Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adriani Amanda

Perempuan Minang dan Jati Dirinya

Sejarah | Sunday, 28 Apr 2024, 06:07 WIB
Wanita Minang Paija Kombo, Payakumbuh, Sumatera Barat, 1900 (sumber: https://minangtempodoeloe.wordpress.com/2017/12/18/136/)

Perempuan adalah manusia yang merupakan lawan jenis laki-laki. Secara etimologis perempuan berasal dari kata “empu” yang berarti “tuan”, orang yang mahir atau berkuasa, kepala hulu, yang paling besar, adapula yang mengatakan artinya dihargai. Secara umum dapat dipahami kata perempuan merupakan istilah untuk menyatakan kelompok atau jenis yang membedakan dengan kelompok lainnya. Minangkabau(Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Perempuan Minang adalah manusia yang berjenis kelamin perempuan(lawan laki laki) yang bersuku Minang(Minangkabau).

Dilansir dari langgam.id pada masyarakat Minangkabau, wanita dikelompokkan dalam empat tingkatan berdasarkan ciri fisik, kematangan emosional, dan perannya dalam masyarakat. Yang pertama adalah batino, seorang wanita yang baru lahir sampai dia menempuh masa kanak-kanak sampai sebelum akil balig. Urutan yang kedua adalah gadih, yaitu wanita dari masa akil balig sampai masa sebelum menikah. Wanita pada urutan ketiga adalah padusi, yaitu wanita yang sudah bersuami. Dan yang yang terakhir adalah parampuan, yaitu wanita yang sudah memiliki usia lanjut yang dimulai ketika dia sudah menjadi nenek dalam sebuah keluarga.

Sedangkan berdasarkan status sosialnya, sebagai seorang ibu, maka wanita disebut juga mande, ande, atau mandeh. Sedangkan yang dituakan diantara mereka dan ditunjuk dengan mekanisme adat, disebut juga dengan Bundo Kanduang. Adat Minangkabau telah mengatur sedemikian rupa peran perempuan dalam kemasyarakatannya. Anak gadis Minang dalam perspektif adat, pada suatu ketika akan menjadi Bundo Kanduang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), arti jati diri adalah ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda, bisa pula berarti identitas, inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam atau spiritualitas. Kemudian bagaimana dengan Perempuan Minang dan jati dirinya? Berikut akan kita ulas tentang Perempuan Minang dan jati dirinya.

Jati diri Perempuan Minang adalah ciri-ciri atau karakteristik dari Perempuan Minang tersebut. Tadi sudah disebutkan bahwa anak gadis Minang dalam perspektif adat, pada suatu ketika akan menjadi Bundo Kanduang. Sebagai lambang kehormatan dan kemuliaan, seorang perempuan yang menjadi Bundo Kanduang tidak hanya menjadi hiasan dalam bentuk fisik saja tapi kepribadiannya sebagai perempuan, kemudian ia harus memahami ketentuan adat yang berlaku, disamping tahu dengan malu dan sopan santun juga tahu dengan basa basi dan tau cara berpakaian yang pantas.

Sifat perempuan bila menjadi Bundo Kanduang dinyatakan dalam kato pusako(kata pusaka) dimana mengacu kepada sosok perempuan yang punya sifat dan kepribadian yang memahami adat dan sopan santun, mengutamakan budi pekerti, memelihara harga diri, mengerti agama, memahami aturan agama, dan memelihara dirinya dan dan masyarakat dari dosa. Tidak ketinggalan, jati diri Perempuan Minang juga teletak pada cara berpakaiannya. Pada dasarnya hal-hal tersebutlah jati diri Perempuan Minang sebenarnya.

Pribadi Perempuan Minang tempo dulu selalu mencitrakan tentang kanggunan, kewibawaan, simbol moralitas, beradat, dan bermartabat. Sayangnya, Perempuan Minang zaman milenial ini tidak lagi mengetahui harkat dan martabatnya sebagai seorang Perempuan Minangkabau, mereka terlena dan terpengaruh oleh kecanggihan dunia sekarang dan lebih suka melihat gaya-gaya Orang Barat yang pakaiannya cenderung menampakkan aurat, menurut mereka pakaian seperti itu cantik dan modern. Hal itu membuat Perempuan Minang sudah sepenuhnya lepas dan berjarak dari adat kebudayaannya. Alangkah banyaknya nanti generasi generasi muda yang kehilangan jati diri dan menjadi wanita yang tidak sopan atau disebut juga dengan gadih nan indak bataratik.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah dengan dilakukannya kembali pembelajaran sedari dini, seperti yang dilakukan orang-orang tempo dulu kepada anak-anaknya tentang kebudayaan Minangkabau dan peranan perempuan didalamnya. Tentu saja dalam hal tersebut diperlukan orang yang mengerti dan paham akan kebudayaan Minangkabau, maka hendaknya dari sekarang perlu adanya sekolah-sekolah yang memberi pelajaran tentang kebudayaan Minangkabau tersebut. Kemudian Perempuan Minangkabau yang hidup di zaman milenial ini hendaknya memahami dan memperhatikan norma-norma berpakaian serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jati diri Perempuan Minang yang sebenarnya sangatlah bagus dan sesuai dengan syariat agama, dimana memang adat Minangkabau ini memiliki falsafah “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”. Mulai dari sopan santun hingga cara berpakaian menjadi karakteristik Perempuan Minang. Dizaman milenial ini semoga Perempuan Minang bisa tetap bertahan dan mempertahankan jati dirinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image