Nilai Peran Guru Penggerak dan Kaitannya dengan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Eduaksi | 2024-04-26 08:59:34Koneksi Antar Materi - Modul 1.2
Kesimpulan Materi Nilai & Peran Guru Penggerak serta kaitannya dengan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
oleh Andy Cahyadi
Ada yang mengetahui tentang transformasi pendidikan? Ya benar, transformasi pendidikan merupakan bagian dari proses pengembangan, pembaruan, dan penyesuaian paradigma pendidikan dengan tuntutan zaman. Berlandaskan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, transformasi pendidikan merujuk pada konsep dan pemikiran Ki Hajar Dewantara bertujuan pendidikan yang memerdekakan dan bermakna yang harus dicapai oleh preserta didik, berupa kemampuan untuk dapat hidup secara mandiri, hidup secara bermakna dan kemampuan untuk hidup dengan mengembangkan kehidupan.
Pada periode ini, tepatnya dua bulan setelah saya mendapatkan materi, menerima penjelasan, dan merefleksi pada modul 1.1 dan 1.2. Secara umum pada modul 1.1 berisikan pemikiran-pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dan relevansinya dengan penerapan pendidikan abad ke-21 pada konteks lokal (nilai-nilai luhur sosial-budaya) serta konteks pendidikan di lingkungan pembelajaran.
Untuk modul 1.2 bermaterikan tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, dimana nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak mampu menumbuhkan sekolah dan ekosistem pendidikan agar berpihak pada murid. Modul ini mengajak kita masuk ke dalam dan menelusuri diri sendiri sebagai manusia sekaligus pendidik, kemudian mengakui bahwa kita sebagai pendidik adalah pribadi-pribadi istimewa yang unik.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam dan Bahagia Bapak Ibu Guru Penggerak
Saya Andy Cahyadi, Calon Guru Penggerak Angkatan 10 berasal dari Kota Jakarta Selatan, dalam menulis narasi Koneksi Antar Materi ini, saya menggunakan Model 1 yaitu Model 4F, yaitu Fact, Feeling, Finding, dan Future.
Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Dalam bahasa Indonesia 4F diterjemahkan menjadi 4P yakni; Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran dan Penerapan.
Peristiwa (Fact), saya akan menuliskan hal yang menantang terlebih dahulu ketika saya mengikuti proses pembelajaran modul 1.1 sampai modul 1.2, yaitu selama saya mengajar saya mengetahui sosok Ki Hajar Dewantara hanya sebagian kecil, seperti kita mengenal orang lain sekenalnya saja (secukupnya), ini terjadi saat belajar di modul 1.1, tapi ternyata kita semua (CGP) terkhusus saya, merasa dalam waktu yang singkat saya harus mengenal sosok Ki Hajar Dewantara lebih dalam dan harus mampu juga mengenali, merasakan, dan (sejatinya) juga menerapkan pemikiran-pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara seperti konsep Among dan Bagja, begitu juga Dasar-Dasar Pendidikan kemudian Kodrat Anak dan tentu pastinya Ing ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo mangun karso dan Tut wuri Handayani.
Hal menantang pada modul 1.2 yaitu ternyata diri saya sendiri-lah yang menjadi tantangan, merasa sudah cukup kemampuan dan pengetahuan yang sudah saya miliki untuk mengajar. Di modul ini saya tertantang untuk mengenali diri sendiri, nilai apa dan peran apa yang sekiranya saya miliki. Pikiran dan hati lebih merasakan saya belum memiliki nilai dan peran khusus sebagai guru. Ini sungguh tantangan, karena selama ini hanya merasa bisa mengajar dikarenakan saya lebih tua dari murid saya, sehingga memiliki kemampuan dan pengetahuan lebih dahulu dari mereka.
Selanjutnya momen penting dan tentunya mencerahkan, ketika mempelajari modul 1.1 dan 1.2 kita diberi pencerahan “belum telat” bagi saya dan rekan-rekan CGP untuk dapat mengenali, memahami, dan menerapkan pemikiran-pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara juga nilai dan peran yang sudah terdapat pada diri saya untuk lebih dikenali, dirasakan, dan diterapkan agar lebih tebal sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Berikutnya kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah BAGAIMANA KITA DAPAT MEMBIMBING/MENUNTUN/MENDAMPINGI MURID MENCAPAI KODRAT MURID YANG RELEVAN DENGAN NILAI DAN PERAN YANG KITA MILIKI SEBAGAI GURU PENGGERAK AGAR MURID MERASAKAN KEMERDEKAAN DAN KEBAHAGIAAN DIRINYA.
Perasaan (Feeling), dari momen yang menantang, penting, dan mencerahkan tersebut, pertama saya merasa seperti “ringan”, dalam arti saya masih memiliki waktu/kesempatan untuk memperbaiki diri terutama kompetensi dan ilmu dalam mengajar melalui pemikiran-pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara. Kemudian saya merasa termotivasi ketika saya mencoba mengenali nilai-nilai dan peran apa yang bisa saya utamakan, meskipun belum seluruh nilai dan peran bisa saya miliki atau tonjolkan.
Utamanya saya tidak menyesal (dengan kondisi saya sebelumnya), tapi saya bersyukur mendapat kesempatan bisa belajar, memperoleh pengetahuan lebih dari proses belajar di modul 1.1 dan 1.2. dengan bersyukur saya akan selalu bisa merefleksi diri saya selanjutnya.
Pembelajaran (Findings), kini saya berusaha lebih berfokus pada murid ketika proses pembelajaran dibanding sebelumnya hanya materi belajar saja yang saya pedulikan. Kini saya lebih menekankan konstruksi pembelajaran/proses dibandingkan hasil, dan hal-hal lain yang sebelumnya saya belum pahami.
Perhatian lebih setelah saya mempelajari modul 1.1 dan 1.2, KINI DENGAN NILAI DAN PERAN SAYA YANG MELEKAT PADA DIRI SAYA, SAYA DAPAT BERPERAN LEBIH TERHADAP MURID SEPERTI YANG SAYA PAHAMI DARI TEORI TABULARASA, SEHINGGA MURID LEBIH TER-TEBALKAN KODRAT BAIK YANG MEREKA MILIKI.
Penerapan (Future), pengembangan diri saya yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak adalah MENGEMBANGKAN PROSES BERKOLABORASI saya dengan siapapun, saya menilai proses berkolaborasi ini bisa menjadi pintu gerbang agar nilai dan peran saya lebih kuat lebih memiliki peranan.
Dengan berkolaborasi lebih luas, seperti pada PGP A10 ini, saya bisa menempatkan diri saya sebagai pembelajar dan bisa menebalkan apa yang telah ada pada diri saya.
Penulis adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 10
dari Kota Jakarta Selatan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.