Kasus Bullying terus Berulang, Bagaimana Solusinya?
Agama | 2024-02-27 09:20:02KASUS BULLYING TERUS BERULANG, BAGAIMANA SOLUSINYA ?
Subhanallah kasus bullying terulang lagi, kasus yang lama belum tuntas, terjadi lagi kasus yang baru . Terbaru kasus bullying melibatkan beberapa pelajar SMA Binus Serpong, Tangerang Selatan. Pelaku di antaranya melibatkan anak artis dan politisi. Beredar video yang memperlihatkan kejadian tersebut, beberapa orang pelaku yang merupakan siswa SMA tengah mempersekusi seorang temannya. Korban bahkan sampai harus dirawat di rumah sakit.
Meskipun kasus ini sedang dalam proses penyelidikan, banyak hal yang perlu kita cermati, mengapa kerap terjadi peristiwa bullying di kalangan pelajar? Walaupun pihak sekolah seolah membela diri bahwa peristiwa tersebut terjadi di luar lingkungan sekolah, tetap saja mereka tidak boleh berlepas tangan. Karena perilaku siswa di manapun mereka berada dipengaruhi oleh pola pikir dan pemahaman mereka yang tentu salah satunya berasal dari sekolah. Kita semua yakin tidak ada guru ataupun pihak sekolah yang sengaja mengajarkan kekerasan pada siswa didiknya.
Kabar yang beredar bahwa kasus ini dilatarbelakangi karena apa yang dilakukan itu semacam “penataran” bagi anggota baru yang ingin masuk menjadi anggota geng tersebut.
Siapa Yang Harus Bertanggung Jawab & Bagaimana Menuntaskan Masalah Bulllying ?
Setiap manusia termasuk anak – anak butuh lingkungan pertemanan untuk berinteraksi dan menunjukkan eksistensi mereka. Wajar bila mereka mencarinya di lingkungan terdekat atau komunitas sebaya.
Pola pikir atau pemahaman seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Bagaimana anak – anak bisa berlaku kejam atau menyakiti temannya? Beberapa hal yang mungkin harus diselidiki di antaranya : 1. apa saja yang telah diakses anak – anak ersebut (mungkin mereka meniru apa yang dilihat dari tontonan baik melalui media sosial, elektronik, atau bisa jadi mereka juga pernah mengalami sebelumnya) ; 2.mungkin saja pelaku melakukan bullying ini karena ingin mendapatkan perhatian dari lingkungannya termasuk orang tua, guru, juga teman – teman. Selain perhatian, mereka ingin mendapat pengakuan bahwa mereka kuat, hebat, dan berkuasa.
Pendidikan karakter, moral, dan agama tentunya berperan penting dalam membentuk perilaku anak. Seorang anak yang sudah dididik untuk memahami bagaimana cara bergaul yang baik dengan sesama tentu tidak akan pernah menyakiti temannya. Pendidikan agama tentu yang utama. Agama manapun tidak ada yang mengajarkan kekerasan atau menyakiti sesama.
Kami mencoba menawarkan solusi menurut agama Islam
Yang pertama kali bertanggung jawab tentunya pihak orang tua pelaku, apakah mereka telah mendidik atau memberikan teladan pada anak – anaknya dengan baik misalnya harus saling menyayangi, menghormati, tolong – menolong di antara teman, belajar berempati misalnya dengan mengatakan “jika tidak ingin dipukul maka jangan memukul, jika tidak ingin diejek maka jangan mengejek” intinya perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
Pihak sekolah dalam hal ini guru dan semua pihak yang bertanggung – jawab dalam proses Pendidikan di sekolah, misalnya tidak cukup hanya dengan mengajarkan teori sikap bergaul atau berinteraksi dengan sesama, perlu dibiasakan dengan praktek berempati misalnya ketika ada teman yang sedang mendapat musibah maka siswa diajari untuk mengunjunginya temannya tsb, membawakan hadiah atau sekedar buah tangan untuk menghiburnya. Atau Ketika terjadi bencana alam, misal kebanjiran, kebakaran, dll maka siswa juga bisa diajak terlibat untuk membantu meringankan beban korban yang terdampak.
Usia remaja adalah usia emas. Mereka berada dalam kondisi terbaik, kondisi yang memiliki kesempatan dan modal berupa pikiran dan jasmani yang kuat yang butuh untuk disalurkan tenaganya. Jika mereka sudah disibukkan untuk melakukan hal – hal positif, maka mereka tidak akan punya peluang untuk melakukan hal negative.
Peran pemerintah atau penguasa adalah yang paling berwenang untuk mengatur atau menerapkan aturan agar masalah yang serupa tidak terulang. Kasus bullying ini terus terjadi karena tidak diberikan sanksi bagi pelakunya karena dianggap masih anak – anak. Dalam Islam ada Batasan usia, seseorang sudah dianggap dewasa atau aqil baligh bila minimal sudah berusia 15 tahun, jadi tidak lagi dianggap anak – anak. Konsekuensinya semua perbuatannya sudah menjadi tanggung jawabnya sendiri, artinya ia mendapat pahala jika melakukan kebaikan, dan berdosa bila melakukan kemungkaran. Termasuk jika melakukan kejahatan atau kriminlitas maka ia sudah berhak dihukum. Hukuman ini harus memenuhi 2 kriteria yaitu sebagai penebus dosa bagi pelakunya dan memberikan efek jera agar tidak mengulangi juga bagi yang lain agar tidak melakukan kejahatan serupa. Bentuk hukumannya diserahkan kepada penguasanya untuk saat ini mungkin saja hukumannya berupa dipenjara atau diasingkan dalam jangka waktu tertentu, membayar ganti rugi atau membantu biaya pengobatan bagi korban sampai pulih.
Pemerintah juga harus bisa mengantisipasi agar tidak terus terulang dengan cara menutup semua akses informasi yang terkait dengan kekerasan atau menempatkan petugas atau aparat keamanan sehingga tidak ada peluang terjadinya kejahatan.
Peran Masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk mencegah, dengan melakukan amar maruf nahiy mungkar, menegur perilaku anak – anak yang berpotensi menyimpang atau melaporkan kejadian tersebut pada yang berwenang. Jadi semua pihak sangat diperlukan untuk bekerja sama menyelesaikan masalah tersebut.
Wallahu a’lam bishowwab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.