Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Banyak Sabil Menuju Shirat

Agama | 2024-04-08 06:31:10

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Setiap orang (baca: muslim) memiliki hak yang sama untuk mendekat kepada Allah dengan jalannya (sabil) masing-masing. Karena, setiap orang diberikan kelebihan masing-masing. Kelebihan setiap orang tidaklah sama. Maka, gunakanlah kelebihan yang diberikan Allah sebagai sabil untuk sampai kepada shirat (jalan lurus menuju keridhaan Allah).

Khalid bin al-Walid bukanlah orang yang unggul dalam keilmuan Islam. Hafalan Al-Qur’annya pun sangatlah biasa. Bahkan, dalam beberapa kali kesempatan mengimami pasukannya saat shalat dalam misi jihad, bacaan Al-Qur’an Khalid dikoreksi pasukannya.

Namun, saksamailah kompetensinya dalam penguasaan strategi militer dan perang. Sangat mumpuni. Khalid adalah jenderal yang tak pernah kalah dalam peperangan. Jadilah ia dijuluki pedang Allah yang terhunus. Inilah kelebihan yang Allah anugerahkan kepada Khalid. Maka, Khalid memaksimalkan potensi dan kelebihannya itu untuk berkontribusi bagi dakwah Islam. Inilah sabil-nya Khalid untuk sampai kepada shirat.

Sementara, Zaid bin Tsabit saat remajanya mendaftarkan diri bergabung dengan pasukan Badar. Zaid ingin ikut ambil bagian dalam jihad. Namun, Rasulullah melihat potensi Zaid bukanlah dalam militer, selain usianya ketika itu masih sangat belia. Rasulullah menyuruhnya pulang dan mendalami Al-Qur’an. Karena, Rasulullah melihat potensi kecerdasan Zaid dalam keilmuan.

Jadilah kemudian Zaid bin Tsabit pada usianya yang masih belia menjadi penulis wahyu dan sekretaris Rasulullah. Zaid sangat menguasai Al-Qur’an dan setidaknya lima bahasa asing diluar Bahasa Arab. Menurut Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat-nya, Zaid hanya butuh waktu satu bulan untuk menguasai setiap bahasa asing tersebut. Pada masa Khalifah Abu Bakar, Zaid pula yang ditunjuk sebagai ketua tim kodifikasi Al-Qur’an. Inilah sabil-nya Zaid untuk sampai kepada shirat.

Pelajaran dari kisah Khalid dan Zaid adalah banyak sabil menuju shirat. Tentu masih banyak sekali contoh yang bisa disebutkan. Jika kita saksamai ayat keenam surat Al-Fatihah, kita akan mendapati Allah menggunakan lafazh shirat yang digandeng dengan al-mustaqim untuk menyebutkan jalan yang lurus.

Shirat adalah jalan yang sudah pasti benar (al-Islam). Penggunaan shirat yang langsung disusul al-mustaqim tanpa didahului ila (ke) semakin menegaskan bahwa orang yang berdoa dengan lafazh ihdinash shirathal mustaqim adalah orang yang sudah berada dalam kebenaran (al-Islam) dan memohon untuk ditetapkan dalam kebenaran tersebut. Jadi, ayat ini bukan bermakna orang yang berdoa memohon ditunjukkan menuju kebenaran. Itulah kenapa dalam Al-Qur’an, shirat selalu berbentuk mufrad (single).

Sementara, pada ayat lain Allah menggunakan lafazh sabil untuk menunjukan arti jalan. Misalnya, pada surat Al-Ankabut ayat 69. Pada ayat ini kata sabil ditulis dalam bentuk jamak (plural), yaitu subul. Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang bersungguh-sungguh (mujahadah) meniti jalan menuju Allah, pasti Dia akan tunjukkan jalan-jalan (subul) kepada-Nya. Mengapa menggunakan subul bukan sabil? Karena, jalan menuju keridhaan Allah tidaklah satu. Ada banyak jalan menuju keridhaan Allah. Setiap orang bisa menempuh sabil masing-masing untuk sampai kepada Allah.

Lantas, apa hubungannya dengan shirat? Pada sabil-sabil yang baiklah (subul al-salam) akan bermuara kepada shirat (QS. 5: 16). Artinya, kita bisa menempuh sabil masing-masing untuk sampai kepada shirat. Hanya, warning-nya adalah jangan sampai kita salah memilih sabil. Karena, tidak semua sabil itu jalan yang benar. Ada sabil al-muttaqin (jalan orang bertakwa), namun ada juga sabil al-mujrimin (jalan orang berdosa). Karena itulah, dalam Al-Qur’an, kata sabil terkadang berbentuk mufrad (single), tapi pada ayat lain berbentuk jamak (plural).

Dengan demikian, seseorang yang diberikan kelebihan dan dititipi amanah harta, mendekatlah kepada Allah dengan harta Anda. Itulah sabil Anda untuk sampai kepada shirat. Seseorang yang diberikan kelebihan dan dititipi amanah ilmu, mendekatlah kepada Allah dengan ilmu Anda. Itulah sabil Anda untuk sampai kepada shirat. Seseorang yang diberikan kelebihan dan dititipi amanah jabatan, mendekatlah kepada Allah dengan jabatan Anda. Itulah sabil Anda untuk sampai kepada shirat.

Seorang perempuan yang diberikan amanah anak-anak yang banyak. Maka, didiklah anak-anak Anda dengan baik agar menjadi anak saleh dan salehah. Itulah sabil Anda untuk sampai kepada shirat. Intinya, setiap orang diberikan jalan jihad masing-masing yang tidaklah sama satu dengan lainnya. Maka, poinnya maksimalkanlah pada bidang yang menjadi kelebihan Anda untuk berkontribusi bagi dakwah Islam dan kemaslahatan umat.

Mari kita istiqamah meniti sabil masing-masing untuk sampai dan berjumpa di shirat. Shirat adalah jalannya para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Dan, mereka itulah sebaik-baik teman bagi kita untuk nanti berkumpul bersama di surga (QS. 4: 69). Wallaahu a’lam

Bogor, 28 Ramadhan 1445 H

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image