Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Kenapa Pria dan Wanita Merespons Stres Secara Berbeda?

Gaya Hidup | Wednesday, 28 Feb 2024, 06:14 WIB
Wanita merespons stress berbeda dari pria. Foto: niehs.nih.gov.

MENGAPA stres tampaknya menyerang pria dan wanita secara berbeda? Jawabannya mungkin terletak jauh di dalam otak kita, di sebuah area kecil namun kuat yang disebut insula.

Untuk pertama kalinya, para peneliti University of California telah menyelidiki bagaimana insula bereaksi terhadap stres secara berbeda pada pria dan wanita, yang berpotensi membuka pintu baru untuk pengobatan yang dipersonalisasi.

Untuk menganalisis insula, para peneliti menggunakan teknik sederhana namun kuat yang dikenal sebagai manuver Valsava. Ini adalah latihan pernapasan sederhana yang dapat dilakukan siapa saja. Selama melakukan teknik ini, kita menarik napas dalam-dalam, menahannya, dan menekan hidung dan mulut. Ini seperti menahan napas sambil mengejan.

Ketika kita menahan napas seperti ini, bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan jantung dan tekanan darah (seperti insula) akan menyala dalam pemindaian otak. Area ini seperti pusat informasi, menerima informasi tentang detak jantung dan tekanan darah kita, dan kemudian memberi tahu tubuh cara menyesuaikan diri agar tetap stabil.

Dokter menggunakan teknik ini untuk memeriksa kesehatan jantung, dan atlet melakukannya secara tidak sadar ketika mengangkat beban atau berolahraga. Para ilmuwan sangat tertarik pada bagaimana hal ini memengaruhi aktivitas otak.

Insula memainkan peran utama dalam segala hal, mulai dari detak jantung dan pernapasan hingga cara kita merasakan emosi dan memahami orang lain.

Area yang berbeda di dalamnya mengkhususkan diri pada tugas yang berbeda. Satu area mungkin membantu kita merasakan sakit saat jari kaki teriris, sementara area lainnya membantu memahami saat seorang teman sedih.

Keserbagunaan ini memungkinkan insula untuk memengaruhi banyak hal, seperti bagaimana membuat keputusan, seberapa sadar akan diri sendiri, dan bahkan bagaimana mengalami kesadaran.

Ketika keseimbangan koneksi yang rumit di dalam insula terganggu, hal ini dapat memicu serangkaian emosi negatif, termasuk depresi, kecemasan, dan bahkan kecanduan.

Para peneliti ingin melihat apakah otak pria dan wanita bereaksi secara berbeda saat mereka melakukan tes manuver Valsava. Untuk melakukan hal ini, mereka dengan hati-hati memilih 57 orang dewasa yang sehat (37 pria, 20 wanita) tanpa masalah kesehatan yang berarti.

Selama manuver, detak jantung, tekanan pernapasan, dan aktivitas otak setiap partisipan dimonitor.

Perbedaan struktural pada insula

Temuan utama dari penelitian ini, yang hasilnya dipublikasikan di journal Frontiers in Neurology, adalah bahwa struktur insula berbeda pada pria dan wanita. Secara khusus, wilayah girus pendek tengah (MSG) di insula, lebih menonjol pada pria dibandingkan wanita.

Pengamatan ini menunjukkan adanya perbedaan terkait jenis kelamin yang lebih luas yang berpotensi memengaruhi cara kerja otak kita dalam berbagai cara.

Wanita biasanya memiliki lebih banyak "materi abu-abu" di bagian otak yang disebut korteks insular kanan. Area ini terkait dengan emosi, empati, dan memahami tubuh sendiri. Lebih banyak materi abu-abu di sana bisa berarti wanita lebih baik dalam memproses hal-hal ini.

Pria, di sisi lain, cenderung memiliki lebih banyak "lipatan" di otak mereka, yang disebut gyri. Lipatan-lipatan ini memungkinkan mereka untuk memasukkan lebih banyak sel otak ke dalam ruang yang sama, yang berpotensi meningkatkan kekuatan pemrosesan mereka di bidang-bidang seperti pemikiran, ingatan, dan kesadaran.

