Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indonesiapos

Memperkuat Keragaman di Dunia Maya: Tantangan dan Peluang dalam Era Digital

Info Terkini | Friday, 29 Mar 2024, 02:45 WIB
Dok.Pribadi

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyelenggarakan seminar online bertajuk Ngobrol Bareng Legislator dengan mengusung tema: “Semangat Menjaga Keberagaman di Sosial Media”. Dalam kegiatan ini, terdapat empat narasumber yang berkompeten pada bidangnya, yaitu Bapak Mayjen TNI (Purn) Dr. H. TB Hasanudin, SE., MM yang saat ini menjabat sebagai Anggota Komisi I DPR RI. Narasumber kedua yakni Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc menjabat sebagai Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI serta mengundang Dr. rer. pol. Aditya Batara Gunawan S.Sos., M. Litt selaku Ketua Progam Studi S1 Ilmu Politik Universitas Bakrie. Selain itu, dalam acara ini juga turut mengundang bapak Patrick Jonathans selaku Station Manager Thomson News Radio Bali. Seminar diselenggarakan pada hari Kamis, 28 Maret 2024 melalui platform zoom meeting.

Seminar Ngobrol Bareng Legislator ini merupakan inisiasi yang di dukung oleh Kementerian Kominfo terhadap Program Ngobrol Bareng Legislator yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, dengan memiliki beberapa tujuan, diantaranya yakni untuk mendorong masyarakat agar mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi dan bisnis, memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat, memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya oleh Ditjen APTIKA, serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.

Sesi pemaparan diawali oleh pengantar dari Bapak Mayjen TNI (Purn) Dr. H. TB Hasanudin, SE., MM Beliau menyampaikan bahwa sosial media telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita saat ini. Di sana, kita dapat berbagi ide, pendapat, dan informasi dengan mudah. Namun, dengan kemudahan tersebut, muncul pula tantangan besar yang harus kita hadapi bersama: tantangan untuk menjaga keberagaman di tengah kompleksitas dan keragaman pandangan. Keberagaman adalah sebuah kekayaan yang harus dijaga dengan sungguh-sungguh. Di tengah lautan informasi yang begitu luas di sosial media, terdapat berbagai macam pandangan, kepercayaan, dan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Namun, sayangnya, seringkali keberagaman ini menjadi sumber konflik dan perpecahan. Kita sering melihat bagaimana perbedaan pendapat di sosial media memicu ketegangan dan perselisihan yang tidak perlu. Ungkapan yang tidak dipertimbangkan dengan baik bisa dengan cepat menimbulkan kontroversi, bahkan sampai pada tingkat yang merusak hubungan antar individu dan kelompok. Namun, saat ini adalah saat yang tepat bagi kita semua untuk merefleksikan kembali bagaimana kita berinteraksi di dunia maya ini. Saatnya untuk membangun semangat menjaga keberagaman di sosial media. Menjaga keberagaman di sosial media bukanlah tugas yang mudah, tetapi juga bukanlah sesuatu yang mustahil untuk kita lakukan. Dengan semangat saling menghargai, belajar, dan bertanggung jawab, kita dapat menciptakan lingkungan di sosial media yang lebih harmonis dan inklusif.

Selanjutnya adalah sambutan oleh Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan bahwa, transformasi digital di Indonesia, yang kini menjadi nyata dan menjadi manifestasi dari tekad bangsa ini dalam mengadopsi dan mengintegrasikan teknologi digital dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam menghadapi dinamika ini, maka dibutuhkan kerjasama yang cepat dan sinergi menjadi kunci untuk tetap terwujudnya agenda transformasi digital di Indonesia. Media sosial tentunya menjadi bagian integral dari perkembangan teknologi digital, tidak hanya mempengaruhi tren dan gaya hidup, tetapi juga mencerminkan dinamika masyarakat modern yang semakin terkoneksi secara global. Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc. mendorong kita semua untuk melihat media sosial sebagai alat yang dapat menghubungkan dan memperkaya interaksi sosial dan memanfaatkan potensi positifnya dalam membangun masyarakat. Dengan begitu, kita bisa bersinergi mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia dan menjadi pemimpin dalam memanfaatkan teknologi digital untuk kesejahteraan bersama.

