Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jason Fernando

Potensi Ekonomi Biru dan Hydro-diplomacy Indonesia dalam World Water Forum ke-10

Info Terkini | 2024-04-19 09:46:43
Sumber: https://infopublik.id/kategori/nasional-politik-hukum/742063/indonesia-siap-jadi-tuan-rumah-10th-world-water-forum-2024?show=

World Water Forum (WWF) menjadi salah satu forum multilateral yang menyangkut tema isu dan permasalahan potensi sumber daya air global pada dewasa ini, yang diselenggarakan oleh World Water Council. Forum tersebut dikenal unik sebab diadakan setiap tiga tahun sekali. Pada kesempatan ini, Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah dalam rangka World Water Forum yang ke-10 di Bali yang digelar pada 18-25 Mei 2024 dan menjadi negara Asia Tenggara pertama dalam posisi keketuaan tersebut.

Kepercayaan global terhadap Indonesia sebagai tuan rumah WWF, karena Indonesia berkomitmen dalam mencapai pertumbuhan ekonomi biru sebesar 6-7% secara nasional pada tahun 2045 mendatang; serta mendorong negara selatan-selatan mengenai kemudahan akses sumber daya air secara adil dan merata, terutama bagi masyarakat yang terjerat kemiskinan. Indonesia memandang keketuaan tersebut sebagai landasan untuk mencapai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045. RPJPN akan membantu daerah 3T dalam mengakses: water storage capacity, water resource conservation, intelligent water management systems, serta green-grey infrastructure for water disaster management.

Indonesia terpilih sebagai tuan rumah World Water Forum didasari oleh roadmap blue economy Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan Kawasan Konservasi Laut menjadi 30% atau 97,5 juta hektar perairan Indonesia pada tahun 2045, sehingga menciptakan lingkungan laut yang sehat, beragam, dan produktif. Selain itu, roadmap blue economy Indonesia mendorong agar sektor maritim dapat berkontribusi 15% terhadap PDB negara pada tahun 2045, serta menciptakan lapangan kerja di bidang maritim mencapai 12% dari total lapangan kerja di Indonesia pada tahun 2045. Roadmap blue economy inilah akan mendukung pencapaian visi pembangunan ekonomi biru berkelanjutan di Indonesia dan menciptakan kurva pertumbuhan baru untuk generasi emas 2045.

Terpilihnya sebagai tuan rumah WWF juga dilatarbelakangi oleh identitas unik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki 17.504 pulau dan garis pantai terpanjang kedua yang membentang sekitar 108.000 km. Di wilayah maritim yang luas ini, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut dan sumber daya alam yang melimpah, sehingga memberikan banyak peluang untuk memberikan kontribusi signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

Dalam forum tersebut, Indonesia mengusung tema “Water for Shared Prosperity” dalam keketuaan World Water Forum tersebut, dengan beberapa sub-tema yang akan dibahas: Air untuk Manusia dan Alam; Ketahanan dan Kemakmuran Air; Pengurangan dan Pengelolaan Risiko Bencana; Kerja Sama dan Hydro-diplomacy; Air dan Pembiayaan Inovatif; serta Pengetahuan dan Teknologi.

Indonesia nantinya akan mengusulkan tiga isu utama pada pertemuan World Water Forum 10th tersebut. Pertama, pendanaan layanan air untuk mitigasi bencana terkait air yang disebabkan oleh climate change di negara Kepulauan, seperti kawasan Pasifik dan Oseania. Kedua, pembentukan Centre of Excellence on Water and Climate Resilience. Ketiga, mengusulkan World Lake Day secara global.

World Water Forum 10th menjadi ajang bagi Indonesia dalam berkesempatan menggunakan metode hydro-diplomacy untuk bertukar pikiran dan menjajaki kerja sama dengan negara mitra maupun multi-stakeholders, agar menghasilkan jalan keluar dan inovasi untuk mencegah krisis air global. Krisis ini sebagian besar terkait ketersediaan akses air bersih dan sanitasi di negara-negara miskin dan berkembang, yang dimana telah merugikan sekitar 703 juta penduduk selama satu dekade terakhir.

