Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amalina Rakhmani

Mengenal Allah Sebelum Mengenal Ramadan

Agama | Friday, 24 Mar 2023, 01:34 WIB
Kaligrafi Lafaz Allah (Foto: Pixabay)

Bulan Ramadan telah tiba, yang ditunggu-tunggu oleh para pemburu ampunan dan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Kita telah pelajari, bahkan jauh-jauh hari sebelum Ramadan tiba, beragam keutamaan dan keistimewaan bulan pilihan ini.

Kita tahu betul hadits berikut:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala (dari Allah Subhanahu wa Ta’ala), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Atau kita juga tahu betul bahwa pintu-pintu surga dibuka dan sebaliknya pintu-pintu neraka ditutup di bulan turunnya Al-Quran ini.

عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ، فُتِحَتْ أبْوَاب الجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ، وَصفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ».

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila Ramadan datang maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta setan-setan dibelenggu."

Serta beragam keuntungan lain bulan Ramadan yang telah kita kenali dari bacaan, maupun kajian.

Namun sudahkah kita mengenal Allah yang mengadakan semua itu?

Tanpa mengenal Allah keberadaan kita di muka bumi ini akan sia-sia. Segala sikap kita juga bergantung pada seberapa kenal kita kepada Allah.

Saat kita lebih kenal beragam keutamaan bulan Ramadan dibandingkan Allah, maka kita hanya akan menjadi hamba Ramadan bukan hamba Allah. Artinya dibulan-bulan lain setelah Ramadan berlalu kita tak lagi beramal shalih, dan beribadah dengan sebaik-baiknya.

Kita berharap doa-doa kita terkabul, cita-cita kita terwujud, dosa-dosa kita terampuni, amalan-amalan kita berlipat ganda pahala kebaikan dan lainnya.

Tidak ada yang salah dari semua itu, namun sangat disayangkan jika kita tidak mengenali alasan utama Allah memilih bulan Ramadan ini, yaitu agar manusia menjadi hamba yang memiliki hubungan yang kuat dengan Allah setiap waktu. Artinya Ramadan hanya untuk melatih kita menjadi hamba yang semakin dekat dengan Allah.

Tujuan keberadaan kita di bumi adalah untuk mengenal Allah melalui firman-Nya, makhluk-Nya, kehendak-Nya.

Tujuan kita hidup di dunia ini untuk beribadah kepada Allah hingga akhir hayat bukan hanya saat Ramadan.

Dalam surah Al-Mu’minun ayat 99 dan 100, Allah berfirman:

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ

Artinya: (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),

لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَٰلِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Artinya: Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.

Betapa penyesalan tergambar jelas dari ucapan orang-orang kafir itu, saat kematian datang sedang ia tidak mengenal Allah, dan tidak beramal sesuai dengan yang Allah kehendaki.

Mungkin kita sering kali memilih bacaan surah Al-Ikhlas dalam shalat. Selain pendek, surah tersebut sudah sangat melekat di benak kita.

Namun sudahkah kita memahami apa itu Allah yang Esa pada ayat pertama Qul huwallahu Ahad, “Katakanlah: Dia Allah yang Maha Esa” ?

Kita selama ini hanya memahami bahwa Allah, Tuhan yang satu. Namun tidakkah kita penasaran dengan makna dari kata satu di ayat tersebut?

Dalam bahasa arab kata satu bisa disebut dengan Wahid bisa juga disebut dengan Ahad sebagaimana dalam surah Al-Ikhlas.

Walaupun secara arti keduanya sama namun pada makna yang lebih dalam keduanya berbeda.

Wahid merujuk pada sesuatu yang satu namun bisa jadi sesuatu tersebut dikeliling oleh sesuatu yang lain.

Sebagai contoh ada satu buku di atas meja. Namun bisa jadi di atas meja ada juga pensil, gelas, dan lain sebagainya.

