Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhtar Lintang

Ramadhan di Hati Sudut Kota

Sastra | Sunday, 17 Mar 2024, 07:22 WIB

Ramadhan sungguh merupakan keajaiban baginya. Komat-Kamit sohib sejak taman kanak kanak itu saling berbagi cerita kala bertemu di jamuan bukber sederhana tanpa kolak yang disepakati waktunya, tidak ada rasa takut atau khawatir lagi seperti "masa covid" terjadi. Tidak lagi khawatir dalam keramaian, karena dengan rahmatNYA ujian dan peringatan yang dahsyat itu telah berlalu. "Ajaib....", begitu kata salah satunya, yang disepakati sohib lainnya.

Betapa tidak.... hari hari Ramadhan ini membuat mereka lebih memperhatikan hal hal yang selama ini sering abai. "Serasa lebih berisi, bermakna dalam menapaki waktu......, detik ke detik berikut, menit ke menit selanjutnya, jam ke jam didepannya, hari ke hari lainnya", Kamit melukiskan suasana hatinya.

"Terasa lebih ringan mengerjakannya......, seperti ada dorongan tangan yang kuat hingga menabrak dan menghancurkan rasa malas dan enggan hati". Lisan terjaga dari berucap tak berguna, rangkaian kata semakin tertata dan bermakna. Iba hati antar sesama semakin nyata.

Ada banyak tak membuat pelit mengemuka, ada sedikit pun tak takut diri jadi sulit. Semua kebaikan mengalir bagai air bah menerjang......, deras, kuat dan bertenaga. Menjadikan serasa diri berbeda....berubah, hampir tak dikenali......semoga itu yang terjadi sejatinya.

Ada harapan membubung tinggi dari itu semua. Tak harap kembali dalam bentuk materi duniawi semata, tapi pasti akan kembali dengan rupa yang lebih elok dari dunia seisinya. Itu semua janjiNYA.....janji yang pasti adanya, janji yang pasti tiba, janji yang memberi semangat karena sifat kemurniannya....., karena maha suci DIA.

Harapan yang teramat indah seiring berjalannya waktu...., waktu mulia nan ajaib harapan yang ditunggu bahkan dikejar sampai ujung kelelahan, sampai akhir tetes air mata, sampai mata begitu redup menatap dunia, namun berbinar menyambut asa. Ya....itulah ampunan, pemaafan.

Hal apa yang lebih besar daripadanya? Terngiang ditelinganya kalimat bersumber dàri mimbar masjid tambatan hatinya, "rugi....!! Orang orang yang saat Ramadhan usai dia tidak mèndapat ampunan". Padahal jalan ampunan terbentang begitu lapang tiada lubang menghadang.

Pintu ampunan terbuka lebar tak terhalang. Ruang dan majelis ampunan berserakan tanpa larangan masuk bagi siapapun yang menginginkan. Bila kerugian tetap menimpa diri, tiada yang patut dibebani sesal kesalahan kecuali diri sendiri.

Komat - Kamit, dua pemilik hati yang berusaha menjamu tamu istimewa, pembersih jiwa dari noda dosa, mengakhiri temu bincangnya, menapaki jalan menuju pintu dan ruang ampunan, karena waktu isya telah tiba menghampirinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image