Perundungan, Potret Buram Generasi
Info Terkini | 2024-02-25 18:10:44Perundungan atau bullying masih belum beranjak dari dunia generasi muda. Kali ini terjadi di sekolah ternama, ketika seorang siswa menghadapi aksi fisik hingga mengakibatkan banyak memar dan luka-luka di tubuhnya. Sekolah telah melakukan mediasi dari kedua belah pihak pelaku dan korban, berharap kasus ini segera tuntas dan tidak memakan korban lain. Bahkan para pelaku telah dikeluarkan dari sekolah. Tetapi benarkah demikian? Apakah perundungan akan tuntas hanya dengan memberi sanksi pada pelaku?
Tak semudah membalikkan telapak tangan, ternyata perundungan terjadi melalui banyak hal kerusakan yang bersifat sistemik. Maka perbaikannya pun perlu upaya-upaya sistemik dari sejak hulu hingga hilirnya. Perundungan tak berdiri sendiri, ada beberapa faktor pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Sosmed menjadi salah satu penyebab munculnya kasus ini. Era sosmed bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi mendatangkan kemudahan memperoleh informasi dalam waktu singkat, di sisi lain menyodorkan beragam bentuk kerusakan yang berbahaya bagi anak-anak didik. Dari gadget, anak akhirnya belajar bagaimana melampiaskan emosi. Berbagai tayangan kekerasan pun terpampang nyata di sana, seolah hal tersebut memang menjadi kebolehan untuk diduplikasi. Maka anak-anak tak boleh dibiarkan mengakses dunia maya, tanpa pendampingan orang tuanya.
Dalam perkembangannya, anak pun melakukan identifikasi dengan teman-temannya untuk membentuk 'peer group' yaitu kelompok yang memiliki minat dan perasaan yang sama, agar tak tersisih dari pergaulan. Maka ini pun perlu diarahkan dan didampingi orang tua dan guru, agar mereka tidak terjebak dalam kelompok kecil yang berbahaya, baik secara fisik, maupun bahaya dalam menyerap info rusak yang akan mempengaruhi kepribadian mereka.
Perlu menancapkan pemahaman di sisi mereka, bahwasanya mereka adalah calon pemimpin. Dan kepemimpinan membutuhkan tampilan perangkat yang lengkap seperti keimanan yang tinggi, keluasan ilmu dan akhlak yang baik. Sehingga mereka pun akan mendapat gambaran bahwasanya tampil keren dan kekinian, bukanlah remaja yang ahli berkelahi, melakukan intimidasi dengan aksi brutalnya terhadap orang lain, atau mengandalkan kekuatan fisiknya.
Tak cukup hanya edukasi, kemudian membiarkan generasi tumbuh sendiri, tetapi mereka pun perlu role model dari orang-orang terdekat mereka, seperti orang tua, guru, publik figur, para tokoh dan sebagainya. Karenanya tuntutan perbaikan terhadap sikap generasi, diawali pula dari orang-orang dewasa. Sebab nilai-nilai kebaikan tidak jatuh dari langit, tetapi merupakan proses panjang yang perlu dijalani dan diemban setiap saat, agar ia melekat menjadi sebuah kepribadian. Anak-anak akan menyerap seluruh kebaikan yang berkelindan di sekitar mereka.
Maka perlu menghadirkan di ruang hati dan pikiran mereka, sosok kepemimpinan yang baik dengan keimanan yang kuat, yang layak ditiru, melalui keteladanan Rasulullah saw, atau generasi di masa Beliau saw. yang menorehkan tinta emas peradaban generasi terdahulu di sepanjang hayat. Nama mereka dikenal, hasil karya mereka juga masih dapat diindera, bahkan kitab-kita tulisan mereka masih dipelajari hingga sekarang. Inilah sebaik-baik generasi yang pernah hadir memimpin peradaban, tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan.
Seluruh pihak baik negara, masyarakat dan keluarga, bertanggung jawab membentuk generasi muda yang siap memimpin dunia. Hal tersebut hanya akan terwujud dengan penjagaan Islam. Seperangkat aturan yang datang dari Allah Al-Mudabbir, mampu membentuk generasi sekelas negarawan.
Maka perlu membentuk atmosfer keimanan (jaawul imaani) serta menanamkan ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT dengan menerapkan seluruh aturan-Nya, dalam kehidupa, agar terwujud tatanan kehidupan masyarakat yang baik, paralel dengan pendidikan sekolah. Maka output pendidikan Islam adalah lahirnya mutiara umat, generasi takwa yang siap memimpin dunia. Yaa ayuhalladziina aamanuu quu anfusakum wa ahliikum naaron.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.