Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supriyadi

Kisah Suwarlis, Seorang Ibu Rumah Tangga Yang Suka Mendaki Gunung

Humaniora | Thursday, 04 Apr 2024, 10:52 WIB

Nama lengkapnya adalah Suwarlis. Dia lahir di desa Bedali kecamatan Lawang kabupaten Malang pada tanggal 4 Mei 1968. Masa kecilnya dihabiskan di desa kelahirannya Bedali. Saat ini dia masih aktif bekerja di sebuah perusahaan farmasi di kota Lawang. Dari kantor tempatnya bekerja inilah Suwarlis mulai mengenal dunia pendakian gunung yang digelutinya hingga saat ini.

Latar belakang gunung Merbabu Jawa Tengah (dokpri)

Seperti umumnya ibu rumah tangga, berbenah dan bersih - bersih rumah sambil santai mendengarkan lagu-lagu nostalgia adalah kegiatan yang biasa Suwarlis lakukan di saat sedang liburan di rumah. Tapi siapa sangka perempuan yang suka olah raga senam ini ternyata memiliki hobi yang tidak sama dengan ibu rumah tangga yang lain, yaitu mendaki gunung. Sudah tak terhitung jumlah gunung yang telah dia daki bersama kawan – kawannya para pendaki gunung dari komunitas Indrialoka Adventure di kantornya.

“Awalnya sederhana saja, bermula dari niat berolah raga sekaligus refreshing di alam bebas di hutan Kaliandra bersama teman, keluarga, dan dipandu oleh Indrialoka Adventure akhirnya saya keterusan menyenangi dunia pendakian gunung. Dan sejak bergabung dengan komunitas Indrialoka Adventure frekwensi kegiatan pendakian gunung saya lebih intensif lagi.” Begitu antara lain yang diungkapkan Suwarlis tentang awal mula dia menyukai hobi mendaki gunung.

“ Banyak hikmah dan pelajaran berharga yang bisa saya dapatkan dari kegiatan mendaki ini, selain bertafakur juga mengagumi betapa Maha Luas atas penciptaan-Nya. Ketika kaki langit dan dataran berjumpa, disitulah sesungguhnya letak keindahan yang di sembunyikan Tuhan. Dan itu bisa kita dapatkan ketika kita berada di ketinggian pada setiap pendakian” tutur perempuan yang sangat mengagumi Rasulullah dan berharap mendapat syafaatnya di akherat kelak.

Di Puncak Gunung Merapi Jawa Tengah (dokpri

“ Seperti filosofi kehidupan, untuk mencapai puncak tidaklah mudah, diperlukan semangat, proses perjuangan dan kerja keras. Ketika sudah sampai di puncak biasanya kita uforia bahkan terkadang lupa dengan segala kegembiraan. Satu hal yang harus kita ingat, tidak selamanya kita berada di puncak, suka tidak suka kita harus turun. Dan jalan turun tidak kalah pentingnya untuk kita persiapkan dengan baik. Pelajaran mendaki ini bisa juga kita terapkan dalam dunia pekerjaan, tidak selamanya kita akan menduduki sebuah jabatan, ada masanya dan ada saatnya kita juga akan purna.” Terang Suwarlis mengenai pelajaran hidup yang didapat dari kegiatan mendaki gunung.

Pada dasarnya kegiatan mendaki gunung bisa dilakukan oleh siapa saja. Akan tetapi perlu persiapan ilmu yang matang sebelum mendaki. Hal ini karena kondisi di alam bebas itu serba tidak menentu, penuh tantangan dan bahaya yang bisa datang kapan saja. Jangan pernah meremehkan alam. Perubahan cuaca bisa terjadi kapan saja dan harus bisa mengatasi segala kemungkinan yang terjadi. Pendakian akan menyenangkan apabila kita mempunyai persiapan yang baik dan benar. Jadi dibutuhkan persiapan mental dan fisik yang benar – benar matang sebelum mulai pendakian.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum mendaki antara lain, pertama tentukan dengan siapa dan team mana kita akan pergi mendaki. Kedua mempersiapkan keperluan diri sendiri minimal keperluan pribadi yang prinsipnya tidak merepotkan orang lain. Ketiga, jika pendakian dengan team, selain persiapan fisik dengan latihan berolah raga, pertimbangkan kebutuhan logistik yang cukup, peralatan yang memadai dan kerjasama dengan team.

Sudah banyak gunung yang pernah didaki oleh Suwarlis bersama kawan – kawan pendakinya. Antara lain gunung Panderman, Arjuno, Welirang, Penanggungan, Buthak, Celah kembar, Lawu, Semeru, Merapi, Sindoro, Merbabu, Argopuro, Rinjani dan gunung Willis. “Selain mendaki dengan Indrialoka, saya juga bergabung dengan pendakian mandiri bersama beberapa komunitas yang saya yakini memahami dan punya jam terbang yang cukup baik untuk kegiatan di alam bebas.

