Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohammad Nur Rianto Al Arif

Mudiknomics

Bisnis | Friday, 12 Apr 2024, 14:46 WIB
Ilustrasi Mudik

Mudik pada saat lebaran merupakan salah satu fenomena sosial dan budaya yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia. Setiap tahun, ribuan bahkan jutaan orang melakukan perjalanan jauh dari kota tempat tinggal mereka menuju kampung halaman untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga dan kerabat. Fenomena ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia, dan memiliki beragam aspek yang menarik untuk disimak.

Tradisi mudik Lebaran telah berlangsung selama berabad-abad di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan populasi dan infrastruktur transportasi yang semakin baik, jumlah orang yang melakukan mudik juga semakin meningkat setiap tahunnya. Mudik Lebaran menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang untuk bertemu dengan keluarga dan teman-teman lama, serta merasakan suasana kampung halaman yang kental dengan nuansa keakraban dan keramahan. Bagi sebagian orang, mudik Lebaran bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual dan emosional. Hal ini terutama dirasakan oleh mereka yang tinggal jauh dari kampung halaman dan mungkin hanya memiliki kesempatan untuk pulang saat Lebaran tiba. Momennya dipenuhi dengan kegembiraan, nostalgia, dan harapan akan pertemuan dengan orang-orang terkasih.

Artikel ini mencoba melakukan analisis ekonomi mudik (mudiknomics) atas tradisi yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia ini. Tahun 2024 ini, jumlah pemudik menurut survei Kemenhub dan BPS diperkirakan mencapai 193,6 juta orang atau setara dengan 71,7% dari jumlah penduduk Indonesia. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun 2023 yang mencapai 123,8 juta orang. Jumlah ini akan menjadi rekor baru jumlah pemudik lebaran. Apabila tahun 2023 dampak ekonomi mudik lebaran mencapai Rp 240 triliun, maka dengan kenaikan jumlah pemudik maka dampak ekonomi mudik lebaran pun dapat mencapai Rp 375 triliun.

Salah satu dampak paling terlihat dari mudik Lebaran adalah peningkatan aktivitas ekonomi di daerah tujuan pemudik. Ketika puluhan ribu hingga jutaan orang membanjiri kampung halaman mereka, aktivitas perdagangan, jasa, dan pariwisata menjadi meningkat pesat. Pedagang kaki lima, pemilik toko, pengusaha restoran, dan penyedia jasa transportasi lokal mengalami lonjakan permintaan yang signifikan selama periode mudik. Lonjakan aktivitas ekonomi selama periode mudik tidak hanya menciptakan peluang bisnis tambahan, tetapi juga meningkatkan kesempatan kerja bagi penduduk setempat. Banyaknya pemudik yang datang juga memperluas pasar bagi produk dan jasa lokal, yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan para pelaku usaha lokal.

Tidak hanya sektor perdagangan, tetapi juga sektor jasa lainnya seperti penginapan, jasa penyewaan kendaraan, dan jasa wisata lokal juga mengalami peningkatan kunjungan dan pendapatan. Para pemudik yang kembali ke kampung halaman juga memberikan kontribusi langsung terhadap perekonomian lokal dengan pengeluaran mereka untuk kebutuhan sehari-hari, makanan, dan belanja barang-barang oleh-oleh. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat lokal juga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi lokal secara keseluruhan. Dengan adanya arus dana yang lebih besar di masyarakat, para pelaku usaha memiliki lebih banyak modal untuk melakukan investasi, mengembangkan usaha, dan menciptakan lapangan kerja baru. Hal ini berpotensi meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat setempat dalam jangka panjang.

