Aku belum tahu tahta dan permata

Aku belum tahu tipu muslihat dan dosa

Aku hanya merasa nyaman bersamanya

Dalam bait tersebut juga digambarkan bahwa cita-cita anak muncul disebabkan karena ketertarikan terhadap sesuatu. Dalam baris terakhir digambarkan dengan ketertarikan terhadap gurunya pada waktu mengajar yang dapat memberikan rasa nyaman.

Kemudian pada bait ke-3 mengisahkan tentang perjuangan anak di dalam mewujudkan cita-citanya.

Nutfah hijau tlah bersemai

Tumbuh beriring berpadu fithrah tropisme

Bergayut bergandeng kuatkan asa

Tak terkoyak petir-petir angkara

Dalam bait tersebut digambarkan bahwa upaya dalam mewujudkan cita-cita tidaklah selalu berjalan mulus, tetapi terkadang ditemukan banyak rintangan. Meskipun demikian keinginan yang kuat terhadap cita-cita yang akan diraih, menjadi daya kekuatan yang sangat besar untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi hingga cita-cita dapat dicapai.

Pun demikian tercapainya sebuah cita-cita tidak mutlak ditentukan dari jerih payah usahanya, akan tetapi faktor utamanya adalah sebuah ketetapan Allah. Maka pada saat cita-cita dapat diraih semestinya lah seorang manusia bersyukur atas ketetapan Allah yang sudah diberikan kepadanya. Terwujudnya sebuah cita-cita menjadi guru akan menjadi motivasi bagi dirinya untuk mengabdikan dirinya seperti apa yang menjadi harapan harapannya. Hal ini tercermin di dalam bait yang ke-4.

Kaki lemah berdiri di depan kelas

Mutiara-mutiara bening di depan mata

Kemudian batin ini kembali bertanya

Apakah nyaman dapat dia rasa

Dalam bait ini pengalaman anak pada waktu belajar akan menjadi bekal bagi seorang guru, karena pengalaman menyenangkan pada waktu menjadi siswa, menjadi satu hal yang akan kembali dipertanyakan, apakah murid-muridnya juga merasa nyaman bersamanya. Hal ini tentu selaras dengan program sekolah ramah anak di mana rasa nyaman merupakan bagian penting yang harus diperhatikan.

Pada bait ke-5 menggambarkan betapa seorang anak adalah polos seperti layaknya kertas putih. Maka guru di kelas akan mempunyai peran penting di dalam membuat goresan goresan pena dalam kertas putih tersebut.

Andai aku tersenyum

pun aku marah atau mencaci

Dia akan tetap bertanya

Hingga nilai-nilai tertanam didada

Dalam bait ini menggambarkan bahwa apapun perlakuan yang diberikan guru kepada anak, itu semua akan terekam, akan terakumulasi di dalam pengalaman pikirnya yang kemudian akan membekas sebagai bagian yang mengisi dari ruang kepribadiannya. Memperhatikan hal tersebut maka penting sekali bagi seorang guru untuk berhati-hati di dalam bersikap kepada siswa karena setiap sikap yang kita berikan itu akan terekam di dalam pribadi siswa.

Di dalam bait ke-6 memberikan pemahaman bahwa menjadi guru tentu bukanlah satu hal yang mudah. Dalam keseharian tidak jarang dihadapkan pada pengalaman-pengalaman yang menyulitkan. Tetapi kesadaran sebagai seorang pendidik, akan menjadi kekuatan bagi seorang guru untuk bisa berbuat yang paling baik kepada siswa siswanya dan tidak banyak mengeluh.

Biarpun badan basah berpeluh

Aku pantang mengeluh

Karena tekad hati sudah utuh

Guru sebagai peneduh

Kembali pada bait ini dituliskan bahwa pembelajaran yang menyenangkan itu menjadi penekanan dari sekolah ramah anak. Sehingga dalam kondisi seperti itu tumbuh kembang kejiwaan siswa akan lebih baik dan motivasi semangat belajar akan lebih baik pula.

Terakhir pada bait ke-7 menggambarkan satu tekad dari seorang pendidik untuk memberikan bekal yang terbaik bagi siswanya memberikan bimbingan yang terbaik untuk perkembangan jiwa karakter akhlak pribadinya.

Selamat belajar anakku

Selamat berjuang generasiku

Hingga hakekat hidupmu

Kokoh berkembang di jiwamu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image