Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

5 Cara Orang Tua Membesarkan Anak Lebih Bahagia

Parenting | Tuesday, 26 Mar 2024, 13:56 WIB
Sumber gambar: FirstCry Parenting

Anak-anak membutuhkan lebih dari sekadar pengasuhan dan hadiah agar merasa terpenuhi.

Ketika ditanya apa momen paling membahagiakan mereka bersama, orang tua dan anak seringkali memberikan jawaban berbeda. Orang tua biasanya melebih-lebihkan atau meremehkan betapa bahagianya anak-anak mereka, menurut sebuah penelitian pada bulan Februari yang diterbitkan dalam Journal of Happiness Studies.

“Orang tua dan anak-anak tidak sepakat mengenai tingkat kebahagiaan anak-anak dan cenderung mengidentifikasi episode yang berbeda sebagai momen paling membahagiakan yang dihabiskan bersama,” jelas para peneliti.

Perbedaan cara pandang antara orang tua dan anak mengenai kebahagiaan anak biasanya terjadi karena dua hal:

· Bias positif. Ini adalah kecenderungan orang tua untuk melebih-lebihkan kebahagiaan anak-anak mereka dan meremehkan emosi negatif yang mungkin mereka alami.

· Bias egosentris. Hal ini merupakan kecenderungan orang tua untuk menilai tingkat kebahagiaan anak-anak mereka dengan menggunakan tingkat kebahagiaan mereka sendiri selama kenangan bersama sebagai tolak ukur, sehingga menyebabkan persepsi yang tidak akurat mengenai pengalaman individu anak.

Persepsi orang tua yang cenderung positif terhadap kehidupan anak-anak mereka dapat menghalangi pemahaman dan investasi pada momen-momen yang benar-benar membuat anak-anak bahagia. Penting untuk mengenal anak-anak lebih dalam dan mempelajari keinginan serta pengalaman batin mereka secara lebih objektif untuk menciptakan ikatan yang lebih bahagia.

Berikut lima cara berinteraksi dengan anak Anda yang membuat mereka benar-benar bahagia, berdasarkan penelitian.

1. Rangkullah Pengalaman Luar Ruangan

Para peneliti berpendapat bahwa waktu di dalam ruangan di rumah dan sekolah sering kali mendominasi waktu anak-anak, sehingga membuat pengalaman di luar ruangan menjadi lebih bahagia dan bebas.

Aktivitas di luar ruangan, seperti menghabiskan waktu di alam terbuka, berlibur dan menjelajahi tempat-tempat baru, atau sekadar menghabiskan waktu luang dengan pergi ke restoran, bioskop, taman, dan lainnya dikaitkan dengan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi pada anak-anak.

“Episode ini mewakili istirahat dari rutinitas sehari-hari yang monoton dan anak-anak lebih cenderung bahagia ketika mereka menghabiskan waktu jauh dari rumah, mengetahui bahwa orang tua mereka dapat memberikan lebih banyak perhatian dan perhatian kepada mereka tanpa gangguan,” jelas para peneliti.

Para peneliti menemukan bahwa orang tua dan anak-anak dalam penelitian tersebut sepakat bahwa tamasya di alam adalah momen paling membahagiakan dalam kehidupan seorang anak. Seorang anak merasa memiliki orang tua sendirian, juga menikmati saat-saat tanpa melibatkan saudara atau orang tua lain.

2. Terlibat dalam Aktivitas Bersama

Aktivitas bersama seperti memasak, melakukan pekerjaan rumah tangga, menciptakan karya seni bersama, mengatur aktivitas sehari-hari atau merencanakan pesta bersama dapat membuat anak lebih bahagia.

“Momen bahagia berulang lainnya mengacu pada episode di mana anak-anak membantu orang tua mereka dalam suatu aktivitas atau, sebaliknya, episode di mana orang tua membantu anak-anak,” tambah peneliti. “Beberapa peserta melaporkan bagaimana aktivitas ini menciptakan kedekatan antara anak dan orang tua.”