Selanjutnya yaitu Bapak Dr. rer. pol. Aditya Batara Gunawan S.Sos., M. Litt. Dalam pemaparannya Bapak Aditya mengatakan Sosial media adalah alat yang sangat kuat. Dalam hitungan detik, pesan kita bisa mencapai jutaan orang di seluruh dunia. Namun, kekuatan ini tidak selalu digunakan dengan bijaksana. Terlalu sering, sosial media digunakan untuk menyebarkan kebencian, memicu konflik, dan memperkuat pemisahan di antara kita. Keberagaman merupakan salah satu nilai paling berharga dalam masyarakat kita. Setiap individu memiliki hak untuk dihormati dan diakui, tanpa memandang ras, agama, gender, atau latar belakang budaya. Namun, di sosial media, seringkali keberagaman ini menjadi target serangan dan penyalahgunaan. Kita sering melihat bagaimana stigma dan stereotip digunakan untuk menyerang kelompok-kelompok minoritas. Kita sering mendengar bagaimana komunitas-komunitas tertentu di sosial media diperlakukan dengan tidak adil dan tidak hormat. Inilah saatnya bagi kita semua untuk bersatu dan menentang segala bentuk intoleransi dan diskriminasi. Tidak ada ruang bagi kebencian di sosial media. Setiap komentar, setiap postingan, dan setiap tindakan haruslah dibangun di atas dasar rasa hormat dan penghargaan terhadap keberagaman. Mari kita bersama-sama menjadikan sosial media sebagai ruang yang aman dan inklusif bagi semua orang.

Terakhir, pemaparan dari Bapak Patrick Jonathans menyampaikan bahwa sebuah cermin bagi masyarakat kita adalah sosial media. Di sana, kita bisa melihat berbagai macam warna, suara, dan cerita. Namun, sayangnya, cermin ini seringkali dipenuhi dengan retakan dan noda. Kita sering melihat bagaimana kebencian, ketidak-toleransi, dan diskriminasi berkembang subur di dunia maya ini. Keberagaman juga sebuah kekayaan yang harus dijaga dengan penuh perhatian. Setiap individu, dengan latar belakang dan kepercayaan yang berbeda, memiliki kontribusi yang berharga dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Namun, sayangnya, keberagaman ini seringkali dianggap sebagai ancaman oleh beberapa pihak. Saatnya bagi kita semua untuk bersatu dan menentang segala bentuk intoleransi di sosial media. Saatnya bagi kita semua untuk membangun semangat menjaga keberagaman dan mengatasi perpecahan yang sering kali terjadi di dunia maya.

Para narasumber sepakat bahwa sosial media telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita saat ini. Meskipun memungkinkan kita untuk berbagi ide, pendapat, dan informasi dengan mudah, namun kemudahan ini juga membawa tantangan besar, yaitu menjaga keberagaman di tengah kompleksitas dan keragaman pandangan. Keberagaman merupakan sebuah kekayaan yang harus dijaga dengan sungguh-sungguh di tengah lautan informasi yang luas di sosial media. Namun, sayangnya, keberagaman ini sering menjadi sumber konflik dan perpecahan, karena perbedaan pendapat dapat memicu ketegangan dan perselisihan yang tidak perlu. Oleh karena itu, saat ini adalah saat yang tepat bagi kita semua untuk merefleksikan kembali bagaimana kita berinteraksi di dunia maya ini. Saatnya untuk membangun semangat menjaga keberagaman di sosial media dengan saling menghargai, belajar, dan bertanggung jawab. Meskipun menjaga keberagaman di sosial media bukanlah tugas yang mudah, namun bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Dengan semangat yang kuat, kita dapat menciptakan lingkungan di sosial media yang lebih harmonis dan inklusif.

Setelah pemaparan materi oleh para narasumber dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, kemudian dilanjutkan kembali dengan closing statement dari narasumber dan diakhiri dengan penutup oleh MC.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image