Ekofeminisme: Peran Perempuan dan Masa Depan Lingkungan
Eduaksi | 2022-01-15 20:24:50Dalam feminisme terdapat suatu cabang yang disebut sebagai ekofeminisme. Ekofeminisme merupakan suatu paham tentang keterkaitan antara perempuan dan alam semesta terutama dalam ketidakberdayaan dan ketidakadilan. Istilah ekofeminisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Françoise d’Eaubonne. Gerakan ekofeminisme ini menerapkan etika kepedulian untuk mewujudkan keadilan sosial secara ekologis, mengutamakan nilai feminitas dan menentang budaya patriarki.
Ekofeminisme secara khusus mempelajari antara hubungan perempuan dengan lingkungan atau alam semesta. Ekofeminisme memiliki pandangan bahwa perempuan dan alam memiliki kesamaan yaitu sebagai obyek eksploitasi oleh kaum laki-laki yang diprakarsai oleh budaya patriarki. Ketidakadilan yang diterima oleh alam sama halnya dengan apa yang yang diterima oleh perempuan ditengah kehidupan sosial seperti sekarang ini. Eksploitasi yang begitu masif terhadap alam dan lingkungan memunculkan kekhawatiran bagi perempuan yang memandang alam sebagai satu kesatuan dengan perempuan itu sendiri.
Kekhawatiran terhadap perusakan atau eksploitasi alam inilah yang kemudian mengantarkan atau yang menjadi landasan terciptanya gerakan ekofeminisme. Seiring dengan pesatnya perusakan lingkungan di berbagai belahan dunia memunculkan berbagai macam perusakan terhadap lingkungan, persoalan emosi karbon, menipisnya lapisan ozon, deforestasi dan berbagai bentuk perusakan lingkungan lainnya. Dengan tingkat perusakan lingkungan yang cukup tinggi, maka perempuan (ekofeminisme) memiliki peranan yang cukup penting terhadap masa depan lingkungan.
Gerakan Ekofeminisme menilai adanya kedekatan emotif perempuan dengan alam. Bagi ekofeminis, masalah sistemiknya, melalui pandangan ekonomi, sosial, dan politik yang mengandalkan diskriminasi, kompetisi, dan kekerasan. Ekofeminisme melihat bahwa segala bentuk kerusakan lingkungan yang ada merupakan perbuatan dari kaum laki-laki, sehingga perempuan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan melihat bahwa sistem yang ada harus dirubah.
Ekofeminisme ingin merombak sistem tersebut, bagaimana tidak lagi ada hierarki antara manusia dan alam, ataupun kelas antar masyarakat. Perubahan ini harus dilakukan secara politis, diperjuangkan melalui transformasi budaya yang mengarah pada keadilan ekologi, juga transformasi politik yang meninggalkan pandangan lama mengenai politik, khususnya yang memisahkan antara manusia dan alam. Pandangan ekofeminisme serta peranannya dalam menjaga dan mempertahankan keseimbangan alam dan ekosistem.
Sejauh ini, peran perempuan memang sangat penting terhadap kelestarian lingkungan diberbagai belahan dunia. Munculnya pemimpin-pemimpin perempuan seperti Greta Thunberg (Climate Strike), Alexandria Ocasio-Cortez (Green New Deal), Alessandra Munduruku (tokoh masyarakat adat di Amazon), Vandana Shiva (tokoh agro-ekologi di India), Sukinah (Kendeng Lestari), dan sebagainya, dukungan terhadap perempuan serta daya perempuan dalam pergerakan tentunya dalam upaya penyelamatan terhadap kerusakan alam yang kian krusial. Bencana yang terjadi, baik banjir maupun kebakaran hutan menunjukkan. gentingnya krisis iklim tersebut Masalah lingkungan hidup telah menjadi suatu isu global yang butuh penanggulangan secara radikal. Namun masih banyak orang-orang menyangkal dan abai terhadap isu yang berkaitan tentang lingkungan ini.
Prinsip hidup yang seimbang dengan alam, semestinya kesadaran untuk mengurangi, memakai kembali, dan mendaur ulang. Cara hidup yang memiliki orientasi terhadap lingkungan hidup berarti yang bersahaja, yang mempertimbangkan secara etis dari konsumsi makanan barang-barang yang peka terhadap lingkungan hidup. Hal yang paling urgen saat ini adalah bagaimana mencegah suhu bumi. Perlu terobosan agar tidak lagi tergantung pada bahan bakar fosil.
Perlu suatu kebanggaan revolusi energi ke arah energi terbarukan. Dengan adanya kesadaran-kesadaran dari kaum perempuan terutama perlu mendapat atensi dari pemerintah dan institusi terkait, sehingga kedepannya mampu menghasilkan pola kehidupan yang selaras tanpa adanya keusakan atau eksploitasi terhadap lingkungan. Kesadaran dari para ekofeminisme inilah yang mampu menjaga kesinambungan serta mempertahankan lingkungan yang baik dan sehat untuk dunia di masa mendatang.
Oleh: Mujiburrahman
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.