Anak Suka Dengan Musik lewat Headphone? Orang Tua Perlu Waspada
Gaya Hidup | 2024-02-27 14:19:05ANAK Anda suka mendengar musik lewat headphone atau earbud? Waspada! Pasalnya, pendengaran mereka bisa rusak. Setidaknya itu menurut temuan terbaru.
"Selama beberapa tahun terakhir, kami sangat prihatin dengan remaja yang menggunakan perangkat audio secara berlebihan," kata Dr. Susan Woolford, seorang dokter anak di University of Michigan dan salah satu direktur jajak pendapat Mott.
"Tetapi, earbud telah menjadi semakin populer dan lazim di kalangan anak-anak yang lebih muda, membuat mereka terpapar kebisingan yang lebih intens secara teratur," tambahnya.
Menurut Woolford, anak-anak kecil lebih rentan terhadap potensi bahaya dari paparan kebisingan karena sistem pendengaran mereka masih berkembang.
"Saluran telinga mereka juga lebih kecil daripada orang dewasa, sehingga meningkatkan tingkat kebisingan yang dirasakan," jelasnya.
Setengah dari orang tua yang anaknya menggunakan perangkat pendengar mengatakan bahwa anak-anak mereka menghabiskan setidaknya satu jam sehari dengan perangkat tersebut, sementara satu dari enam orang mengatakan bahwa satu hari biasanya mencakup setidaknya dua jam penggunaan, hasil jajak pendapat menunjukkan.
Kekhawatiran ini telah berkembang hingga American Academy of Pediatrics mengeluarkan pernyataan tahun lalu tentang perlunya mengurangi paparan kebisingan pada anak dengan gangguan pendengaran (CHD) atau paparan ekstrem terhadap kebisingan volume tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran atau tinnitus, yaitu telinga berdenging terus-menerus.
"Risiko paparan kebisingan pada anak kecil secara historis melibatkan acara tunggal yang keras seperti konser atau kembang api, tetapi orang tua mungkin meremehkan potensi bahaya dari penggunaan perangkat pendengaran yang berlebihan. Mungkin sulit untuk mengetahui apakah paparan suara bising pada anak mereka sehat atau tidak," sebut Woolford.
"Sel-sel rambut kecil di dalam telinga bagian dalam menangkap gelombang suara untuk membantu Anda mendengar. Ketika sel-sel ini rusak atau mati, gangguan pendengaran tidak dapat dipulihkan," sambungnya.
Ditegaskan Woolford bahwa paparan suara bising di kalangan anak-anak juga dapat memengaruhi tidur, pembelajaran akademis, tingkat stres, dan bahkan tekanan darah mereka.
Hanya setengah dari orang tua yang mengatakan bahwa mereka telah mencoba membatasi penggunaan perangkat pendengaran oleh anak-anak mereka dengan meminta mereka untuk beristirahat, mengatur jam tertentu untuk penggunaan atau menggunakan pengatur waktu, demikian hasil jajak pendapat tersebut.
Orang tua dapat mengurangi risiko paparan kebisingan pada anak-anak mereka dengan menerapkan beberapa strategi, kata Woolford.
Pertama dan terutama, mereka harus memantau tingkat volume pada perangkat. "Cara yang baik untuk mengetahui apakah sebuah perangkat audio terlalu keras adalah jika seorang anak yang mengenakan headphone tidak dapat mendengar Anda saat Anda berada dalam jarak satu lengan," kata Woolford.
Woolford merekomendasikan orang tua untuk mengikuti aturan "60/60" yakni tidak lebih dari 60 menit sehari dengan earbud atau headphone, dengan volume tidak lebih dari 60% dari volume maksimum.
Orang tua juga dapat mempertimbangkan risiko paparan kebisingan saat membeli salah satu perangkat audio untuk anak mereka. Perangkat pendengar yang mengeluarkan suara kurang dari 70 desibel (dBA) sangat kecil kemungkinannya untuk menyebabkan kerusakan akibat kebisingan.
Periksa informasi produk pada perangkat, dan pilihlah yang mampu membatasi volumenya, kata Woolford.
"Tetapi, jangan langsung mempercayai produk yang dipasarkan sebagai aman untuk anak-anak, karena beberapa produk tidak membatasi volumenya hingga 70 desibel," tegas Woolford.
"Waktu bebas perangkat" setiap hari juga dapat membantu anak-anak beristirahat dari headphone dan earbud mereka. Orang tua harus mempertimbangkan untuk menyimpan atau mengunci perangkat audio anak mereka ketika batas waktu habis," saran Woolford.
Woolford mengatakan pula bahwa para orang tua juga dapat mendorong anak-anak untuk menikmati musik yang diputar dengan volume rendah di kamar mereka, daripada menggunakan earbud.
Diingatkan Woolford, jika orang tua khawatir tentang pendengaran anak mereka, mereka harus memeriksakan diri ke dokter anak, audiolog, atau spesialis telinga-hidung-tenggorokan.
"Tanda-tanda awal gangguan pendengaran mungkin termasuk meminta pengulangan, sering mendengar suara berdering, berbicara dengan keras kepada orang di dekatnya, keterlambatan bicara atau kurangnya reaksi terhadap suara keras," kata Woolford.
"Penyedia layanan kesehatan dapat membantu orang tua dengan memberikan penjelasan sederhana tentang gangguan pendengaran untuk membantu anak memahami alasan mengapa mereka harus membatasi penggunaan perangkat audio," urainya.***
Sumber: United Press International
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.