Masalah air global ini dapat berkaca dari studi kasus di kawasan Pasifik dan Oseania. Kawasan tersebut hanya sekitar 55% penduduk yang mengakses air bersih dan 30% penduduk yang memperoleh sanitasi yang layak. Sebagian besar sungai dan laut di kawasan Pasifik dan Oseania telah tercemar oleh sampah dan pengolahan limbah yang kurang memadai, sehingga mengakibatkan penduduk miskin rentan terhadap penyakit mematikan.

Kiribati merupakan salah satu contoh negara di kawasan Pasifik yang mengalami water problems access, akibat air tanah di Kiribati hanya memiliki kedalaman 1-2 meter dan mudah terkontaminasi, terutama di daerah padat penduduk dan pembuangan limbah yang tidak memadai. Air tanah yang sangat rendah tersebut mudah terkontaminasi oleh garam, sampah, dan kotoran manusia dan ternak; sehingga menjadi penyebab pencemaran. Hanya sepertiga sumber air pipa di Kiribati yang menyediakan air bersih secara aman setelah dilakunnya pengujian kadar air. Bahkan menurut Childfund, Kiribati memiliki angka kematian bayi tertinggi di Pasifik setelah mengalami diare, gastrosentris, dan disentri; akibat air minum yang tidak aman.

Berkaca dari kasus di Pasifik dan Oseania tersebut, pertemuan World Water Forum 10th akan mendorong Indonesia untuk berperan atas kontribusi investasi mengenai pembangunan sistem penyulingan air dan teknologi micro-bubble generator, berupa filtrasi yang memiliki kemampuan meningkatkan jumlah larutan pasokan oksigen secara besar agar mengatasai pencemaran air di negara-negara kawasan tersebut.

Hydro-diplomacy ini kemudian perlu dimanfaatkan oleh Indonesia dalam memberikan pelatihan kepada pemerintahan di Papua Nugini, Tuvalu, Kiribati, dan negara lainnya di Pasifik; perihal pemantauan dan pelaporan berbasis sistem database untuk memastikan sektor air bersih dan sanitasi yang akuntablitas dan sustainability.

Indonesia melalui pendekatan hydro-diplomacy akan menyediakan mekanisme, seperti konsultasi dan pertemuan tata kelola untuk mengelola negosiasi mengenai masalah air lintas batas di negara-negara berkembang (termasuk kawasan Pasifik dan Oseania), dalam pertemuan World Water Forum tersebut.

Sumber: https://asiatoday.id/read/indonesia-tawarkan-5-program-ekonomi-biru-di-asean

Hydro-diplomacy Indonesia perlu ditunjukkan kepada negara-negara berkembang, dengan menyoroti program pengendalian pencemaran dan restorasi ekosistem di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang dikenal sebagai Program Citarum Harum. Program Citarum Harum perlu dipromosikan pada WWF ke-10, karena program tersebut berhasil meningkatkan kualitas air di Citarum dari tercemar berat menjadi tercemar ringan, dengan Indeks Kualitas Air mencapai 51,01 poin. Dalam WWF pada tanggal 18-25 Mei 2024, Indonesia juga perlu mempromosikan program penyelamatan laut, sungai, dan danau prioritas yang meliputi pemulihan kualitas air; mewujudkan pasokan air yang tahan iklim; mencegah kelangkaan air minum; serta program penanganan sampah laut.

Dengan demikian, Word Water Forum 10th menjadi kerangka dialog yang akan digagas oleh Indonesia sebagai key actor untuk menjunjung tinggi martabat dan kesejahteraan terhadap solusi air global, termasuk kawasan Pasifik dan Oseania. World Water Forum tersebut mendorong Indonesia untuk menegaskan bahwa isu air sebagai langkah menuju sumber stabilitas dan perdamaian; meskipun di tengah kekhawatiran global terhadap dampak perubahan iklim, konflik geopolitik, serta pemulihan dan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image