Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Anda Tidak Berhak Menjadi Kaya

Bisnis | 2024-04-22 06:16:38

ANDA TIDAK BERHAK MENJADI KAYA

Saya teringat sebuah buku berjudul “No Excuse” karya Isa Alamsyah. Intisari dari pemaparan dalam buku itu adalah jangan suka mencari-cari alasan atau dalam kalimat lain jangan suka mencari pembenaran (permaafan) atas kelemahan, kekurangan, atau kebodohan yang kita lakukan. Sebuah buku yang begitu menginspirasi saya untuk lebih bersemangat dan optimis.

Alasan selalu bisa dicari. Apabila suatu alasan tidak bisa diterima atau tidak masuk akal, ia akan mencari alasan lain, kemudian alasan lainnya, demikian seterusnya. Selalu saja ada alasan. Salah satu contoh, ada orang yang ingin memulai wirausaha namun tak kunjung dilakukan. Awalnya ia beralasan tidak memiliki modal. Setelah punya modal, ia beralasan belum punya waktu. Setelah memiliki banyak waktu luang dan tidak mempunyai alasan lagi, baru ia berterus terang bahwa sebenarnya ia malas.

Memiliki banyak alasan adalah salah satu ciri orang yang tidak akan sukses. Sebaliknya, ciri orang yang akan sukses adalah mempunyai sesedikit mungkin alasan, bahkan kalau perlu tidak punya alasan. Ia memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai kendala dan hambatan dalam menggapai sebuah impian. Ia memiliki semangat dan perjuangan untuk mewujudkan tujuan hidupnya.

Demikian pula dalam hal menjadi pengusaha sukses. Sebagian besar kita meyakini bahwa menjadi pengusaha sukses hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Menjadi kaya adalah nasib (takdir), butuh bakat tertentu, menunggu kalau sudah tua, harus berpendidikan tinggi, tinggal di kota, bergantung kepada keturunan (ras tertentu), dilahirkan di keluarga atau lingkungan kaya, memiliki modal besar, dan sebagainya.

1) Menjadi pengusaha sukses bukanlah nasib, melainkan pilihan

Masih banyak orang Islam yang salah memahami perihal rukun Iman yang keenam, yaitu beriman kepada qadha dan qadar, atau lebih singkatnya beriman kepada takdir. Sering ada ungkapan, “kalau sudah rejeki tidak akan kemana”, “rejeki tidak akan pernah tertukar”, atau “rejeki sudah ada yang mengatur”, dan beberapa ungkapan lainnya.

Kesalahan besar kita adalah menelan bulat-bulat sebuah dalil atau ayat dalam kitab suci. Padahal, suatu ayat akan saling berhubungan dengan ayat-ayat lainnya. Apakah kalau kita duduk berdiam diri, rejeki akan datang sendiri atau akan ada uang jatuh dari langit?

Padahal di ayat lain disebutkan, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum (manusia), jika ia tidak melakukan perubahan. Di sisi lain, rejeki sendiri dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, rejeki yang sudah dijamin, yaitu rejeki yang pasti kita dapatkan walau kita tidak mencarinya. Misalnya kita mendapat warisan. Kedua, rejeki yang digantung, yaitu rejeki yang baru kita dapatkan setelah kita berusaha menjemputnya dengan berusaha. Ketiga, rejeki yang dijanjikan, ialah rejeki yang akan diberikan bila kita memenuhi hukum alam semesta. Misalnya kalau kita rajin bersedekah, maka kita akan memperoleh rejeki berlipat ganda.

2) Menjadi pengusaha sukses tidak membutuhkan bakat tertentu

Bakat adalah minat atau ketertarikan kepada sesuatu secara terus-menerus sehingga kita menikmatinya ketika melakukannya. Bakat juga sering diyakini sebagai sebuah kemampuan yang dibawa sejak lahir.

Bagi mereka yang memiliki tipe fixed mindset, ia akan berkata, “saya tidak punya bakat dalam hal ini”. Sedangkan mereka yang memiliki growth mindset akan berkata, “kalau orang lain bisa melakukannya, mengapa saya tidak”.

Untuk memulai sebuah bisnis, tidak dibutuhkan bakat tertentu. Yang terutama adalah kemauan yang kuat dan komitmen untuk menjalankannya secara kontinyu.

3) Menjadi pengusaha sukses tidak bergantung pada usia

Kita pernah mendengar pernyataan, “saya masih muda, belum waktunya untuk berwirausaha”, “ah, saya masih muda, ingin bekerja dulu”, atau “saya sudah tua, sudah terlambat untuk berwirausaha”.

Usia tidak dapat dijadikan alasan untuk memulai berwirausaha. Bill Gates dan Steve Jobs telah menjadi miliarder pada usia 30 tahun. Henry Ford berhasil menemukan mesin pertaniannya ketika berusia 20 tahun. Di sisi lain, Kol. Harland Sanders menjadi terkenal saat usianya menginjak 60 tahun.

4) Menjadi pengusaha sukses tidak perlu berpendidikan tinggi

Para pengusaha sukses dan miliarder dunia sebagian besar justeru berasal dari orang-orang yang tidak lulus sekolah tinggi. Mereka drop-out dari sekolah atau kampusnya.

