Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Angelika Hendrawan

Di Balik Digitalisasi: Upaya Mengenalkan Warisan Budaya Indonesia pada Gen Alpha

Edukasi | 2025-01-08 01:52:41
Pengabdian Masyarakat 'Meriyas'

Gen Alpha, generasi yang lahir setelah tahun 2010, adalah kelompok yang tumbuh dalam era digitalisasi. Mereka sangat akrab dengan teknologi seperti smartphone, tablet, dan media sosial. Namun, di balik keakraban ini, terdapat tantangan besar bagi budaya lokal. Masuknya budaya asing tanpa penyaringan telah mempercepat degradasi kebudayaan Indonesia. Anak-anak dan kaum muda kini lebih akrab dengan budaya asing dibandingkan budaya bangsa sendiri, sehingga warisan budaya Indonesia perlahan mulai dilupakan.

Seiring dengan perkembangan globalisasi, kesadaran masyarakat terhadap budaya lokal semakin berkurang. Banyak anak muda yang lebih mengenal tarian modern daripada tarian tradisional atau lebih menyukai produk budaya asing. Selain itu, kasus klaim budaya oleh negara lain, seperti batik yang pernah diklaim oleh Malaysia pada 2008 dan Tiongkok pada 2020, menegaskan pentingnya upaya untuk menjaga eksistensi budaya Indonesia.

Pelestarian budaya bukan hanya menjadi tanggung jawab orang dewasa, tetapi juga generasi muda, termasuk anak-anak usia sekolah dasar (6–12 tahun). Pada usia ini, anak-anak sedang membangun fondasi berpikir logis dan kecintaan terhadap budaya dapat ditanamkan. Oleh karena itu, penting untuk mengenalkan budaya Indonesia sejak dini agar mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang bangga terhadap identitas bangsa.

Proyek Pengabdian Masyarakat ‘MERIYAS’

Sebagai upaya melestarikan budaya Indonesia, kami menginisiasi proyek Pengabdian Masyarakat: ‘MERIYAS’ Melestarikan Warisan Budaya Indonesia. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang aktif dalam melestarikan budaya Indonesia, khususnya batik, melalui kegiatan edukatif dan kreatif.

Tujuan Proyek:

1. Meningkatkan kreativitas dan pengetahuan anak-anak.

2. Mengenalkan warisan budaya Indonesia, khususnya batik.

3. Memantapkan rasa nasionalisme pada anak-anak.

4. Mewujudkan persatuan melalui kegiatan berkelompok.

5. Mendorong anak berekspresi dengan mewarnai totebag bergambar batik.

Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di Dupak Magersari, Surabaya, dengan sasaran anak-anak usia 6–12 tahun. Rangkaian kegiatan meliputi:

1. Sosialisasi tentang Warisan Budaya Indonesia: Anak-anak diajak mengenal sejarah dan nilai-nilai budaya, termasuk batik.

2. Mewarnai totebag bergambar batik: Anak-anak dilatih mengekspresikan kreativitas mereka melalui seni, menggunakan warna-warna dasar.

3. Permainan dan apresiasi karya terbaik: Aktivitas ini dirancang untuk membangun semangat dan rasa bangga anak-anak terhadap hasil karya mereka.

Hasil dan Dampak Proyek

Proyek ini mendapatkan respons yang sangat positif. Anak-anak menunjukkan antusiasme tinggi selama kegiatan berlangsung. Mereka tidak hanya belajar tentang batik tetapi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan seni, menghasilkan karya yang kreatif dan menarik.

Melalui kegiatan ini, anak-anak memperoleh keterampilan baru, membangun rasa percaya diri, serta lebih mengenal dan mencintai budaya Indonesia. Mereka merasa bangga dengan hasil karya mereka, yang memotivasi mereka untuk terus berkreasi. Selain itu, kegiatan ini berhasil menanamkan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya, khususnya batik, agar tidak hilang di tengah arus globalisasi.

Dengan keberhasilan proyek ini, diharapkan generasi muda, khususnya Gen Alpha, dapat tumbuh menjadi penjaga dan pelestari warisan budaya Indonesia. Upaya ini penting untuk memastikan bahwa kekayaan budaya bangsa tetap hidup dan dihargai di masa depan.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image