Suhu Ekstrem Dikaitkan dengan Peningkatan Kasus Stroke
Iptek | 2024-04-12 15:53:24FLUKTUASI cuaca yang intens akibat perubahan iklim dapat berkontribusi pada peningkatan kematian akibat stroke. Demikian klaim sebuah penelitian terbaru.
"Perubahan suhu yang dramatis dalam beberapa tahun terakhir telah mempengaruhi kesehatan manusia dan menyebabkan kekhawatiran yang luas," kata Quan Cheng, peneliti dari Rumah Sakit Xiangya di Universitas Tengah Selatan di Changsha, Tiongkok.
"Studi kami menemukan bahwa perubahan suhu ini dapat meningkatkan beban stroke secara global, terutama pada populasi lanjut usia dan daerah dengan disparitas pelayanan kesehatan yang lebih besar," tambah Cheng, dikutip kantor berita UPI.
Menurut peneliti, front dingin yang membeku terutama terkait dengan lebih banyak kasus stroke.
Namun, suhu yang naik terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat meningkatkan risiko stroke seseorang, tambah peneliti dalam catatan latar belakang penelitian.
Suhu yang lebih rendah menyebabkan pembuluh darah seseorang menyempit, meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk stroke.
Di sisi lain, suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, yang membuat darah mengental dan melambat -- faktor juga terkait dengan stroke.
Untuk penelitin ini, tim peneliti melihat tiga dekade rekam medis untuk lebih dari 200 negara dan wilayah, membandingkan kematian akibat stroke dengan suhu lokal pada saat itu.
Ada lebih dari 521.000 kematian akibat stroke pada tahun 2019 yang terkait dengan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian perkiraan peneliti.
Front dingin terkait dengan lebih dari 474.000 kematian tersebut, hasil penelitian menunjukkan.
Itu merupakan bagian besar dari total 6,6 juta kematian di seluruh dunia yang disebabkan oleh stroke pada tahun 2019, menurut American Heart Association.
Tingkat kematian stroke yang terkait dengan perubahan suhu adalah 7,7 kematian per 100.000 orang untuk pria dan 5,9 per 100.000 untuk wanita. Begitu dikatakan para peneliti.
Asia Tengah adalah wilayah dengan tingkat kematian stroke yang terkait dengan suhu tertinggi, yaitu 18 per 100.000.
"Perlu lebih banyak penelitian untuk menentukan dampak perubahan suhu pada stroke dan untuk mengarahkan solusi untuk mengatasi ketidaksetaraan kesehatan," kata Cheng.
"Penelitian masa depan harus bertujuan untuk mengurangi ancaman ini dengan menemukan kebijakan kesehatan yang efektif untuk mengatasi penyebab potensial perubahan iklim, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan proses industri," sarannya.***
Sumber: United Press International
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.