Menciptakan Kembali Ruang Publik yang Demokratis dalam Perspektif Jurgen Habermas
Humaniora | 2024-03-23 01:23:37Jurgen Habermas, adalah nama dari dalah seorang filsuf dan sosiolog asal Jerman. Seorang intelektual progressif yang banyak menelurkan gagasan dan pemikiran, yang dipengaruhi oleh para intelektual sayap kiri, terutama para generasi Mazhab Frankfurt.
Pandangan Habermas yang mendalam tentang pemerintahan, dan perannya dalam membentuk ruang publik yang berkorelasi dalam menciptakan sistem pemerintahan demokrasi dan kehidupan masyarakat modern.
Dalam pandangannya, ruang publik bukan hanya tempat fisik, tetapi juga merupakan wadah untuk dialog, diskusi, dan pembentukan opini publik yang merupakan esensi dari demokrasi yang sehat, dan bagaimana kontribusinya membentuk pemahaman kita tentang demokrasi.
Dalam pemikiran, Habermas cukup populer atas pengembangan konsep ruang publik yang ia publikasikan dalam bukunya yang terkenal, "The Structural Transformation of the Public Sphere" (1962). Baginya, ruang publik adalah arena di mana individu bebas untuk berpartisipasi dalam diskusi rasional tentang kepentingan bersama tanpa tekanan dari kekuasaan politik atau ekonomi.
Ruang publik yang ideal harus mengizinkan pertukaran pendapat dan gagasan yang dapat berlangsung secara bebas dan adil di antara sesama warga negara, yang pada gilirannya membentuk opini publik yang terinformasikan dan memengaruhi keputusan politik yang terintegrasi. Bagi Habermas, ruang publik mengalami sejumlah evolusi dari masa ke masa, perubahan yang juga merubah sikap masyarakat klasik hingga modern.
Pada awalnya, ruang publik diidentifikasi sebagai forum publik di kota-kota Eropa di mana warga dapat berkumpul untuk membahas masalah-masalah politik dan sosial. Namun, dengan munculnya kapitalisme dan media massa, Habermas mencatat bahwa ruang publik telah mengalami transformasi struktural, dengan lebih banyak penekanan pada konsumsi daripada partisipasi politik yang aktif.
Ruang Publik dan Demokrasi
Dalam pemikiran Habermas, ruang publik memiliki peran kunci dalam menjaga kesehatan demokrasi. Ketika warga negara secara aktif terlibat dalam diskusi dan pembentukan opini publik, mereka mampu mempengaruhi pembuatan kebijakan dan tindakan pemerintah. Dengan demikian, ruang publik menjadi landasan bagi legitimasi politik yang demokratis.
Habermas menyoroti pentingnya struktur komunikatif dalam ruang publik yang mendukung dialog dan perdebatan yang rasional. Menurutnya, komunikasi yang bebas dan adil merupakan syarat untuk pembentukan opini publik yang sehat. Oleh karena itu, kebebasan berekspresi, akses informasi yang merata, dan penghargaan terhadap pluralitas pandangan menjadi prinsip-prinsip yang penting dalam ruang publik yang demokratis.
Habermas juga mengidentifikasi beberapa tantangan yang mengancam fungsinya. Pertama, komersialisasi dan privatisasi ruang publik dapat mengurangi aksesibilitas dan inklusivitasnya. Ketika ruang publik dikendalikan oleh kepentingan ekonomi atau elit, hal itu dapat menghalangi partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam proses politik.
Selain itu, Habermas juga menyadari peran penting media massa dalam membentuk opini publik. Namun, ia mengkritik bagaimana media sering kali dikuasai oleh kepentingan politik atau komersial, yang dapat membatasi keragaman pandangan dan mengarah pada homogenisasi opini.
Menciptakan Ulang Ruang Demokratis
Bagi Habermas, menjaga dan memperkuat ruang publik yang demokratis memerlukan tindakan kolektif dari masyarakat sipil, pemerintah, dan lembaga lainnya. Pertama-tama, perlindungan hukum terhadap kebebasan berekspresi dan akses informasi harus dipertahankan dan diperkuat. Regulasi yang ketat terhadap media massa dan transparansi dalam pembiayaan politik juga diperlukan untuk memastikan bahwa opini publik tidak dimanipulasi oleh kepentingan yang tidak jelas.
Selain itu, partisipasi publik dalam pengambilan keputusan politik dan perencanaan kota harus didorong. Masyarakat harus memiliki akses yang lebih besar terhadap proses pembuatan kebijakan dan memiliki kesempatan untuk mengajukan pendapat mereka tentang isu-isu yang memengaruhi kehidupan mereka.
Ruang publik dalam perspektif Habermas adalah salah satu pondasi bagi demokrasi yang sehat. Dalam ruang publik yang ideal, warga negara dapat berpartisipasi dalam diskusi rasional dan membentuk opini publik yang memengaruhi tindakan politik. Namun, tantangan seperti komersialisasi, privatisasi, dan kendali media massa dapat mengancam fungsinya.
Untuk menjaga ruang publik yang demokratis, perlu ada tindakan kolektif dari masyarakat dan pemerintah. Melalui perlindungan hukum terhadap kebebasan berekspresi, partisipasi publik dalam pengambilan keputusan, dan pengawasan terhadap media massa, kita dapat memastikan bahwa ruang publik tetap menjadi tempat bagi pertukaran ide dan pembentukan opini yang merdeka. Dengan demikian, ruang publik tetap menjadi pilar utama dalam menjaga kesehatan demokrasi dan masyarakat yang inklusif.
Referensi :
Habermas, Jürgen. The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry into a Category of Bourgeois Society. MIT Press, 1991.
Calhoun, Craig (Editor). Habermas and the Public Sphere. MIT Press, 1992.
Loader, Brian D., & Mercea, Dan. Social Media and Democracy: Innovations in Participatory Politics. Routledge, 2011.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.