Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rudi Ahmad Suryadi

Bacalah al-Qur'an dengan Tartil

Agama | Wednesday, 20 Mar 2024, 11:50 WIB

Al-Qur’an adalah pedoman kehidupan. Untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan kebaikan, al-Qur’an memberikan petunjuk, penjelasan, juga pembeda antara hak dan batil. Pada QS al-Baqarah: 185 disebutkan bahwa bulan Ramadan (yaitu) di dalamnya al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk, penjelasan dari petunjuk, dan pembeda (antara hak dan batil). Ayat ini menegaskan bahwa al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadan. Pada ayat lain disebutkan pada malam penuh kemuliaan (lailatulqadar) yang hal itu terjadi di bulan Ramadan.

Memperhatikan fakta ini, sebagian ulama menyebut Ramadan sebagai syahr al-Qur’an, atau bulan diturunkannya al-Qur’an. Ramadan diisi dengan semarak membaca al-Qur’an. Hampir di setiap masjid, intensitas membaca al-Qur’an semakin meningkat dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Mereka menamakannya dengan tadarus, yaitu kegiatan membaca al-Qur’an dengan memahami kandungannya. Tadarus menjadi semakin semarak. Ramadan menjadi ramai dengan bacaan al-Qur’an.

Agar membaca al-Qur’an tidak sekedar kegiatan rutin pada Ramadan, pembacaannya harus dengan tartil. Pembacaan al-Qur’an berbeda dengan membaca teks bahasa Arab lainnya. Pembacaannya harus memperhatikan kaidah yang ditentukan. Para ulama menyebutnya dengan ilmu tajwid, tahsin al-qira’ah, juga memperhatikan makharij al-huruf. Huruf pada al-Qur’an memiliki makhraj masing-masing. Setiap huruf dipastikan harus sesuai dengan makhraj-nya. Hukum bacaannya pun harus tetap mengikat pada bacaan sehingga seseorang menjadi jelas dalam melapalkan hukum bacaan.

sumber: https://wordss.cc/ diakses pada tanggal 20 Maret 2024

Al-Qur’an dibaca dengan tartil. Kata tartil dalam KBBI (2022) diartikan pembacaan al-Qur’an dengan pelan atau membacanya tidak terburu sehingga ia memperhatikan setiap bacaan huruf dan lafal. Pembacaan al-Qur’an secara tartil telah disebutkan pada QS al-Muzammil: 4, “bacalah al-Qur’an dengan pelan-pelan”. Al-Zuhaili dalam Tafsir al-Wajiz menyebutkan Tartil adalah adalah membaca keseluruhan huruf dengan memenuhi atau membaca sesuai dengan makhraj dan tajwidnya. Hal ini diperkuat oleh al-Sa’di dalam Tafsir al-Sa’di membaca al-Quran dengan perlahan bisa mendatangkan perenungan, pemikiran, menggerakan kalbu, beribadah dengan tanda-tanda kebesaran Allah serta bersiap-siap secara sempurna untuk itu. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Aisyah berkata bahwa Nabi Saw membacanya dengan tartil sehingga bacaannya paling Iama dibandingkan dengan orang lain.

Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw supaya membaca Al-Qur’an secara seksama (tartil). Maksudnya ialah membaca Al-Qur’an dengan pelan-pelan, bacaan yang fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati. Perintah ini dilaksanakan oleh Nabi saw. ‘Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw membaca Al-Qur’an dengan tartil, sehingga surah yang dibacanya menjadi lebih lama dari ia membaca biasa. Hal ini dituturkan pada Al-Qur’an Kementerian Agama RI (2022).

Al-Husaini dalam Fath al-Bayan menuturkan beberapa fokus makna tartil. Pertama, tartil adalah menghadirkan hati ketika membaca bukan sekadar mengeluarkan bunyi dari tenggorokan dengan memoncong-moncongkan muka dan mulut dengan alunan lagu. Kedua, tartil mengandung hikmah, yaitu terbukanya kesempatan untuk memperhatikan isi ayat-ayat yang dibaca dan di waktu menyebut nama Allah. Pembaca akan merasakan kemahaagungan-Nya. Ketika tiba pada ayat yang mengandung janji, pembaca akan timbul harapan-harapan, demikian juga ketika membaca ayat ancaman, pembaca akan merasa cemas. Sebaliknya membaca Al-Qur’an secara tergesa-gesa atau dengan lagu yang baik, tetapi tidak memahami artinya adalah suatu indikasi bahwa si pembaca tidak memperhatikan isi yang terkandung dalam ayat yang dibacanya.

Pembacaan Al-Qur'an dengan tartil membantu dalam merenungkan ayat-ayat dan memahami maknanya. Tartil membantu dalam melantunkan dengan baik dan memberikan hak-hak hurufnya saat membaca. Larangan terhadap tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur'an datang agar manusia tidak terjerumus dalam kesalahan, dan hal itu tidak mengarah pada lagu dan kesalahan dalam melantunkan. Wallahu A'lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image