Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Menggenggam Keindahan Al-Asm'ul Husn dan Menjauhi Penyimpangan

Agama | Sunday, 10 Mar 2024, 09:34 WIB
Asmaul Husna

Hanya milik Allâh al-Asmâ-ul Husna (nama-nama yang paling indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut al-Asmâ-ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raaf/7: 180)
Dalam kehidupan yang dinamis ini, kita senantiasa dihadapkan pada berbagai pilihan dan tantangan. Namun, di tengah kompleksitas dunia, kita memiliki sumber petunjuk yang abadi, yaitu al-Qur'an dan sunnah Rasulullah ﷺ. Salah satu aspek penting yang ditekankan dalam ayat suci di atas adalah pentingnya memahami dan menghayati keindahan al-Asmâ'ul Husnâ (nama-nama Allah yang Maha Indah) serta menjauhi penyimpangan dalam menyebut nama-nama-Nya.
Al-Asmâ'ul Husnâ merupakan kumpulan nama-nama Allah yang mencerminkan kesempurnaan dan keagungan-Nya. Setiap nama menggambarkan sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Sang Pencipta. Dengan memahami dan mengingat al-Asmâ'ul Husnâ, kita dapat merasakan kedekatan yang lebih erat dengan Allah, serta meningkatkan ketakwaan dan ketundukan kita kepada-Nya.
Berdoa dengan menyebut al-Asmâ'ul Husnâ bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan manifestasi keimanan kita. Ketika kita mengingat bahwa Allah adalah Al-Rahmân (Yang Maha Pengasih), kita dipenuhi harapan dan rasa aman bahwa kasih sayang-Nya meliputi seluruh makhluk. Ketika kita berdoa kepada Al-'Alîm (Yang Maha Mengetahui), kita merasakan keyakinan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, termasuk doa-doa yang kita panjatkan. Dengan demikian, al-Asmâ'ul Husnâ menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kita untuk terus beribadah dan berbuat kebaikan.
Di sisi lain, ayat ini memperingatkan kita untuk menjauhi penyimpangan dalam menyebut nama-nama Allah. Penyimpangan ini dapat terjadi dalam bentuk penolakan, distorsi, atau penyalahgunaan nama-nama-Nya. Mengingkari atau menolak nama-nama Allah adalah bentuk kekufuran yang jelas. Sementara itu, mendistorsi atau menyalahgunakan nama-nama-Nya dengan menyebutnya dalam konteks yang tidak tepat atau dengan maksud yang tidak benar juga merupakan tindakan yang tidak dibenarkan.
Dengan menjauhi penyimpangan dalam menyebut nama-nama Allah, kita menunjukkan penghormatan dan ketundukan kita kepada-Nya. Kita menghargai kemuliaan dan kesucian nama-nama-Nya, serta mengakui bahwa hanya Allah yang layak disembah dan dipuji dengan nama-nama yang indah tersebut.
Selain itu, ayat ini juga mengandung peringatan bagi mereka yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama Allah. Allah akan memberikan balasan yang setimpal terhadap perbuatan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa konsekuensi dari penyimpangan tersebut sangatlah serius dan tidak boleh dipandang remeh.
Sebagai umat Muslim, kita memiliki tanggung jawab untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur'an dan sunnah Rasulullah ﷺ, termasuk dalam hal memahami keindahan al-Asmâ'ul Husnâ dan menjauhi penyimpangan dalam menyebut nama-nama Allah. Dengan demikian, kita dapat meraih ridha-Nya dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam perjalanan kehidupan ini, marilah kita senantiasa mengingat dan merenungkan keindahan al-Asmâ'ul Husnâ. Dengan menyebut nama-nama-Nya dalam doa dan ibadah kita, kita akan merasakan kedekatan yang lebih erat dengan Allah dan meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya. Sebaliknya, kita harus menjauhi segala bentuk penyimpangan dalam menyebut nama-nama-Nya, agar kita tidak terjerumus ke dalam kesesatan dan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah.
Semoga dengan menggenggam keindahan al-Asmâ'ul Husnâ dan menjauhi penyimpangan, kita dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Wallâhu a'lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image