Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Studi: Migrain Jadi Salah Satu Faktor Risiko Serangan Stroke di Kalangan Orang Dewasa Muda

Gaya Hidup | Wednesday, 27 Mar 2024, 08:16 WIB
Migrain dapat dipicu oleh berbagai faktor. Sumber ilustrasi: health.com.

ORANG dewasa muda, khususnya yang berusia 35 hingga 45 tahun, mungkin menghadapi peningkatan risiko terkena stroke -- bukan karena faktor risiko tradisional seperti hipertensi -- namun karena faktor risiko non-tradisional, termasuk migrain. Demikian kesimpulan studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Circulation: Cardiovaskular Quality and Outcomes.

Penelitian ini menggeser narasi ke arah peran penting faktor-faktor yang kurang konvensional terhadap risiko stroke di kalangan orang dewasa muda, sehingga menantang pemahaman yang sudah ada mengenai etiologi stroke.

Secara historis, komunitas medis meyakini bahwa serangkaian faktor risiko tradisional bertanggung jawab atas sebagian besar kasus stroke. Hal ini termasuk, namun tidak terbatas pada, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, diabetes tipe 2, kebiasaan merokok, obesitas, gaya hidup kurang gerak, konsumsi alkohol berlebihan, dan penyakit jantung koroner.

Namun, terdapat tren yang mengkhawatirkan dengan meningkatnya jumlah kejadian stroke yang dilaporkan terjadi di kalangan dewasa muda yang tidak menunjukkan faktor-faktor risiko konvensional tersebut, yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan faktor lingkungan dan gaya hidup terhadap kejadian stroke.

“Kami ingin memahami faktor risiko mana yang merupakan kontributor utama risiko stroke di kalangan orang dewasa muda,” kata penulis utama penelitian, Michelle Leppert, asisten profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Colorado di Aurora, Colorado, Amerika Serikat, seperti dilaporkan laman earth.com, belum lama berselang.

Untuk mencapai hal tersebut, para peneliti menggunakan pangkalan data administratif yang kuat yang mencakup klaim asuransi kesehatan di Colorado.

Tim tersebut dengan cermat membandingkan data lebih dari 2.600 orang yang pernah mengalami stroke dengan kelompok kontrol yang terdiri lebih dari 7.800 orang tanpa riwayat stroke untuk menentukan faktor risiko utama yang menyebabkan stroke.

Penelitian mengungkapkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor risiko stroke non-tradisional -- termasuk migrain, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal, penyakit autoimun -- dan perkembangan stroke pada individu berusia 18 hingga 44 tahun.

Khususnya, hubungan ini bahkan lebih kuat lagi terjadi pada orang dewasa berusia kurang dari 35 tahun. Hal ini menunjukkan dampak yang tidak proporsional dari faktor-faktor risiko non-tradisional ini terhadap populasi yang lebih muda.

Secara khusus, analisis menunjukkan bahwa dalam demografi usia 18 hingga 34 tahun, stroke yang terkait dengan faktor risiko nontradisional mencapai 31% pada pria dan sekitar 43% pada wanita, melebihi jumlah yang dikaitkan dengan faktor risiko tradisional.

Migrain muncul sebagai faktor risiko non-tradisional yang penting, yang bertanggung jawab atas 20% kejadian stroke pada pria dan hampir 35% pada wanita dalam kelompok usia ini. Meskipun relevansi faktor risiko stroke tradisional tampaknya mencapai puncaknya pada orang dewasa berusia 35 hingga 44 tahun, pengaruh faktor risiko non-tradisional tetap besar pada kelompok usia yang berbeda.

“Temuan ini penting karena sebagian besar perhatian kami terfokus pada faktor risiko tradisional. Kita tidak boleh mengabaikan faktor risiko stroke nontradisional dan hanya berfokus pada faktor risiko tradisional. Keduanya penting dalam perkembangan stroke di kalangan generasi muda,” kata Leppert.

“Faktanya, semakin muda usia mereka saat terkena stroke, semakin besar kemungkinan stroke mereka disebabkan oleh faktor risiko non-tradisional. Kita perlu lebih memahami mekanisme yang mendasari faktor-faktor risiko non-tradisional ini untuk mengembangkan intervensi yang ditargetkan,” tambahnya.

Menurut Leppert, ada banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara migrain dan stroke. "Namun sepengetahuan kami, penelitian ini mungkin yang pertama menunjukkan seberapa besar risiko stroke yang disebabkan oleh migrain,” simpul Leppert.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image