Tetangga Paling Buruk di Dunia, Ada Pembantaian Namun Mengapa Diam Saja?
Agama | 2024-03-18 14:19:50Istilah tetangga kerap dipergunakan untuk orang, kumpulan orang, rumah, yang saling berdekatan atau bersebelahan. Dan pada umumnya, secara fitrah orang yang hidupnya berdampingan akan terjalin sebuah interaksi. Entah itu saling tegur sapa jika bertemu, saling menjaga adab dalam bertetangga, memenuhi hak-hak tetangga, atau saling tolong-menolong jika dibutuhkan dan bergotong royong dalam kesejahteraan bersama. Begitulah dapat dikatakan sebagai definisi tetangga yang baik.
Namun berbeda cerita dengan tetangga di Gaza. Sudah ada banyak fakta genosida yang sering umat dengar, baca, bahkan saksikan melalui tayangan video-video pendek yang tersebar luas di jejaring sosial. Pembantaian yang dilakukan Entitas Zionis Yahudi pada warga Gaza yang terbaru ini telah berlangsung 5 bulan lamanya, dan banyak menewaskan warga sipil setempat terutama wanita dan anak-anak. Rumah-rumah, masjid, sekolah, rumah sakit, pasar, dihancurkan.
Menurut data OCHA (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs) sepanjang 7 Oktober 2023-21 Februari 2024, warga Gaza tewas sebanyak 29.313 jiwa, dan korban luka 69.333 orang. (Sumber: databoks.katadata.co.id)
Hampir 150 hari serangan Zionis Yahudi makin kejam dan tidak berkemanusiaan seolah menunjukkan genosida yang ditargetkan. Bahkan sebelumnya Entitas Zionis dan Amerika Serikat menutup akses ijin bantuan dari seluruh dunia memasuki Gaza. Hingga banyak saudara umat Islam di sana yang mati kelaparan akibat gizi buruk. Semua ini nyata bahkan telah terjadi puluhan tahun lamanya, namun mengapa dunia “diam”?
Hanya Bantuan Logistik Dan Kecaman
Dalam Islam, Nabi Muhammad mengibaratkan bahwa seluruh mukmin (umat Islam) itu bagaikan satu tubuh. Saling menyayangi, saling mengasihi, saling mencintai. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakan sakit (HR. Muslim). Begitu pula seluruh umat muslim di dunia yang ikut merasakan kepahitan dan kesedihan yang dialami saudara seiman di Gaza. Bantuan secara logistik terus mengalir untuk mereka. Namun faktanya, semua barang tertahan di perbatasan dan sulit untuk masuk dan didistribusikan.
Pakan ternak, tepung sisa yang bercampur di tanah, rumput, menjadi alternatif pangan yang dikonsumsi. Saat kelaparan melanda, kejadian brutal kembali dilakukan oleh pasukan Entitas Zionis Yahudi dengan melepaskan tembakan kearah warga Gaza saat berkumpul menunggu bantuan kemanusiaan pada hari Kamis (29 /02). (Sumber: antaranews.com)
Hingga berbagai lembaga PBB mengecam perilaku Zionis Yahudi tersebut. Kemudian Amerika Serikat baru memberikan bantuan makanan untuk pertama kalinya melalui udara. Hal ini dilakukan dua hari setelah terjadi penembakan brutal itu. (Sumber: antaranews.com)
Di sisi lain, negeri-negeri muslim sekitar Palestina hanya diam. Alih-alih membantu, tetangga Gaza malah mempersulit muslim Gaza. Diantaranya ada yang dengan membangun tembok lebih tinggi dan berlapis-lapis. Tidak ada yang mengirimkan pasukan militer, padahal kekuatan Negara itu lebih besar pengaruhnya dibandingkan sekadar bantuan individu. Para pemimpin di belahan manapun sebenarnya mampu melakukan agresi yang lebih dibutuhkan sehingga dapat menghentikan genosida ini. Namun sekali lagi, mengapa tidak segera dilakukan?
Dibutuhkan Persatuan Umat
Pembantaian Muslimin masih terus terjadi, mengapa dunia terkesan diam saja? Tidak dapat melakukan pembelaan apapun melainkan sebatas kecaman dan bantuan logistik semata! Inilah kondisi dimana sekat nasionalisme telah merusak ikatan persaudaraan sesama muslim. Berbeda dengan yang diajarkan Rasulullah sebelumnya, bahwa umat muslim itu bagaikan satu tubuh.
Sebelumnya, Rasulullah sudah pernah mendirikan sebuah institusi Negara dengan sistem pemerintahan Islam di Madinah. Sebuah sistem yang berhasil memperkuat ikatan muslim dari segala penjuru wilayah. Setelah wafat beliau, institusi tersebut dilanjutkan oleh kepemimpinan para sahabat. Dalam Negara tersebut, persatuan umat Islam sangatlah diprioritaskan. Selama 1400 tahun kurang lebih lamanya seluruh umat hidup dalam keamanan dan kesejahteraan. Bukan hanya umat Islam, namun seluruh umat dapat hidup berdampingan. Termasuk Baitul Maqdis juga dalam kedamaian di bawah kekuasaan sistem Islam.
Kebahagiaan itu sirna, saat peradaban barat meruntuhkan dan merebut kepemimpinan Islam di timur tengah. Sejak saat itu, dunia mengenal sekat nasionalisme yang menjadikan batas teritorial makin menunjukkan sikap egosentris suatu wilayah. Belenggu Nasionalisme inilah yang telah menjadikan negeri-negeri muslim enggan menolong saudaranya sendiri.
Sebagai seorang muslim yang diwajibkan untuk taat beragama, tentu sikap nasionalisme ini tidak termasuk dalam ajaran Islam. Sebaliknya, kaum muslim diwajibkan untuk memutus pemahaman ini dan kembali pada pemahaman persatuan. Hanya dengan persatuan umat Islam seluruh dunialah yang dapat membantu mengentaskan persoalan di Gaza dan sekitarnya.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (TQS. Al-Maidah: 2)
“Dan berpegang teguhlahlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (TQS. Ali-Imran: 103)
Kita semua adalah tetangga Gaza, jangan sampai menjadi tetangga yang tidak baik. Minimal pelajari apa yang sesungguhnya terjadi di sana. Mencari informasi dan mencari tahu kebenaran faktanya sejak awal. Genosida ini bukan sekadar peperangan antar kelompok. Namun penjajahan yang tersistem oleh kepentingan kapitalisme. Tanah yang dirampas secara paksa dan ingin dikuasai secara keseluruhan. Tentu penyelesaiannya pun membutuhkan kekuatan institusi yang dapat mempersatukan umat Islam seluruh dunia. Konstitusi Negara yang diatur langsung berdasarkan perintah Allah SWT.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.