Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fahrijal Nurrohman

Kajian Qamiut Thugyan #6

Agama | Thursday, 07 Mar 2024, 00:32 WIB
Kitab Qamiut Thugyan

12. Cabang Iman ke-12 (Berharap Kepada Kasih Sayang Allah SWT)

Pada kajian edisi #5, kita masih belum selesai membahas dan membedah cabang iman ke-12, yaitu berharap kepada kasih sayang Allah SWT. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.663) Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Az-Zumar [39]:53

Dalam Tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat yang begitu mulia ini merupakan sebuah ajakan bagi siapa saja yang telah durhaka kepada Allah SWT, seperti orang kafir ataupun sebagainya, untuk bertaubat (kembali ke jalan benar dari maksiat dan mengakui segala kesalahan) dan berinabah (kembali kepada kebenaran setelah melakukan taubat). Ayat ini juga mengabarkan bahwa Allah SWT mengampuni segala bentuk dosa hamba-hamba-Nya selagi hamba tersebut mau bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan dosa lagi, walaupun dosa yang dimiliki sebanyak buih yang ada di lautan. Kecuali dosa syirik, dosa ini tidak bisa diampuni kecuali hamba tersebut bertaubat kepada Allah SWT.

Dalam kitab Ushfuriyah dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

الفاجر الراجى لرحمة الله تعالى أقرب إلى الله تعالى من العابد المقنط

Artinya: Seorang lacut (pelaku dosa) yang berharap akan rahmat Allah SWT itu lebih dekat kepada Allah SWT daripada seorang ahli ibadah yang memutus saudaranya dari rahmat-Nya.

Diceritakan pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba yang sangat bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, sangat keras menempa dirinya sendiri, namun dia memutus saudaranya dari rahmat Allah SWT. Tibalah saat kematiannya, dan setelah itu dia bertemu dengan Tuhan dan berkata, "Wahai Tuhanku, apa yang aku peroleh darimu?". Tuhan menjawab, "Kau mendapatkan neraka". Bagaikan mendengar petir di siang bolong, hamba tersebut protes kepada Tuhan karena merasa bahwa dia sudah beribadah dan bersungguh-sungguh untuk menyembah kepada-Nya sepanjangan hidupnya. Tuhan berkata, "Sesungguhnya kamu telah memutus manusia dari rahmat-Ku di dunia, maka hari ini Aku memutus kamu dari rahmat-Ku".

Oleh sebab itu, seorang hamba tidak boleh merasa putus asa terhadap hidupnya sendiri. Akan selalu ada harapan di setiap langkah kehidupan ini untuk berubah kepada hal-hal yang lebih baik lagi. Imam Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumuddin memberikan penjelasan tentang hakikat raja' atau harapan. Hakikat dari harapan itu adalah kerelaan hati untuk menunggu sesuatu yang disukai atau dicintai yang harapan itu harus disertai dengan adanya sebab atau usaha agar bisa terwujud. Sebab harapan tanpa adanya usaha adalah sombong dan bodoh. Jika usaha atau sebab yang dilakukan itu tidak jelas ada atau tidaknya, maka harapan itu adalah hanya angan-angan kosong.

Maka jika sesuatu yang terlintas dalam hati itu ada pada masa lalu, maka itu disebut dengan tadzakur atau ingatan. Dan jika sesuatu yang terlintas dalam hati itu ada pada masa sekarang, maka itu disebut dengan wujdan, dzauq (perasaan) dan idrak (mendapatkan). Sedangkan jika sesuatu yang terlintas dalam hati itu ada pada masa yang akan datang, maka itu disebut dengan intidzar atau penantian.

Apabila sesuatu yang sedang ditunggu itu adalah sesuatu yang dibenci dan hanya menimbulkan rasa sakit dalam hati, maka itu disebut sebagai khauf atau takut dan isyfaq atau khawatir. Dan jika sesuatu yang ditunggu itu adalah sesuatu yang dicintai dan menimbulkan rasa nyaman dalam hati, maka itu disebut dengan kerelaan hati.

Setiap dari kita punya kesempatan untuk mencari dan mendapatkan rahmat dari Allah SWT, salah satu caranya adalah dengan senantiasa merayu-Nya. Abu Nawas, salah seorang bijak yang jenaka membuat syi'ir yang masih dikenang sampai sekarang:

إلهى لست للفردوس إهلا # ولا أقوى على النار الجحيم

فهب لي توبة واغفر ذنوبي # فإنك غافر الذنب العظيم

Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi ahli surga # namun aku juga tidak kuat masuk ke dalam neraka

Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosa-dosaku # maka sesungguhnya Engkau adalah Dzat Maha Pengampun dosa yang besar

13. Cabang Iman ke-13 (Tawakkal Kepada Allah)

Sekarang kita akan membahas tentang salah satu sifat mahmudah dalam Islam, yaitu tawakkal.

Bersambung....

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image