Suwarlis juga mengenalkan kegiatan mendaki ini kepada anak perempuannya, Betari Suwardana, dengan tujuan untuk membentuk mental anak agar menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah menyerah. “ Selain untuk kebersamaan dengan anak, banyak pelajaran berharga yang bisa saya tanamkan melalui kegiatan mendaki ini. Misalnya bekerjasama, bersosialisasi, berempati dan bersyukur kepada sang Pencipta. Dan lebih jauh untuk membentuk mental agar menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah menyerah. Mengajarkan menjalani kehidupan juga seperti pendakian, ada naik dan ada turun.”

Perjalanan mendaki gunung yang memiliki pengalaman paling berkesan menurut Suwarlis adalah ketika melakukan pendakian satu team ke gunung Rinjani, Merbabu dan Argopuro. “ Ketika itu semua anggota team bisa mendaki dan mencapai puncak dan mengibarkan bendera bersama-sama. Bagi seorang pendaki, kebahagiaan itu adalah ketika semua anggota team bisa muncak bersama. Tidaklah bermakna ketika bisa mencapai puncak, sementara ada anggota yang tertinggal karena suatu alasan.” Ujarnya.

Belakangan ini banyak anak – anak muda yang suka dunia pendakian karena pengaruh media sosial yang secara massif menampilkan video atau foto pendakian gunung. Termasuk juga fenomena selebgram pendaki gunung yang menawarkan paket pendakian gunung bersama mereka. Menanggapi hal ini, Suwarlis memberikan komentar juga saran kepada anak muda atau pendaki pemula sebelum ikut kegiatan mendaki gunung.

Di Puncak Gunung Arjuna (dokpri)

“ Kegiatan mendaki akan menyenangkan apabila dipersiapan dengan baik sebelum berangkat. Kebanyakan anak muda sekarang hanya melihat hasil akhir di media sosial dengan tampilan foto dan model yang cantik dan menarik. Kebanyakan yang di expos hanyalah hasil akhir, sementara prosesnya tidak diceritakan. Banyak kejadian pendaki yang hilang atau hipotermia di gunung bahkan sampai meninggal dunia, hal ini disebabkan tidak adanya persiapan yang baik sebelum berpetualang ke alam bebas.” ujar Suwarlis dengan nada serius.

“Yang harus dipertimbangkan adalah kenyamanan dan keselamatan. Mendaki dengan komunitas yang belum kita kenal perlu berhati-hati. Pendakian ke alam bebas tidak sama dengan travelling antar kota. Perlu pertimbangan yang matang sebelum menutuskan bergabung, sebaiknya mencari informasi yang lengkap tentang apa dan siapa yang menawarkan program, apalagi bagi pendaki pemula.” Imbuhnya lagi.

“Pertimbangkan lebih dulu dengan siapa kita akan mendaki, hal ini penting untuk kenyaman dan keamanan. Selain persiapan fisik dan mental, pengetahuan tentang kegiatan pendakian gunung sangat diperlukan sebelum pendakian. Ketika alam sudah memberikan keindahan dan kesegaran kepada kita, bertanyalah apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga kelestariannya. Hanya jejak yang boleh kita tinggalkan, janganlah meninggalkan sampah. Kesadaran ini harus dibangun sebelum kita melakukan pendakian.” Ucap Suwarlis dengan mimik sungguh – sungguh.

Memang benar bahwa mendaki gunung itu adalah olah raga di alam bebas yang memiliki tingkat resiko tinggi terhadap keselamatan pelakunya. Bahaya yang bisa mengincar para pendaki gunung antara lain tersesat karena tidak menguasai jalur pendakian. Serangan hipotermia karena hawa dingin yang amat sangat. Termasuk juga kejadian kecelakaan seperti terjatuh, kaki terkilir, dan lain sebagainya. Potensi bahaya ini bisa dideteksi dan diminimalisir bila pendaki melakukan persiapan matang sebelum melakuan pendakian.

Jadi jangan hanya terpesona oleh tampilan foto dan video indahnya pemandangan alam di gunung yang banyak bertebaran di medsos. Sehingga tanpa ada pertimbangan yang matang mudah tergiur untuk bergabung dengan iklan pendakian gunung yang banyak bermunculan di medsos. Butuh persiapan dan pertimbangan yang matang termasuk juga informasi yang lengkap bersama siapa anda nanti akan melakukan pendakian bersama.

Akhirnya, selamat mendaki gunung, jangan lupa untuk tetap selamat. Keluarga menunggumu di rumah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image