Para peneliti juga mempelajari bagaimana wilayah ini merespons perubahan tekanan darah pada pria dan wanita. Mereka berfokus pada bagian kanan depan, yang bertanggung jawab untuk mengelola stres dan menjaga detak jantung dan tekanan darah tetap tinggi. Inilah temuan yang mengejutkan: pria menunjukkan peningkatan aktivitas di area ini selama tes berlangsung, sementara aktivitas wanita tetap rendah.

"Ini adalah area otak yang sangat penting dan kami tidak menyangka akan menemukan perbedaan yang begitu besar antara otak pria dan wanita," kata penulis utama penelitian, Dr. Paul Macey, sebagaimana dikutip earth.com.

"Wilayah ini, insula kanan depan, terlibat dalam stres dan menjaga detak jantung dan tekanan darah tetap tinggi. Ada kemungkinan para wanita telah mengaktifkan wilayah ini karena stres psikologis, sehingga ketika mereka melakukan tes fisik dalam penelitian ini, wilayah otak tersebut tidak dapat diaktifkan lagi. Namun, ada kemungkinan juga bahwa wilayah ini terhubung secara berbeda pada pria dan wanita," tambahnya.

Penelitian ini juga berfokus pada "serat insula," sebuah komponen otak yang terlibat dalam emosi, indera, dan kontrol tubuh. Serat-serat ini menghubungkan insula ke area otak lainnya, yang memungkinkannya memproses informasi dari berbagai sumber.

Para ahli menemukan perbedaan dalam kabel otak antara pria dan wanita, khususnya pada koneksi antara insula dan area otak yang terlibat dalam kontrol gerakan. Perempuan cenderung memiliki lebih sedikit koneksi di jalur ini dibandingkan laki-laki, yang menunjukkan bahwa hormon membentuk kabel otak secara berbeda pada setiap jenis kelamin.

Perbedaan kabel ini dapat menjelaskan mengapa pria dan wanita terkadang merespons secara berbeda terhadap emosi, indera, dan stres. Sebagai contoh, koneksi yang lebih sedikit antara insula dan area kontrol gerakan pada wanita dapat memengaruhi cara mereka mengintegrasikan informasi sensorik dengan respons fisik seperti ekspresi emosional atau reaksi stres.

Hormon seks, seperti estrogen dan testosteron, berperan besar dalam cara kerja insula. Pada dasarnya, hormon-hormon ini memberi tahu sel-sel insula hal-hal apa saja yang harus dibangun dan bagaimana caranya, sehingga membentuk kabelnya.

Karena pria dan wanita memiliki kadar hormon yang berbeda, terutama selama masa pubertas dan di kemudian hari, insula akhirnya memiliki kabel yang berbeda pada masing-masing.

Sebagai contoh, estrogen membuat koneksi insula tumbuh dan bercabang lebih banyak pada wanita. Jaringan ini lebih baik dalam memproses rasa sakit dan perasaan secara bersamaan sehingga lebih banyak wanita yang mengalami migrain daripada pria.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pria dan wanita mungkin memiliki risiko yang berbeda untuk masalah kesehatan tertentu, dan perawatannya mungkin perlu disesuaikan.

"Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan bagi kami, seperti mengapa ada perbedaan dalam pola otak dan mungkinkah hal ini mencerminkan perbedaan dalam masalah kesehatan bagi pria dan wanita, terutama dalam variasi penyakit kardiovaskular," kata Dr. Macey.

Sebagai contoh, insula penting untuk kesehatan jantung, sehingga memahami perbedaannya antara pria dan wanita dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa penyakit, seperti stroke, lebih sering terjadi pada wanita di kemudian hari. Ini berarti kita mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda untuk mencegah dan mengobati masalah jantung pada pria dan wanita.

Penelitian ini juga membantu kita memahami peran insula dalam kondisi kesehatan mental tertentu seperti depresi dan kecemasan. Karena insula terlibat dalam emosi, mencari tahu cara kerjanya secara berbeda pada pria dan wanita dapat mengarah pada perawatan yang lebih baik untuk kondisi ini.

Selain itu, insula juga berperan dalam bagaimana kita merasakan nyeri, yang sangat penting untuk kondisi seperti migrain yang mempengaruhi lebih banyak wanita daripada pria. Pengetahuan ini dapat membantu mengembangkan perawatan nyeri baru yang mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin ini.

Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin dalam dunia kedokteran. Dengan memahami bagaimana tubuh pria dan wanita bekerja secara berbeda, kita dapat menciptakan perawatan yang lebih personal dan efektif untuk semua orang.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image