Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Konsumsi Daging dan Biskuit Turut Tingkatkan Deforestasi

Gaya Hidup | Monday, 25 Mar 2024, 19:40 WIB
Deforestasi tingkatkan emisi karbon. Foto: econusa.id.

KENDATI keberadaan hutan penting bagi kehidupan kita, nyatanya penebangan pohon-pohon di hutan (deforestasi) terus dilakukan dan masih berlangsung hingga kini.

Menurut catatan earth.org, kita menebang sedikitnya 10 juta hektar pohon setiap tahunnya demi menciptakan ruang bagi tanaman pangan dan peternakan, serta untuk memproduksi bahan-bahan seperti kertas. Jumlah tersebut menyumbang sekitar 16% dari total hilangnya tutupan pohon. Dan 96% deforestasi terjadi di hutan tropis.

Dalam soal karbon dioksida, hilangnya pohon-pohon di hutan menyumbang sekitar 4,8 juta ton karbon dioksida per tahun. Pada tahun 2021 lalu, 3,75 juta hektar hutan hujan primer tropis hilang. Hal ini menghasilkan 2,5 miliar ton emisi karbon dioksida, setara dengan emisi bahan bakar fosil tahunan di India dan hampir 10 lapangan sepak bola per menit.

Sementara itu, peneliti NASA menemukan bahwa percepatan metode penebangan dan pembakaran dalam pembukaan lahan di hutan Kalimantan, misalnya, berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon global terbesar dalam satu tahun dalam dua milenium, sekaligus mendorong Indonesia menjadi sumber utama emisi karbon.

Selain industri peternakan, industri kelapa sawit turut bertanggung jawab atas sejumlah besar deforestasi di seluruh dunia. Minyak sawit digunakan dalam lebih dari dua pertiga produk makanan yang kita konsumsi sehari-hari, mulai dari minyak sayur, coklat, biskuit, serta produk rumah tangga lainnya seperti sabun dan sampo.

Untuk memenuhi kepentingan produksi minyak sawit, lahan hutan yang luasnya setara dengan 300 lapangan sepak bola ditebangi setiap jamnya untuk memberi ruang bagi perkebunan kelapa sawit, sehingga menghancurkan habitat penting bagi spesies yang terancam punah seperti orangutan dan harimau Sumatera.

Faktanya, banyak hutan juga telah diubah menjadi perkebunan monokultur, yang berarti menanam spesies tanaman yang sama di seluruh lahan, yang tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati ekosistem, namun juga meningkatkan risiko erosi tanah sekaligus mengurangi kandungan nutrisi.

Tentu saja, mengurangi konsumsi daging dan mencari alternatif pengganti minyak sawit dapat menurunkan laju deforestasi secara signifikan.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image