Robert T. Kyosaki bukan satu-satunya yang memberikan pelajaran “tidak perlu sekolah tinggi”. Sebelumnya ada Ivan Ilich, dengan bukunya yang berjudul Jangan Pergi Ke Sekolah, cukup menjadi bahan kajian kontroversi di kalangan dunia pendidikan menengah dan tinggi.

Miliarder kaya dari Jepang, Matsushita Konosuke, tidak lulus sekolah dasar karena masa kecilnya sangat miskin. Sichiro Honda yang dinilai bodoh oleh gurunya dan terpaksa harus menamatkan sekolah dasarnya hingga 10 tahun. Juga Aristotle Onasis, salah satu orang terkaya di dunia adalah murid paling nakal dan paling bodoh di sekolahnya.

Ali Markus, pemilik Maspion ternyata tidak tamat SMP. Ada juga Lerry Allison, Bill Gates, Michael Dell, dll.

5) Menjadi pengusaha sukses tidak harus tinggal di kota besar (ibukota)

Jangan beralasan bahwa Anda tidak bisa kaya karena tinggal di kota kecil, di desa, atau di daerah terpencil. Apalagi di zaman era digital seperti sekarang ini, lokasi tidak lagi menjadi halangan. Dunia tak lagi dibatasi oleh sekat-sekat geografis. Bahkan, orang bisa cukup berkantor di dunia maya.

sumber gambar https://voiceindonesia.co

6) Menjadi pengusaha sukses tidak bergantung kepada keturunan (ras/suku)

Tidak sedikit yang mengatakan bahwa orang Cina pandai berniaga, orang Padang pandai berdagang dan sebagainya. Itu pendapat yang tidak sepenuhnya benar. Bisa jadi kedua etnis itu sudah membiasakan anak-anak mereka sejak dini untuk belajar berbisnis. Atau persatuan dalam keluarga besar mereka dalam hal permodalan maupun pengadaan barang/jasa demikian kuat. Dan faktor-faktor lainnya yang tidak kita ketahui.

Pada dasarnya, kesuksesan tidak memandang ras, suku, agama, warna kulit, atau latar belakang lainnya. Kesuksesan hanya mengacu kepada hukum alam. Siapa yang rajin, ulet, tekun, sungguh-sungguh dalam berusaha, dialah yang akan memperoleh kesuksesan.

7) Menjadi sukses tidak harus memiliki fisik yang sempurna

Syamsul Anwar, juara tinju nasional, ternyata ia memiliki tangan cacat karena polio, tapi tangan cacatnya itu justeru “mematikan” pihak lawan. Miles L. Barber, seorang tuna netra dari Austalia mampu menerbangkan pesawat sejauh 22.000 km.

8) Menjadi pengusaha sukses tidak harus dilahirkan di lingkungan kaya

Seekor ikan di laut tidak ikut menjadi asin sekalipun ia hidup di air asin. Lingkungan yang miskin, kumuh, atau tak bermoral tidak lantas membuat Anda menjadi ikut miskin, kumuh, dan tidak bermoral bukan.

Charles Dickens (sastrawan), Anthony Robins (motivator), Andrew Carnegie (raja baja), Walter Disney (raja hiburan), Abraham Lincoln dan Bill Clinton (Presiden AS), Napoleon Hill (penulis buku motivasi) adalah orang-orang yang hidup di lingkungan miskin. Beberapa di antaranya justeru anak yatim. Namun, mereka bisa sukses dalam bidangnya masing-masing.

9) Menjadi pengusaha sukses tidak bergantung kepada modal

Sekalipun keturunan bangsawan, Moeryati Soedibyo memulai bisnis dengan modal Rp. 25.000,- saja. Malam hari di garasi rumahnya, ia membuat jamu beras kencul bersama dua pembantunya. Paginya, ia menjual jamu itu di arisan. Berangsur-angsur jenis produknya bertambah. Pembantunya pun meningkat dari 6 orang menjadi 50 orang. Karena rumahnya sudah penuh sesak dengan bahan-bahan jamu, akhirnya ia mendirikan pabrik jamu Mustika Ratu pada tahun 1987. Jamunya tidak hanya terkenal di Indonesia, tapi juga di mancanegara.

10) Menjadi pengusaha sukses tidak harus seorang pria

Wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama, tidak hanya dalam hal bekerja, tetapi juga dalam berwirausaha. Wanita justeru memiliki kesempatan berbisnis yang lebih luas daripada pria. Kebanyakan pria harus bekerja di luar rumah, sedangkan wanita lebih banyak di rumah dan memiliki banyak waktu.

Sederet contoh, di antaranya Anita Roddick (Bodyshop), Jacky Ambadar (Le Monde), Martha Tilaar (Sari Ayu), Moeryati Soedibyo (Mustika Ratu), Ny. Suharti (restoran ayam goreng), Miranda Abidin (Fortune PR), Herawati Diah (Harian Merdeka Group), Dewi Motik Pramono (pemilik butik), Okky Asokawati (modelling), Anne Ahira (tokoh internet marketing), dan masih banyak lagi.

Apabila Anda benar-benar ingin menjadi kaya, adakah suatu alasan yang menghalangi Anda untuk mewujudkannya?

Referensi:

Bambang Prakuso, Rahasia Mendapatkan Modal Tanpa Jaminan, Tanpa Bunga, Tanpa Hutang, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image