Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Studi: Stres Memfasilitasi Penyebaran Kanker

Gaya Hidup | Friday, 23 Feb 2024, 13:17 WIB
Stres bagian dari kehidupan kita. Foto: Freepik via republika.co.id

STRES adalah bagian dari kehidupan kita, lebih-lebih bagi mereka yang sedang berjuang melawan kanker. Sejak lama diketahui dampak dari stres kronis lebih dari sekadar ketegangan emosional, tetapi juga berkontribusi secara signifikan terhadap penyakit fisik seperti penyakit jantung dan stroke.

Selain itu, diyakini pula bahwa stres mungkin berperan dalam memfasilitasi penyebaran kanker, meskipun mekanisme di balik fenomena ini masih sulit dipahami sampai sekarang.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Xue-Yan He, mantan peneliti pascadoktoral di Cold Spring Harbor Laboratory (CSHL), bersama dengan Asisten Profesor Mikala Egeblad dan Profesor Linda Van Aelst, mengeksplorasi bagaimana pikiran manusia memengaruhi metastasis kanker.

Temuan mereka ini kemungkinan dapat merevolusi strategi pengobatan, sekaligus menawarkan harapan untuk tindakan pencegahan penyebaran kanker.

Xue-Yan He mengartikulasikan kenyataan yang dihadapi banyak pasien kanker, yakni stres yang melanda, yang didorong oleh sejumlah faktor seperti diagnosis, masalah asuransi, dan tanggung jawab keluarga.

Memahami dampak stres terhadap perkembangan kanker sangatlah penting, seperti yang dikatakan He, mengingat hal ini tidak dapat dihindari dalam kehidupan pasien.

"Stres adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari pada pasien kanker. Bisa dibayangkan jika Anda didiagnosis, Anda tidak bisa berhenti memikirkan penyakit atau asuransi atau keluarga. Jadi, sangat penting untuk memahami bagaimana stres bekerja pada diri kita," jelas He, seperti dikutip earth.com, baru-baru ini.

Upaya penelitian kolaboratif yang dipimpin oleh He dan Egeblad telah mengidentifikasi mekanisme penting di mana stres berkontribusi terhadap metastasis kanker.

Mereka menemukan bahwa stres mendorong sel darah putih tertentu, yang dikenal sebagai neutrofil, untuk membentuk struktur seperti jaring yang membuat jaringan tubuh lebih rentan terhadap penyebaran kanker.

Tim peneliti memulai penelitian mereka dengan mensimulasikan stres kronis pada tikus yang mengidap kanker. Setelah mengangkat tumor dari tikus, hewan-hewan tersebut mengalami stres, yang mengarah pada pengamatan yang mengejutkan oleh He. Mereka menemukan peningkatan yang signifikan pada lesi metastasis, dengan contoh eskalasi hingga empat kali lipat dalam metastasis.

Eksplorasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa hormon stres, glukokortikoid, berinteraksi dengan neutrofil, menginduksi pembentukan NET (neutrophil extracellular traps).

Meskipun NET biasanya berperan sebagai pelindung terhadap infeksi dengan menjebak mikroorganisme berbahaya, namun secara paradoks, NET justru memfasilitasi lingkungan yang kondusif untuk metastasis dalam konteks kanker.

Untuk memverifikasi hubungan antara pembentukan NET yang diinduksi oleh stres dan peningkatan metastasis, He melakukan tiga eksperimen penting yang melibatkan pengangkatan neutrofil, obat penghancur NET, dan tikus yang dimodifikasi secara genetik agar neutrofil tidak responsif terhadap glukokortikoid.

Penemuan yang mengkhawatirkan adalah bahwa stres kronis menyebabkan pembentukan NET pada jaringan paru-paru tikus tanpa kanker, yang menunjukkan bahwa stres mempersiapkan jaringan sehat untuk potensi perkembangan kanker. Pengungkapan ini menggarisbawahi dampak mendalam dari stres pada tubuh, yang melampaui mereka yang telah didiagnosis.

Berdasar temuan penelitian ini, tim peneliti lantas menganjurkan integrasi pengurangan stres ke dalam strategi pengobatan dan pencegahan kanker.

Menurut Linda Van Aelst, meminimalkan stres harus menjadi komponen penting dalam perawatan kanker yang komprehensif. "Mengurangi stres harus menjadi komponen pengobatan dan pencegahan kanker," tegasnya.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image