Mengajarkan Hukum-Hukum Syariat Kepada Anak
Parenting | 2024-02-20 05:10:05Menjelang remaja, anak sudah harus memahami hukum-hukum syariat yang mengatur kehidupan seksualnya. Pengetahuan ini penting diajarkan sejak usia baligh agar anak menyadari tanggung jawabnya sebagai seorang muslim. Orang tua berkewajiban mengajarkan hukum-hukum ini baik kepada anak laki-laki maupun perempuan.
Pertama, anak laki-laki perlu diajarkan bahwa keluarnya mani pertama kali menandakan dia telah baligh. Sejak itu, dia wajib melaksanakan kewajiban agama sebagaimana orang dewasa pada umumnya, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, menutup aurat, dan lainnya. Orang tua harus menerangkan dengan jelas dan bijaksana mengenai definisi baligh bagi anak laki-laki, tanda-tanda keluarnya mani, apa yang harus dilakukan ketika mani pertama kali keluar, serta kewajiban-kewajiban baru yang harus dilaksanakan. Penjelasan harus disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman anak agar dia benar-benar paham dan mampu melaksanakan kewajibannya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.
Kedua, anak perempuan juga perlu diajarkan bahwa datangnya haid pertama menandakan dia telah baligh. Sejak itu, dia wajib melaksanakan kewajiban agama sebagaimana wanita dewasa pada umumnya. Orang tua harus menjelaskan secara bijaksana tentang darah haid, tanda-tanda datangnya haid pertama, apa yang harus dilakukan saat haid datang, tata cara bersuci dan salat bagi haid, serta pantangan-pantangan selama haid.
Penjelasan harus detail dan disesuaikan dengan usia anak agar dia paham benar tata cara beribadah yang benar saat haid dan mampu menjaga kebersihan diri. Orang tua juga perlu membekali anak dengan pemahaman agar tidak malu atau takut menghadapi datangnya haid pertama.
Ketiga, baik anak laki-laki maupun perempuan perlu diajarkan tata krama pergaulan antara lawan jenis sesuai tuntunan Islam. Mereka harus paham batasan-batasan interaksi dengan lawan jenis agar terhindar dari perbuatan terlarang. Orang tua harus menjelaskan secara bijaksana tetapi tegas mengenai definisi aurat dan kewajiban menutupnya, batas-batas pandangan mata antara lelaki dan perempuan, larangan bersentuhan kulit antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram, bahaya berduaan dalam situasi khalwat, dan lainnya. Penjelasan harus disesuaikan dengan usia namun cukup memberi pemahaman yang jelas agar anak dapat menjaga diri dari hal-hal yang dilarang.
Keempat, pengetahuan tentang seksualitas juga perlu diajarkan secara bertahap dan bijaksana. Topik sensitif seperti onani, hubungan intim suami istri, dan lainnya dapat dibahas secara privat sesuai usia dan kematangan anak. Orang tua harus bersikap terbuka namun tetap bijaksana dalam menyampaikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut agar anak memiliki pemahaman yang benar menurut tuntunan agama. Penjelasan yang baik akan membuat anak terhindar dari perilaku menyimpang akibat rasa ingin tahu yang salah.
Kelima, selain pengetahuan teori, orang tua harus mencontohkan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari, terutama terkait interaksi dengan lawan jenis. Teladan yang baik dari orang tua akan membentuk karakter anak agar tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, menjunjung nilai kesopanan dan kesucian. Misalnya, ayah tidak sembarangan memandang wanita lain, ibu berpakaian sopan dan menutup aurat dengan baik, kedua orang tua saling menghormati dan menjaga jarak dengan lawan jenis yang bukan mahram. Teladan seperti ini lebih efektif daripada sekadar teori untuk membentuk kepribadian anak.
Keenam, orang tua juga harus menciptakan lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan anak remaja agar terhindar dari pengaruh negatif. Misalnya, membatasi akses konten negatif dari internet atau media sosial yang dapat merusak moral anak, menjaga pergaulan anak dengan teman sebaya yang baik-baik, memberi kesibukan positif agar waktu luang tidak disalahgunakan, dan lainnya. Lingkungan yang kondusif akan memperkuat internalisasi nilai-nilai positif dalam diri anak.
Dengan bekal pengetahuan dan teladan dari orang tua, dilengkapi lingkungan yang mendukung, diharapkan anak akan memahami dan menjalankan hukum-hukum syariat dengan baik. Orang tua harus bijaksana dan penuh kesabaran dalam mendidik agar anak tumbuh dengan kepribadian muslim yang kokoh, taat beribadah dan menjaga kesucian diri di masa remaja yang penuh badai hormon ini.
Itulah beberapa hal penting yang perlu diajarkan orang tua terkait hukum-hukum syariat kepada anak menjelang remaja. Pengetahuan ini mutlak diberikan agar anak memahami status dan kewajibannya sebagai muslim sejak usia baligh. Dengan pendekatan yang tepat, anak akan tumbuh dengan karakter dan moralitas yang kokoh sebagai seorang muslim.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.