Kesetaraan Gender Menurut Filsuf: Plato
Politik | 2024-03-30 05:16:34Biografi dan Keturunannya :
Siapa yang tak kenal Plato, filsuf Yunani kuno dan murid Socrates bapak filsafat. Tempat dan tahun kelahiran tidak secara pasti diketahui, ada yang mengatakan Plato lahir di Athena, ada juga yang mengatakan lahir di pulau aegina. Demikian juga dengan tahun kelahirannya. Ada yang mengatakan Plato lahir pada 428 SM, ada juga yang mengatakan Plato lahir 427 SM. Yang pasti Plato lahir dalam keluarga bangsawan Athena yang turun-temurun memegang peranan penting dalam pemerintahan politik Athena pada waktu itu. Ayahnya bernama Ariston, seorang bangsawan keturunan raja kodrus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar 1068 SM. Raja yang di kagumi rakyatnya sebab kecakapan dan kebijaksanaan nya dalam memimpin Athena. Ibunya bernama Periktione keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan Agung Athena yang hidup sekitar 100 tahun lebih awal dari Periktione.
Nama Plato sebenarnya adalah Aristokles. Karena dahi dan bahunya yang lebar, Aristokles memperoleh julukan Plato dari seorang pelatih senamnya. Plato dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda "platos" (kelebaran nya atau lebarnya) yang dibentuk dari kata sifat "platus" yang berarti "lebar". Dengan demikian nama "Plato" berarti "si lebar". Julukan yang diperoleh pelatih senamnya itu begitu cepat populer dan menjadi panggilan nya sehari-hari, bahkan kemudian menjadi nama resmi yang diabaikan nya dalam seluruh karyanya.
Ketika Plato masih kecil, ayahnya meninggal. Ibunya kemudian menikah kembali dengan paman Plato yang bernama Pyrilampes. Paman yang menjadi ayah tiri Plato itu adalah seorang tokoh yang disegani di Athena karena Pyrilampes dekat dengan pemimpin dan negarawan Athena pada waktu itu yaitu Pericles, yang baru saja meninggal 427 SM. Plato dibesarkan dan dididik oleh Pyrilampes, Plato kemudian meninggal pada usia 80 Th di Athena dan selama hidupnya Plato tidak pernah menikah.
Pada usia mudanya Plato mempunyai ide gagasan/pemikiran yang mengguncangkan Athena pada waktu itu karena bukan saja menyimpang dari kebenaran yang sudah umum diterima dan dipercayai, tetapi amat bertentangan dengan tradisi dan kebiasaan - kebiasaan yang berlaku.
Dari seluruh buah fikiran yang dipersembahkan Plato bagi pembangunan negara ideal, ada tiga pokok fikiran yang merupakan gelombang ketersalingan. Yaitu: gelombang pemikiran pertama adalah bahwa laki-laki dan perempuan itu sama, gelombang pemikiran kedua adalah dihapuskan nya kementrian pernikahan dan kekeluargaan. Gelombang pemikiran ketiga adalah Filsuf - Raja.
Namun disini saya tidak akan membahas ketiga nya, melainkan yang akan saya bahas adalah gelombang pemikiran pertama menurut Plato terkait Kesetaraan Gender atau bahwa laki-laki dan perempuan itu sama.
Kesetaraan Gender Ala Plato
Plato berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan itu sama, oleh sebab itu harus memperoleh kesempatan yang sama pula. Terutama dalam pendidikan dan pekerjaan. Pemikiran Plato yang demikian itu bertolak belakang dengan kenyataan yang ada pada saat itu sebagai warisan tradisi dan kebiasaan yang mengharuskan perempuan dibedakan dengan laki-laki.
Menyadari betapa sulitnya orang-orang yang telah terbelenggu oleh tradisi dan kebiasaan itu dapat dapat menerima pemikirannya, maka Plato mengajukan serangkaian pertanyaan - pertanyaan sebagai berikut:
".... Apakah kita kira anjing betina milik para penjaga itu semestinya mengambil bagian dalam tugas penjagaan yang dilakukan oleh anjing jantan?
Semestinyakah mereka ikut dalam perburuan dan dalam apa saja yang dibuat oleh anjing jantan?
Atau seharusnyakah anjing betina itu berdiam didalam, tidak berdaya oleh karena kelahiran dan pendidikan anak-anak mereka, dan seharusnyakah anjing jantan itu yang bekerja keras dan bertanggung jawab penuh dalam pemeliharaan dan pengurusan kawanan anjing itu?"
Jawaban atas seperangkat pertanyaan - pertanyaan diatas sudah pasti akan membenarkan bahwa sebagaimana anjing jantan menjaga tuannya demikian pula anjing betina. Bila mana anjing jantan yang dibawa tuannya berburu, yang betinapun pasti ikut serta, bahkan haruslah dikatakan : bahwa apapun yang dilakukan oleh anjing jantan, anjing betinapun sanggup melakukannya. Jika benar demikian, maka anjing jantan itu tidak semestinya bekerja lebih berat daripada anjing betina. Tentu saja semuanya itu merupakan kenyataan yang kebenarannya tak dapat disangkal. Oleh sebab itu Plato mengatakan bahwa secara alamiah perempuan dapat berperan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan manusia, sama dan seimbang dengan peran laki-laki. Apabila perempuan diharuskan memerankan peranan yang sama dengan peranan laki-laki, itu berarti perempuan harus juga diikut sertakan dalam kepemimpinan negara. Plato menegaskan:
"... perempuan dan laki-laki memiliki sifat dasar yang sama yang pantas untuk menjaga negara..."
Itu sebabnya didalam negara ideal, perempuan tidak boleh dibedakan dengan laki-laki.
Selanjutnya Plato mengatakan bahwa jikalau perempuan diwajibkan melakukan segala sesuatu seperti apa yang diwajibkan kepada laki-laki, maka perempuan pun harus memasuki pendidikan yang sama seperti yang diharuskan kepada laki-laki. Plato berkata :
"... Bila kita hendak memanfaatkan para perempuan untuk hal-hal yang sama sebagaimana para laki-laki, kita harus mengajarkan mereka hal-hal yang sama pula."
Tidak ada satu pelajaran pun yang merupakan pengecualian bagi perempuan, mereka harus belajar musik dan semua ilmu pengetahuan lainnya, tetapi mereka juga harus mengikuti latihan dalam semua cabang olahraga. merupakan suatu hal yang wajar bila digedung olahraga negara ideal, dapat disaksikan oleh semua orang, laki-laki dan perempuan dengan pakaian olahraga nya, berlatih silat, senam, renang dll. Plato mengatakan bahwa barangsiapa ada yang menertawakan perempuan yang sedang berlatih sama seperti laki - laki itu, sesungguhnya dia telah mematikan hikmat dan kearifan.
Perempuan juga harus tahu berperang, sebab itu perempuan harus belajar menunggang kuda dan harus tahu menggunakan pedang, perisai. Jelas tidak ada pengecualian pun bagi perempuan.
Namun perlu diketahui bahwa kendati Plato "memperjuangkan" Kesetaraan Gender sebagimana yang diperjuangkan oleh gerakan emansipasi kaum wanita yang muncul sejak abad 19, motivasi nya jelas agar perempuan mendapatkan pendidikan, pekerjaan, hak yang sama apa yang diperoleh laki-laki, perempuan pun dapat memperoleh nya.
Referensi:
Rapar, 1991, Filsafat Politik Plato, Jakarta: Rajawali Press
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.