Sedangkan kata Ahad, memiliki makna satu-satunya. Tidak ada siapapun dan apapun selainya, di samping-Nya, di sekeliling-Nya dan dimanapun.

Allahu ahad, Allah satu-satunya Tuhan dan tidak ada yang menyertai-Nya, tidak ada yang serupa dengan-Nya dan tidak ada yang menandingi-Nya.

Demikian pula sifat-sifat baik-Nya yang kita ketahui ada pada Asmaul Husna, tidak ada yang bisa menyerupai nama-nama baik-Nya itu.

Allah ar-Rahim Yang Maha Penyayang, tidak ada yang menyerupai kasih sayang-Nya baik dalam takaran wujud maupun jumlah.

Mengenal Allah menjadi sangat penting bagi kehidupan kita dan menjadi suatu keniscayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kita sebagai manusia.

Muhammad Ratib An-Nabulsi berkata bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan makan dan minum, kedua, kebutuhan menikah dan ketiga, kebutuhan skill atau kemampuan.

Kebutuhan pertama untuk dirinya, kebutuhan kedua untuk melanjutkan keturunannya dan yang ketiga kebutuhan untuk bertahan hidup dengan menjalani beragam profesi.

Ketiga kebutuhan ini Allah tetapkan kepada manusia. Namun jika ia tidak mengenal Allah maka ketiga kebutuhan ini akan didapatkan dengan cara yang tidak sewajarnya.

Seorang yang memiliki kemampuan untuk memimpin sebuah institusi, saat dihadapi dengan ambisi duniawi semata maka ia bisa melakukan segala cara untuk melanggengkan kekuasaan atau memperbanyak kekayaan dengan jalan apapun.

Ini karena ia tidak mengenal Allah yang memberinya petunjuk dalam menjalankan kepempiminan tersebut.

Seorang yang awalnya jujur namun saat ia terpedaya dengan tujuan yang menyimpang maka ia akan memakan makanan yang haram, ia berubah menjadi pembohong padahal dulunya ia suami yang shalih, atau istri yang shalihah.

Semua ini terjadi karena ia tidak mengenal Allah yang menetapkan tiga kebutuhan dasarnya dalam hidup.

إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ

Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Mungkin ada seorang koruptor yang tidak pernah melewatkan shalat lima waktu, namun ibadahnya tersebut tidak sampai membimbing perilakunya. Lagi-lagi karena ia tidak mengenal Allah yang mewajibkannya untuk mendirikan shalat.

Jika ia mengenal Allah, maka ia tahu bahwa Allah memerintahkan shalat untuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.

Sama seperti Ramadan, jika seseorang hanya mengenal Ramadan dan keutamaan-keutamaan di dalam-Nya namun tidak memahami Allah yang mendatangkan dan memilih Ramadan sebagai bulan mulia maka ia hanya akan menjadi hambanya bulan Ramadan.

Ia hanya giat beribadah karena bulan Ramadan saja. Sedang di bulan lainnya ia kembali lalai.

Maka kenalilah Allah yang memilih bulan Ramadan ini, agar ibadah kita ikhas meraih ridho-Nya. Kenalilah Allah yang menurunkan Al-Quran di bulan suci ini agar bacaan kita menghujam hingga ke hati karena memahami kalam-Nya. Kenalilah Allah yang menciptakan bulan Ramadan ini agar kita istiqomah dalam keimanan kepada-Nya hingga akhir hayat.

Keutamaan-keutamaan Ramadan yang kita pelajari selama ini adalah kesempatan bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih berkualitas, namun lebih dari itu Ramadan menjadi momentum terbaik kita untuk mengenal Allah dan semakin dekat dengan-Nya dalam semua kondisi, tempat dan waktu.

_______

Penulis yang akrab dipanggil Lina ini rutin membaca artikel keislaman di republika sebagai bahan bacaan dan inspirasi. Dirinya berharap menjadi bagian dari republika.co.id.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image