Mereka berpendapat bahwa aktivitas seperti mengajari anak mengendarai sepeda atau membuat makan malam bersama tidak hanya berfungsi sebagai kesempatan pendidikan untuk meneruskan pengetahuan, nilai, atau keterampilan hidup yang penting, tetapi juga memungkinkan anak untuk menavigasi berbagai jenis hubungan. Mereka belajar bekerja sama dengan orang lain sambil menawarkan waktu berkualitas bersama dan memperkuat hubungan orang tua-anak.

3. Ciptakan Momen Menyenangkan

Anak-anak sangat menikmati saat-saat senggang dan bermain bersama orang tuanya. Ini mungkin termasuk menggunakan teka-teki, permainan papan, atau terlibat dalam permainan fisik seperti berlari, bermain ski, dan bermain bola basket, atau kontak yang menyenangkan seperti menggelitik.

Interaksi yang menyenangkan sangat penting untuk perkembangan psikologis anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mengekspresikan berbagai emosi positif, seperti kegembiraan dan kepuasan, serta melepaskan perasaan negatif, seperti kecemasan dan frustrasi, melalui permainan.

“Waktu bermain antara orang tua dan anak-anak memungkinkan orang dewasa untuk memahami pikiran dan emosi anak-anak mereka, tetapi juga merupakan kesempatan bagi orang tua untuk menjadi anak-anak lagi,” tambah para peneliti.

4. Bersikap Penuh Kasih Sayang secara Terbuka

Kasih sayang emosional dan fisik memainkan peran penting dalam mempererat ikatan orang tua-anak dan menghadirkan kegembiraan, kehangatan, dan keamanan dalam kehidupan anak.

“Peserta mengidentifikasi kasih sayang, seperti perhatian, bantuan, atau kebaikan, sebagai elemen utama dari momen paling membahagiakan yang dihabiskan bersama. Afektifitas emosional mencakup aspek afektif dalam hubungan, seperti dukungan emosional, berbagi, keintiman, dan kedekatan. Afektifitas fisik mempertimbangkan aspek afektif dari kontak fisik, seperti pelukan atau pelukan,” jelas para peneliti.

Mampu melampiaskan perasaan kepada orang tua, dihibur oleh mereka, mempelajari sudut pandang penting dari mereka, dan merasakan kehadiran yang dapat diandalkan dan menghibur ketika mereka sedang berjuang dapat mengurangi stres pada anak, membantu mereka mengatasi emosi yang sulit serta merasa dicintai dan didukung.

5. Kejutkan Mereka dengan Hadiah

Peneliti menemukan, meski tidak sepenting berbagi pengalaman, momen bahagia anak bersama orang tua juga berupa penerimaan hadiah seperti mainan, pakaian, atau hewan peliharaan.

Hadiah yang bijaksana dapat membuat anak-anak merasa kebutuhan dan keinginan mereka penting dan layak diperhatikan. Namun, orang tua cenderung percaya bahwa momen-momen ini lebih sering menjadi momen yang paling membahagiakan bagi anak-anak daripada yang sebenarnya terjadi pada anak-anak.

“Dalam beberapa kasus, orang tua yang menganggap menerima hadiah sebagai sumber kebahagiaan memiliki anak yang merasa lebih bahagia saat momen kasih sayang, bermain, atau aktivitas bersama dengan orang tuanya,” jelas para peneliti.

Pentingnya pemberian materi berkembang seiring bertambahnya usia, meningkat pada masa praremaja dan secara bertahap menurun pada masa remaja, karena pengalaman hubungan cinta menjadi lebih penting daripada pemberian materi. Orang tua mungkin kesulitan mengenali perubahan ini dan malah menawarkan apa yang menurut mereka diinginkan anak.

Orang tua dan anak-anak mungkin memiliki cara berbeda dalam ingin memberi dan menerima cinta dan dukungan. Mempelajari “bahasa cinta” seorang anak dan berinvestasi dalam pengalaman menyenangkan bersama mereka bisa menjadi kunci untuk mencintai mereka sebagaimana mereka perlu dicintai.

Solo, Selasa, 26 Maret 2024. 1:50 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image