Ponsel Pintar Membunuhmu
Gaya Hidup | 2024-03-26 19:54:45DUA tahun lalu, Yannick Guillodo, seorang dokter olahraga di Brest, Perancis meluncurkan kampanye untuk mengajak masyarakat agar berhenti menggunakan ponsel pintar. Hasilnya, sekitar tiga perempat dari hampir 500 partisipan yang berhasil diajak dalam kampanye tersebut sama sekali tidak dapat mengurangi waktu berponsel mereka selama satu jam sehari.
Kini, Guilodo menulis sebuah buku yang diterbitkan dalam bahasa Perancis dengan judul provokatif Le Smartphone Tue (Ponsel Pintar Membunuhmu). Isi buku itu memperingatkan bahwa ponsel tidak hanya sulit untuk dimatikan, namun juga membuat orang menjadi lebih tidak aktif.
“Saya awalnya tertarik pada hubungan antara jumlah ponsel pintar dan gaya hidup sedentari. Karena ketika kita melihat smartphone, kita sedang duduk di sofa, atau di kursi,” ujarnya kepada Euronews Health, baru-baru ini.
“Jika saya menghabiskan satu jam lagi di depan ponsel dengan duduk di kursi, saya menghabiskan satu jam lagi [duduk]. Dan mengenai hal itu, kami memiliki penelitian yang dengan jelas menunjukkan bahwa gaya hidup yang kurang gerak merupakan faktor risiko yang jelas terhadap penyakit kronis, yang disebut penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, kanker tertentu, dan sebagainya,” tambahnya.
Andrew Lepp, seorang profesor di Kent State University di AS, juga mempelajari topik penggunaan telepon dan aktivitas fisik.
“Kami telah melakukan banyak survei yang menilai perilaku sedentari, aktivitas fisik, dan penggunaan ponsel,” katanya.
“Tidak diragukan lagi, orang yang lebih sering menggunakan ponsel juga menghabiskan lebih banyak waktu untuk duduk,” sambungnya seraya menambahkan jika kita scrolling, SMS, bahkan berbicara dengan ponsel saat berolahraga maka itu menurunkan pula intensitas olahraga.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Digital Health pada tahun 2019, Lepp dan timnya menulis bahwa penggunaan ponsel yang tinggi dapat menjadi “prediktor signifikan” dari apa yang mereka sebut sebagai “kentang sofa aktif”.
Itu merujuk pada mereka yang memenuhi persyaratan untuk aktivitas fisik tetapi juga menjalani gaya hidup yang tidak banyak bergerak.
“Orang yang aktif bersantai juga merupakan kelompok berisiko karena secara umum, dampak negatif terhadap kesehatan dari terlalu banyak duduk tidak bergantung pada manfaat aktivitas fisik,” katanya.
Paul Elliott, seorang profesor di Imperial College London, bersama timnya, juga menelaah dampak ponsel pintar terhadap apakah ponsel menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan bulan ini, ia dan peneliti lain menemukan bahwa menggunakan ponsel, untungnya, masih tidak terbukti meningkatkan risiko kanker otak.
Penelitian yang dimulai pada tahun 2007 ini didasarkan pada 250.000 pengguna ponsel dan merupakan penelitian lanjutan multinasional terbesar yang menyelidiki topik tersebut.
“Karena studi ini bersifat prospektif, di mana kami menanyakan tentang penggunaan telepon seluler dan melakukan tindak lanjut terhadap orang-orang sebelum mereka terserang penyakit, kami dapat melihat pada berbagai penyakit, tidak hanya kanker otak,” kata Elliott.
“Ini termasuk kanker lain, penyakit kardiovaskular, penyakit saraf, dan studi tentang kesuburan dan efek reproduksi. Kami juga telah mengamati perkembangan gejala seperti sakit kepala,” tambahnya.
Elliott, yang juga merupakan salah satu penulis penelitian yang diterbitkan pada tahun 2021 yang mengamati penggunaan teknologi digital pada indeks massa tubuh (BMI) pada remaja, menemukan hubungan antara penyakit-penyakit tersebut di atas.
Hal ini “sebagian disebabkan oleh kurang tidur,” kata tim peneliti dalam kesimpulannya, menunjukkan bahwa mungkin ada banyak faktor yang terlibat.
Ihwal kesehatan dan pemakaian ponsel pintar, Guillodo juga tertarik mengkajinya, termasuk bagaimana faktor tersebut memengaruhi kebiasaan makan dan tidur kita.
Ia berpendapat bahwa penggunaan ponsel pintar harus dipertimbangkan ketika pembuat kebijakan memikirkan cara untuk mencegah ketidakaktifan fisik.
Menurutnya, solusi harus datang dari seluruh aspek masyarakat termasuk individu, perusahaan, pemerintah, dan perusahaan teknologi besar.
Guillodo merekomendasikan perubahan kecil seperti mematikan ponsel saat makan malam dan 45 menit sebelum tidur serta mematikannya saat rapat kerja.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.