Dampak ekonomi lainnya terlihat dari peningkatan permintaan transportasi. Selama periode mudik Lebaran, permintaan akan transportasi meningkat drastis. Para pemudik mencari tiket kereta api, bus, pesawat, atau menyewa kendaraan pribadi untuk melakukan perjalanan menuju kampung halaman. Hal ini menghasilkan peningkatan pendapatan bagi perusahaan transportasi, baik itu maskapai penerbangan, perusahaan kereta api, maupun operator bus dan travel. Lonjakan permintaan tiket transportasi selama periode mudik Lebaran juga meningkatkan pendapatan dari penjualan tiket. Harga tiket transportasi biasanya naik tajam selama musim mudik, sehingga menghasilkan pendapatan tambahan bagi perusahaan transportasi dan pemerintah (melalui pajak dan retribusi).

Mudik pun berdampak positif terhadap destinasi wisata di lokasi tujuan mudik lebaran. Selama musim mudik Lebaran, terjadi lonjakan kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi wisata di Indonesia. Banyak orang yang memanfaatkan momen libur Lebaran untuk berwisata bersama keluarga. Destinasi wisata yang menjadi tujuan favorit selama mudik Lebaran antara lain kawasan pantai, pegunungan, dan tempat-tempat religius yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi.

Dampak langsung dari lonjakan kunjungan wisatawan adalah peningkatan okupansi hotel dan penginapan di berbagai destinasi wisata. Hotel-hotel dan penginapan di daerah-daerah tujuan mudik umumnya akan penuh atau hampir penuh selama periode mudik Lebaran. Hal ini menciptakan peluang bisnis tambahan bagi pemilik hotel dan penginapan, serta memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata.

Fenomena mudik Lebaran juga memberikan dampak positif terhadap pendapatan usaha wisata lokal, seperti pedagang oleh-oleh, restoran, warung makan, dan penyedia jasa wisata. Lonjakan kunjungan wisatawan selama periode mudik meningkatkan omzet penjualan bagi para pelaku usaha ini. Hal ini juga menciptakan peluang bisnis tambahan bagi masyarakat setempat yang terlibat dalam industri pariwisata.

Periode mudik Lebaran sering dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait untuk melakukan promosi destinasi wisata lokal. Melalui berbagai kampanye promosi dan program acara, destinasi wisata di berbagai daerah dipromosikan sebagai tujuan liburan yang menarik selama musim mudik. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi pariwisata lokal dan memperluas pasar wisatawan yang mengunjungi destinasi tersebut.

Perputaran ekonomi tentu akan menciptakan perputaran uang yang besar dan cepat. Selama periode mudik Lebaran, terjadi peningkatan besar dalam transaksi perdagangan di berbagai sektor. Para pemudik umumnya membawa sejumlah uang tunai untuk digunakan selama perjalanan dan tinggal di kampung halaman. Hal ini menciptakan lonjakan dalam permintaan akan berbagai barang dan jasa, termasuk makanan, pakaian, oleh-oleh, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Triliunan rupiah akan terdistribusi dari kota ke kota dan dari kota ke desa. Jika merujuk pada data tahun 2023, jumlah uang beredar (M2) tumbuh sebesar 5,5 persen (yoy). Tahun 2024, diperkirakan jumlah uang beredar (M2) pun akan meningkat.

Terakhir, mudik lebaran ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Periode Ramadhan dan lebaran tahun ini yang dimulai sejak 11 dan 12 Maret diharapkan akan mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional. Fenomena mudik Lebaran menghasilkan lonjakan besar dalam konsumsi domestik di Indonesia. Tingginya pengeluaran konsumen selama periode ini menciptakan stimulus ekonomi yang signifikan, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi keseluruhan.

Secara keseluruhan, mudik Lebaran memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mendorong konsumsi domestik, meningkatkan aktivitas ekonomi lokal, memperluas peluang kerja, meningkatkan pendapatan usaha, dan memberikan stimulus ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk memahami dan mengelola dampak dari mudik Lebaran secara efektif guna memaksimalkan manfaat ekonomi yang dihasilkan.

Oleh: Mohammad Nur Rianto Al Arif (Pengamat Ekonomi dari UIN Syarif Hidayatullah)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image