Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image galuh rosmaniar

Empati yang Mati Demi Seteguk Kopi

Agama | 2024-04-27 11:06:07

Sungguh miris aksi yang viral di medsos baru-baru ini. Seorang wakil DRPD Jakarta, Zita Anjani mengupload foto segelas kopi yang tengah di boikot oleh mayoritas penduduk dunia karena terafiliasi dengan israel. Sebagai perusahaan yang menyumbang dana untuk kepentingan penjajahan israel terhadap palestina, jelas saja siapapun yang memiliki rasa empati dan kemanusiaan tidak akan sudi membeli produk yang mendukung kebiadaban yahudi israel.

Bahkan sebagai muslim, aksi boikot tidak hanya berlandaskan kemanusiaan, melainkan keimanan. Dan semestinya sebagai wakil rakyat indonesia yang dengan jelas menolak penjajahan di seluruh muka bumi seperti yang tertuang dalam UUD 45, hal yang dilakukan Zita Anjani jelas bertolak belakang dengan sikap sebagai seorang warga indonesia yang baik.

Terlebih, sebagai seorang yang lahir dari orangtua bergama islam kemudian menjadi seorang politikus yang tumbuh dalam partai islam bahkan tengah melakukan ritual ibadah umat islam di Makkah, Arab Saudi, Zita Anjani harusnya memiliki setumpuk alasan untuk mendukung MUI sebagai lembaga yang menyerukan aksi boikot. Namun nampaknya setentetan label ini belum bisa membuat Zita Anjani memiliki empati lebih dalam kepada palestina, bahkan unggahan fotonya sangat melukai perasaaan mayoritas muslim di indonesia.

Namun setelah panen kritik dari warga net indonesia, Zita Anjani membela diri dengan unggahan berikutnya, "Jadi jangan nanggung kalo mau support Palestina. Sekalian aja tuh ganti semua brand yang biasa kalian pake, jadi pake produk lokal semua, gimana? Buat perubahan lewat jalur ekonomi bukan sekadar komentar penuh emosi. Nge-boikot satu brand karena ikut-ikutan gak bikin kalian semua jadi paling keren, coba dong terapin juga ke kehidupan kalian sehari-hari, " tulis Zita.

Apa yang ditulis oleh politikus PAN ini sebenarnya tidak salah juga. Ada baiknya memang kita memboikot seluruh produk yang terafiliasi dengan yahudi israel, jangan setengah-setengah. Bahkan sangat perlu sekali untuk membersihkan apapun yang mengandung unsur kaum yahudi israel di tubuh kita umat islam. Mulai dari produk, izin usaha/tambang yang dimiliki yahudi israel di tanah indonesia hingga ide atau gagasan dalam berekonomi dan bernegara yang ditawarkan oleh mereka.

Tentu saja jika berbicara tentang boikot secara kaffah (red : keseluruhan), hanya negara yang mampu memberlakukannya. Dalam hal ini, jelas perangkat negara seperti Zita Anjani selaku wakil DPRD Jakarta memiliki peran agar dapat menyalurkan aspirasi rakyat hingga kita bisa menunjukkan kontribusi besar untuk warga palestina yang telah berjasa kepada seluruh rakyat indonesia atas pengakuan kemerdekaan yang mereka suarakan pertama kali terhadap indonesia.

Selama ini rakyat baru bisa memboikot di lini-lini terkecil akibat keterbatasan kemampuan. Terlebih negara yang berlandaskan kepada undang-undang buatan manusia mewajibkan kita tunduk pada batas teritorial antar negara. Hal inilah yang membuat indonesia sebagai mayoritas muslim di dunia wajib mengutamakan jalur diplomasi dibanding jihad jika ingin menolong palestina. Padahal, pada zaman kekhalifahan, para kholifah tidak segan mengirim pasukan baik kepada muslim maupun bukan jika meminta bantuan.

Maka penulis mengapresiasi tulisan Zita Anjani, memang tidak perlu merasa keren dengan memboikot satu produk saja. Sebab, aksi boikot yang kita lakukan mestinya atas dasar keimanan. Kita tidak mengejar kata 'merasa keren' demi membantu saudara kita, namun semata karena kewajiban kita agar tidak menyesal ketika Allah menanyakan peran kita terhadap palestina. Kemudian, tentu ada hasrat yang menggebu-gebu dalam diri setiap muslim yang beriman agar bisa menghentikan genosida oleh yahudi laknatullah. Jelas boikot produk bukan jawaban final, namun itulah yang bisa rakyat lemah lakukan. Sebagai corong suara rakyat, penulis berharap Zita bisa memberikan contoh agar warga negara indonesia bisa menirunya yang menganjurkan memboikot seluruh produk yang terfiliasi dengan israel. Dan bagaimana jika dimulai dari meminum kopi produk lokal indonesia dulu?.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image