Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Kanker Usus Besar tak Pernah Memandang Generasi

Info Sehat | Tuesday, 05 Mar 2024, 19:00 WIB
Kanker usus besar tak pandang generasi. Foto: Sebastian Kaulitzki/Science Photo Library.Getty Images via sciencenews.org.

TAK pandang generasi, apakah generasi boomer, Gen X, atau milenial, kanker usus besar dan rektum bisa saja menyerang Anda. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada pria di bawah 50 tahun, dan penyebab utama kedua pada wanita pada kelompok usia yang sama.

Faktor risiko yang diyakini selama ini termasuk antara lain yaitu makanan tinggi natrium, asupan gula berlebihan, kekurangan serat, serta kondisi seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) dan sembelit kronis. Stres yang kronis dan tidak banyak bergerak juga berperan; stres dapat menyebabkan peradangan penyebab kanker, sementara kurang olahraga memperlambat kerja usus.

Mereka yang aktif saat remaja dan tetap aktif hingga dewasa, ditemukan 24 persen lebih kecil kemungkinannya terkena kanker usus besar. Begitu menurut sebuah penelitian di British Journal Of Cancer. Bahkan orang yang baru mulai berolahraga di usia dewasa menunjukkan penurunan risiko sebesar 9 persen.

"Meski demikian, ada juga sekelompok orang yang sangat sehat dan bugar yang terkena kanker kolorektal”, jelas Dr Melvin Look, konsultan bedah gastrointestinal dan laparoskopi di PanAsia Surgery, seraya merujuk pada penelitian yang mengamati hubungan antara pelari ultramaraton dan peningkatan risiko kanker kolorektal.

Penelitian yang sedang berlangsung menyatakan bahwa ketika atlet ketahanan elit berlari selama lebih dari enam jam, tubuh mereka mengalihkan sejumlah besar darah dari usus ke otot-otot di kaki mereka. Hilangnya aliran darah ke usus diduga menyebabkan iskemia, yang mengakibatkan kerusakan sel dan proses pergantian sel yang lebih tidak teratur dan cepat.

“Jika kita berbicara tentang fenomena aneh di mana individu yang tampak sehat terkena kanker kolorektal, kecenderungan genetik dan riwayat keluarga mungkin ikut berperan dalam beberapa kasus.” Demikian ditegaskan Dr Ganesh Ramalingam, direktur medis dan spesialis bedah umum di G&L Clinic, seperti dikutip Channel News Asia, baru-baru ini.

Hal ini juga bisa disebabkan oleh mikrobioma usus, kata Dr Look. “(Mikrobioma usus) mengacu pada triliunan bakteri menguntungkan dan mikro-organisme yang hidup di usus kita, yang secara kolektif membentuk ekosistem kompleks yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh kita,” paparnya.

Dia melanjutkan: “Ada dugaan bahwa ada semacam perubahan lingkungan di balik hal ini, yang mungkin mempengaruhi mikrobioma usus kita. Kerusakan pada mikrobioma usus kita, misalnya, akibat asupan antibiotik yang berlebihan dan tidak perlu ketika kita masih muda, dapat mengganggu kekebalan usus dan membuatnya kurang efektif dalam menghilangkan mutasi pra-kanker pada sel-sel usus besar kita”.

Pergeseran pola makan juga dapat “mengubah komposisi mikrobioma usus, yang berpotensi membuat individu lebih rentan terhadap kanker kolorektal”, tambah Dr Ganesh.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image