Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fikrul Hanif Sufyan

Hamka dan Kisah Front Pertahanan Nasional

Sejarah | Sunday, 25 Feb 2024, 10:45 WIB

 

Eskalasi konflik dan gempuran dalam Agresi Militer I, memicu Wakil Presiden Bung Hatta, untuk segera mengkonsolidasi kekuatan di Bukittinggi. Bung Hatta bersama rombongan bertolak dari Tebing Tinggi tanggal 27 Juli 1947 menunju Bukittinggi.

Serdadu Belanda rupanya mengetahui keberadaan Wakil Presiden. Mereka segera menyerang Tebing Tinggi.Namun, Bung Hatta dan rombongan menyadari keberadaan mereka telah diketahui musuh. Mereka segera menyingkir ke Pematang Siantar, ibukota Provinsi Sumatera.

Di perjalanan, iring-iringan mobil Bung Hatta ditembak. Mobil mereka pun melaju kencang, sudah tidak terkejar. Dua hari kemudian, tanggal 29 Juli 1947 rombongan sudah di Bukittinggi. Malam itu juga, Bung Hatta mengadakan briefing dan meminta seluruh pimpinan parpol menghadiri rapat.

Sebelum pamit rehat, Hatta menganjurkan perlunya kesatuan perjuangan yang bersifat kerakyatan, untuk membentuk organisasi itu. “ .sehingga dendam kita karena kematian Azizchan, dapat ditebus,” kata Bung Hatta.

Adalah Haji Datuk Batuah – seorang Kuminih tua, eks interniran Digoel dan guru mengajinya Hamka semasa kecil yang memimpin rapat itu. Pencarian nama untuk badan pemersatu kejuangan itu terjadi pada bulan Ramadhan sampai tengah malam.

Melalui proses yang cukup panjang, akhirnya putus rundingan di kalangan pimpinan parpol, untuk memberi nama Front Pertahanan Nasional (FPN).

Bung Hatta, Pakiah Saliah Digoelis, dan Buya Hamka di Raorao Kabupaten Tanah Datar.

Rapat yang berjalan maraton itu, menghasilkan putusan mengangkat lima formatur untuk menyusun front pertahanan itu. Terpilihlah nama-nama, seperti Hamka, Chatib Sulaiman, Oedin, Karim Halim dan Rasuna Said.

Pekerjaan yang belum tuntas adalah menentukan siapa dari kelima nama itu yang berhak menjadi ketua FPN.

Chatib Sulaiman, mengusulkan, “HAMKA!”.

Sutan Sulaiman dari PNI menyambung, “HAMKA!”.

“HAMKA!” seru Haji Datuak Batuah – murid kesayangan Haji Rasul.

“HAMKA!” Djoeir Moehammad dari PSI menimpali.

Kalangan pemuda dari Pesindo, Hizbullah, Sabilillah pun tidak kalah serunya bersorak, “HAMKA!”.

Forum hanya menunggu jawaban dari perwakilan Masyumi yang belum menyatakan sikapnya. Semua mata pun tertuju ke Iljas Ja’coeb pimpinan Masyumi. Iljas menatap HAMKA. Kemudian berkata, “Terimalah!”

Seisi ruangan lantas bersorak sorai, dan bertepuk tangan tanda yang mengetuai FPN telah terpilih. Setelah Hamka terpilih, berturut-turut terpilih Chatib Sulaiman selaku Sekretaris dan dibantu oleh dua orang, yakni Rangkayo Rasuna Said dan Oedin.

Setelah pembentukan personil FPN rampung, tanggal 2 Agustus 1947, bertempat di Hotel Merdeka diadakan sidang membahas Anggaran Dasar, program dan pekerjaan FPN. Malam itu, melalui siaran radio, Perdana Menteri Amir Sjarifuddin memerintahkan hentikan tembak-menembak.

“Sehabis mendengar pidato radio, diedarkanlah pertanyaan berkeliling, apakah FPN akan dilanjutkan juga, sebab suasana berubah ”. Demikian kisah Hamka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image