Cari Tahu Pengertian Lailatul Qadar dari Segi Bahasa
Agama | 2024-04-02 15:28:28Pengertian Lailatul Qadar dari segi bahasa, yang disebut sebagai malam adalah rentang waktu yang ditandai mulai dari terbenamnya matahari di ufuk Barat hingga terbitnya fajar (bukan terbitnya matahari) di ufuk Timur.
Dan secara istilah, makna kata malam tidak jauh berbeda dengan maknanya secara bahasa. Sedangkan istilah Qadar dari segi bahasa, punya banyak makna, antara lain kemuliaan, hukum, ketetapan, dan kesempitan.
1. Kemuliaan Lailatul Qadar
Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada ayat berikut :
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.” (QS. Az-Zumar: 67)
Malam Qadar dipahami oleh sebagian ulama sebagai malam mulia tiada bandingnya. Malam itu mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran.
2. Penetapan
Istilah Qadar dalam makna penetapan ( ضاءѧالق (dapat kita periksa di dalam Al-Quran :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, (QS. AdDukhan : 3-5)
Oleh sebagian ulama, malam Qadar yang dimaknai sebagai penetapan dan pengaturan, dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Ibnu Qudamah di dalam kitab Al-Mughni menyebutkan bahwa malam itu disebut malam Qadar dengan makna malam penetapan karena malam itu Allah SWT menetapkan segala sesuatu untuk tahun itu, baik hal-hal yang terkait dengan kebaikan, atau keburukan, termasuk juga urusan pengaturan rizki dan keberkahan.
3. Kesempitan
Penggunaan istilah Qadar dengan makna kesempitan bisa kita temukan dalam ungkapan Al-Quran berikut ini :
Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya) (QS. Ar-Ra'd : 26)
Para ulama yang memahami salah satu makna Qadar sebagai kesempitan memaknai sebagai malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi. Juga antara lain karena sempitnya kemungkinan untuk bisa menetapkan kapan jatuhnya malam itu, mengingat Allah SWT dan rasulNya terkesan agak merahasiakannya.
Referensi: Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih Kehidupan (5) : Puasa. Jakarta: DU Publishing
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.