Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Zidan

Radikal dan Teroris, Kedok Menyerang Islam

Agama | Wednesday, 13 Mar 2024, 06:29 WIB

Umat ini sudah kenyang dengan narasi radikal, teroris, intolerant, anti Pancasila yang dituduhkan pada para d'ai, ulama dan pejuang Islam. Bahkan ajaran Islam yang syariatnya telah disebutkan dalam Alquran pun tak lepas dari upaya yang mengopinikan keburukan. Misalnya syariat jihad yang mulia disudutkan menjadi kegiatan radikal dan teroris.

Pejuang Hamas pun sering disebut-sebut sebagai gerakan teroris. Padahal mereka adalah pejuang Islam saleh yang membela dan mempertahankan tanah kaum muslim yang dirampas. Beberapa waktu lalu di negeri ini juga terjadi pembubaran sepihak oleh kelompok tertehtu, sebuah acara dakwah sosok ustaz yang diopinikan radikal.

Istilah radikal dan terorisme pasti akan mengarah pada seorang pelaku dengan dentitas Islam. Misalnya mengenakan kerudung, cadar, Al-Qur'an dan jihad, celana cingkrang, dakwah, rajin mengaji, kotak amal. Semua itu merupakan gambaran dari seorang muslim dan muslimah yang taat pada ajaran agama Islam.

Penggiringan opini bahwa radikal dan teroris biasanya melekat pada seorang muslim yang taat menjalankan syari'at Islam adalah sebuah fitnah yang teramat keji. Sebab Islam tidak pernah mengajarkan tindakan kekerasan dan terorisme. Bahkan Islam menuntun pemeluknya untuk memiliki sikap lembut dan kasih sayang kepada siapapun. Islam sangat menjaga hubungan dan toleransi dengan non muslim sekalipun. Dalam pandangan Islam, hilangnya nyawa seorang muslim lebih lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia.

Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455)

Membunuh seorang manusia tanpa hak dalam Islam dinilai sama dengan membunuh manusia seluruhnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al Maidah ayat 32, yang artinya: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.”

Jihad adalah bagian dari ajaran Islam yang tentu saja memiliki konsep berlawanan dengan terorisme radikalisme yang digaungkan musuh Islam. Jihad adalah aktivitas mulia dalam rangka memerangi penghalang hidayah Allah pada manusia.

Berperang dalam Islam pun ada adab yang tidak pernah dimiliki oleh Barat. Termasuk di antaranya adalah dilarang membunuh orang tua, wanita dan anak-anak, dilarang membunuh orang yang tidak ikut berperang. Juga dilarang merusak tanaman dan membunuh binatang ternak, dilarang membunuh ahli agama (pendeta), dilarang menyerang seorang yang sedang beribadah, memaafkan musuh yang sudah menyerah, menepati janji sesuai kesepakatan, juga dilarang meruntuhkan bangunan atau merusak fasilitas umum. Hal demikian sangat bertentangan dengan peperangan yang dilakukan oleh negara-negara Barat Kapitalis.

Istilah Terorisme sebenarnya bersumber dari Barat dalam rangka untuk melawan arus kebangkitan Islam. Terorisme tidak dikenal dalam khazanah Islam. Ajaran Islam sama sekali tidak ada yang berhubungan dengan istilah terorisme yang dimaksud oleh Barat. Jadi antara Islam dan terorisme tidak ada hubungan apaun. Terorisme bukan Islam dan Islam bukan terorisme.

Bom bunuh diri yang sering disebut dalam tindakan terorisme juga diharamkan oleh Allah. Bom bunuh diri merupakan perbuatan konyol dan termasuk kejahatan. Seringkali orang-orang tak bertanggung jawab melakukannya atas nama jihad. Sungguh yang demikian merupakan perbuatan sekaligus tuduhan keji yang ditujukan pada Islam.

John Pilger, seorang jurnalis berkebangsaan Australia, mengatakan bahwa korban terbesar terorisme adalah umat Islam dan hakikat perang terhadap terorisme adalah perang kepada Islam menggunakan alasan terorisme.

Istilah Terorisme muncul setelah peristiwa serangan menara kembar Word Trade Center (WTC) di New York 11 September 2001. Setelah peristiwa itu Amerika Serikat melalui presidennya George Walker Bush menyatakan hanya ada 2 pilihan untuk negara-negara di dunia, "Either you are with us, or you are with the terrorists."

Sejak saat itu Amerika Serikat melakukan kampanye global War on Terosrism. Yang sejatinya bermakna War of Islam.

Amerika Serikat pun memerangi Afganistan dengan dalih mencari Osama bin Laden yang disebut dalang dari peristiwa 11 September. Dengan dalih memerangi terorisme, Amerika mendapatkan legalitas untuk memerangi negeri-negeri Islam di Timur Tengah dan Asia Selatan. Padahal tujuan sebenarnya adalah memerangi Islam dan melawan kebangkitan dunia Islam.

Aksi terorisme merupakan cara licik musuh Islam untuk membentuk Islamophobia ditengah-tengah umat Islam. Mereka menjadi takut terhadap ajaran agamanya sendiri, tidak berani menyampaikan kebenaran Islam, tidak semangat melakukan amar ma’ruf nahi mungkar karena khawatir dicap radikal dan teroris. Setiap kali terjadi terorisme, selalu dikaitkan dengan umat Islam dan ajaran Islam. Pelakunya digambarkan seorang muslim yang taat. Yakni rajin shalat ke masjid, suka mengkaji Al-Qur'an, suka membaca shirah Rosulullah, termasuk bab Jihad, memakai cadar, dan seputar itu.

Padahal Islam adalah ajaran yang mulia, termasuk kewajiban jihad dan Khilafah. Tapi dengan sengaja semua itu diopinikan sebagai kekerasan yang mengarah pada aksi terorisme. Sehingga sesama muslim bisa bersikap saling curiga dan menuduh. Walhasil yang paling dirugikan dengan adanya tragedi bom adalah umat Islam. Padahal sudah jelas bahwa tidak ada hubungannya antara syariat Islam, termasuk Jihad dan Khilafah dengan terorisme. Sungguh ini merupakan fitnah kejam yang dituduhkan kepada para pejuang Islam.

Demikianlah musuh-musuh Islam selalu berupaya menghadang kebangkitan Islam. Sudah sunatullah, para pejuang kebenaran pasti akan berhadapan dengan penyeru kebatilan. Umat tidak boleh menyerah, justru harus semakin kencang melaju perlawanan ini. Mereka harus turut terlibat dalam upaya perjuangan ini agar umat Islam tak lagi menjadi bulan-bulanan musuh.

Umat harus menyatukan barisan dan menguatkan azzam meraih kemenangan yang telah dijanjikan Allah Swt. Bagaimanapun kejinya upaya dan makar Barat untuk melemahkan Islam, pasti Allah akan membalas segala tipu daya itu.

Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Ali Imran 54

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya."

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image