Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Penyakit Jantung dan Konsumsi Garam Berelebihan, Begini Faktanya

Gaya Hidup | Wednesday, 03 Apr 2024, 04:48 WIB
Asupan garam perlu dibatasi. Foto: financialtribune.com.

MENGURANGI asupan garam sangat penting untuk mengobati penyakit jantung, namun sebagian besar pasien jantung justru tidak dapat membatasi asupan garam. Demikian menurut sebuah penelitian terbaru.

Rata-rata, penderita penyakit jantung mengonsumsi lebih dari dua kali lipat jumlah garam harian yang disarankan, lapor para peneliti.

Garam memang sangat penting bagi kesehatan manusia, namun, mengonsumsi terlalu banyak dapat meningkatkan tekanan darah, yang merusak pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih keras, simpul para peneliti.

Terlalu banyak garam juga menyebabkan tubuh menahan cairan, yang dapat memperburuk kondisi seperti gagal jantung.

Pedoman diet merekomendasikan agar pasien penyakit jantung membatasi garam hingga 1.500 miligram (mg) per hari, dan bahkan orang sehat pun menjaga asupan garamnya kurang dari 2.300 mg/hari.

Namun, di antara sampel lebih dari 3.100 pasien jantung, sembilan dari 10 (89%) melaporkan mengonsumsi lebih dari jumlah maksimum harian yang direkomendasikan yaitu 1.500 mg/hari, kata para peneliti.

Faktanya, pasien penyakit jantung mengonsumsi rata-rata 3.096 mg/hari garam, hanya sedikit lebih rendah dari rata-rata yang direkomendasikan sebesar 3.400 mg/hari, catat para peneliti.

“Perbedaan yang relatif kecil dalam asupan garam menunjukkan bahwa orang dengan penyakit kardiovaskular tidak terlalu membatasi asupannya dibandingkan dengan masyarakat umum dan juga mengonsumsi lebih dari dua kali lipat dari yang direkomendasikan,” kata ketua peneliti Dr. Elsie Kodjoe, seorang dokter spesialis penyakit dalam, di Rumah Sakit Regional Piedmont Athens, Georgia, Amerika Serikat.

Untuk penelitian ini, para peneliti menganalisis data makanan dari orang-orang yang didiagnosis menderita masalah jantung yang berpartisipasi dalam Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional antara tahun 2009 dan 2018.

Para peneliti mengatakan mungkin sulit bagi pasien jantung untuk memperkirakan jumlah garam yang terkandung dalam makanan di supermarket atau makanan yang dibawa pulang.

“Menjalankan diet rendah garam tetap menjadi tantangan bahkan bagi individu dengan penyakit kardiovaskular yang memiliki insentif kuat untuk mematuhinya,” kata Kodjoe.

“Untuk memudahkan pasien mematuhi pedoman diet, kita perlu menemukan cara yang lebih praktis bagi masyarakat umum untuk memperkirakan kadar natrium dalam makanan atau mungkin mempertimbangkan pengurangan kandungan natrium dalam makanan yang kita konsumsi langsung dari sumbernya,” Kodjoe menambahkan.

Tampaknya tidak ada perbedaan signifikan dalam asupan garam berdasarkan pendapatan, jenis kelamin, ras atau pendidikan masyarakat, catat para peneliti.

Menurut para peneliti, kita dapat membantu melindungi kesehatan jantung dengan menyiapkan lebih banyak makanan di rumah, sehingga dapat mengontrol kadar garam dengan lebih baik.

Masyarakat juga dapat membaca label makanan lebih cermat, dan membatasi asupan makanan dengan kadar garam lebih tinggi dari 140 miligram.

“Penyakit kardiovaskular itu nyata, dan merupakan penyebab kesakitan dan kematiannomor satu di seluruh dunia menurut Organisasi Kesehatan Dunia,” kata Kodjoe dalam rilisnya. “Mematuhi pedoman garam adalah salah satu strategi mudah yang dapat diadopsi oleh individu untuk mengurangi rawat inap, biaya perawatan kesehatan, morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan penyakit kardiovaskular,” sambungnya.***

Sumber: United Press International

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image