Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Produksi Sampah Publik Diprediksi Bakal Terus Meningkat

Gaya Hidup | 2024-03-02 15:35:09
Sampah menjadi problem lingkungan dan kesehatan. Foto: Edi Yusuf/Republika via republika.co.id.

PROGRAM Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menyatakan dalam sebuah laporan pada hari Rabu [28/2/2024] bahwa produksi sampah publik akan meningkat pesat pada tahun 2050. Peningkatan ini akan menyebabkan kerusakan senilai ratusan miliar dolar melalui hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan polusi yang mematikan.

Outlook Pengelolaan Sampah Global 2024 yang dikeluarkan oleh UNEP menyatakan bahwa produksi sampah di seluruh dunia akan meningkat pesat kecuali pemerintah segera mengambil tindakan pencegahan. Negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia akan mendorong peningkatan jumlah sampah. Hal ini mencakup beberapa negara di Asia dan Afrika Sub-Sahara yang sudah kesulitan menangani jumlah sampah publik saat ini.

Laporan tersebut memperkirakan timbulan sampah kota akan meningkat dari 2,3 miliar ton pada tahun 2023 menjadi 3,8 miliar ton pada tahun 2050. UNEP memperkirakan biaya tahunan pengolahan sampah pada pertengahan abad ini akan meningkat menjadi $640 miliar di seluruh dunia. Jumlah tersebut meningkat lebih dari 75 persen dibandingkan tahun 2020. Pada tahun tersebut, dunia menghasilkan sekitar 2,1 miliar ton limbah padat publik, tidak termasuk limbah industri.

Kerusakan yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah sampah akan mencapai sekitar $443 miliar dari total biaya.

Laporan UNEP, yang diberi judul Beyond an Age of Waste: Turning Rubbish into a Resource, dirilis saat sidang Majelis Lingkungan Hidup PBB di Kenya pekan ini. Para penulis laporan berpendapat bahwa umat manusia telah “bergerak mundur” selama sepuluh tahun terakhir. Mereka mengatakan manusia menghasilkan lebih banyak limbah, lebih banyak polusi, dan lebih banyak gas yang mengubah iklim.

Tindakan pencegahan limbah dan peningkatan pengolahan limbah dapat mengurangi biaya-biaya tersebut, kata laporan itu. Namun laporan ini mencatat, terdapat hambatan besar terhadap reformasi tersebut, termasuk lemahnya sistem penegakan hukum.

Saat ini, para perunding sedang berupaya mencapai sebuah perjanjian untuk menangani polusi plastik yang sangat merusak dan berbahaya. Mereka memulai perundingan putaran keempat pada bulan April mendatang. Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, mengatakan dia berharap mereka akan menyelesaikan perjanjian tersebut pada akhir tahun ini.

Para pemerhati lingkungan dan produsen bahan bakar fosil terus berbeda pendapat mengenai ketentuan perjanjian. Mereka khususnya memperdebatkan apakah kesepakatan tersebut harus berpusat pada pengurangan produksi plastik atau meningkatkan daur ulang dan penggunaan kembali.

“Ada ketertarikan, terutama di antara negara-negara yang memproduksi polimer mentah, namun seperti yang selalu saya sampaikan kepada mereka, ini bukanlah perjanjian anti-plastik,” kata Andersen kepada Reuters, sambil menekankan bahwa masih akan ada kebutuhan akan plastik pada kendaraan dan peralatan medis.

Andersen mengatakan dia berharap tidak ada delegasi yang berupaya menghalangi kemajuan dalam perjanjian tersebut, namun sebaliknya “menemukan jalan ke depan yang benar-benar mempertimbangkan fakta bahwa kita tenggelam dalam plastik.”***

Sumber: Reuters, Voice of America

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image